PRAY FOR THE NATION

Indonesia:

Kamis lalu (2/12) Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) dengan tegas telah menginstruksikan dan menjamin anggotanya juga kepada masyarakat Kristen Mentawai untuk segera membangun hunian sementara sebelum Natal tiba (Baca : JK Instruksikan Bangun Hunian Sementara Untuk Rayakan Natal). Apa mau dibilang, kenyataan berbicara beda dilapangan.

Pembangunan hunian itu belum dikerjakan hingga Minggu (5/12). Penyebabnya apalagi kalu bukan terbentur birokrasi pemerintahan.

Hal itu diakui Koordinator Lapangan Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Mentawai Zul Hendri.

Walau begitu, Zul menegaskan PMI masih melanjutkan penjajakan dengan pemerintah daerah. Zul berharap pemerintah memberikan tanggapan positif agar korban dapat kembali hidup normal.

Semoga saja Presiden peduli dan langsung memerintahkan pembangunan hunian sementara dengan tujuan agar rakyatnya dapat menjalankan dan merayakan hari besar keagamaannya secara kondusif.










Pentingnya Berdoa



Efesus 6:18 mengatakan, "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." Jika kita merenungkan ayat ini, maka orang Kristen yang cerdas tentu tergerak hatinya dan akan berkata, "Aku harus berdoa, berdoa, sekali lagi berdoa. Aku harus berdoa dengan segenap hati dan kekuatanku." Kata "setiap waktu, permohonan yang tak putus-putusnya, segala orang kudus, dan berjaga-jagalah" artinya "tidak tidur". Rasul Paulus mengetahui sifat manusia yang malas, terutama malas untuk berdoa. Alangkah jarangnya kita berdoa sampai kita tahu bahwa kita telah memperoleh permintaan yang sudah kita doakan. Sering kali, gereja dan orang-orang Kristen hampir sampai kepada berkat di dalam doa mereka, tetapi pada saat itu mereka mengantuk dan berhenti.

Mengapa doa yang tekun, tak kunjung padam, berjaga-jaga, dan berkemenangan sangat penting?
1.      Sebab ada iblis.
Iblis memunyai banyak tipu muslihat. Dia tidak pernah berhenti, selalu membuat rencana untuk menjatuhkan anak-anak Tuhan. Efesus 6:12-13 berkata, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu."
2.      Kegagalan yang kita alami di dalam hidup dan pekerjaan kita adalah karena melalaikan doa.
Yakobus 4:2 mengatakan, "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." Kata-kata itu mengandung rahasia dari kemiskinan dan kelemahan orang Kristen karena lalai di dalam berdoa. Banyak orang Kristen bertanya, "Mengapa aku sedikit sekali maju di dalam kehidupan imanku?" Banyak pendeta bertanya, "Mengapa pekerjaanku begitu sedikit buahnya?" Banyak guru sekolah minggu bertanya, "Mengapa hanya sedikit yang bertobat di dalam kelas saya?" Jawab-Nya, "Lalai di dalam berdoa."
3.      Berdoa menjadikan seseorang berkenan kepada Allah.
Bila tanggungan dari gereja pertama bertambah-tambah dan mendesak, mereka "menghimpunkan sekalian murid yang banyak itu, serta berkata: 'Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman.'" Jelas sekali surat kiriman Rasul Paulus kepada gereja-gereja dan orang-orang saleh tentang doanya untuk mereka: bahwa banyak sekali waktu dan tenaganya dipergunakan untuk berdoa (Roma 1:10; Efesus 1:16; Kolose 1:9; 1 Tesalonika 3:10; 2 Timotius 1:3).
4.      Berdoa mengambil bagian terpenting dalam kehidupan Yesus.
Markus 1:35 mengatakan, "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." Hari yang telah lampau adalah hari yang sangat sibuk, tetapi Yesus mengurangi jam tidur-Nya, sehingga Ia boleh bangun dini hari dan bertekun di dalam doa. Lukas 6:12 berkata, "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah." Juru Selamat kita menganggap perlu sekali untuk kadang-kadang berdoa sepanjang malam. Di dalam keempat Injil, perkataan berdoa dipakai sekurang-kurangnya 25 kali. Jelas bahwa berdoa memakan banyak waktu dan tenaga. Seorang yang tidak menggunakan banyak waktunya untuk berdoa tidak dapat disebut pengikut Tuhan Yesus Kristus yang sejati.
5.      Doa adalah bagian yang terpenting dari pekerjaan Tuhan Yesus.
Pekerjaan Tuhan Yesus tidak berhenti dengan kematian-Nya. Pekerjaan penebusan dosa telah selesai pada waktu itu, tetapi Ia bangkit dan naik ke surga serta duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Ia memulai pekerjaan lain untuk kita yang sama pentingnya dengan pekerjaan penebusan dari dosa itu. Ibrani 7:25 berkata, "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan Yesus dapat menyelamatkan kita dengan sempurnanya, sebab Ia tidak hanya mati, tetapi Ia juga hidup, serta menerangkan apa tujuan hidup-Nya sekarang, yaitu "memohonkan syafaat bagi kita" dengan berdoa. Berdoa ialah pekerjaan yang terpenting yang diperbuat oleh-Nya pada hari ini. Karena doa-doa-Nya, maka Ia sedang menyempurnakan iman kita.
Roma 8:34 mengatakan, "Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus yang telah mati? Bahkan lebih lagi yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang menjadi Pembela bagi kita?" Jika kita bekerja bersama-sama dengan Yesus di dalam pekerjaan-Nya, kita harus menggunakan banyak waktu untuk berdoa dan kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh, tekun, berjaga-jaga, dan berkemenangan. Saya tidak mengetahui sesuatu yang lain yang dapat memengaruhi saya demikian kuat untuk berdoa pada segala masa dengan tekun, kecuali pengertian bahwa berdoa adalah pekerjaan terpenting dari Tuhan Yesus Kristus yang telah bangkit. Saya mau bersekutu dengan Dia, dan untuk mencapai maksud itu, saya meminta kepada Tuhan, bagaimana Ia boleh menjadikan saya seorang pengantara, untuk menjadikan saya seorang yang tahu bagaimana seharusnya berdoa, dan seorang yang menggunakan banyak waktu untuk berdoa.
6.      Berdoa adalah jalan yang ditunjukkan Allah agar kita menerima berkat dan menemukan kasih karunia untuk mendapatkan pertolongan tepat pada waktunya.
Ibrani 4:16 mengatakan, "Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya." Kata-kata itu menerangkan bahwa Allah menunjukkan suatu jalan, bagaimana kita dapat menerima berkat dan anugerah. Jalan itu ialah berdoa dengan sepenuh hati, dengan keyakinan, dan dengan kata-kata yang jelas. Ada anugerah yang besar bagi kita, dan kita mendapatkannya dengan berdoa. Alangkah baiknya apabila kita mau menginsyafi keagungan anugerah Allah yang kita miliki sebagai jawaban kepada permintaan kita, yaitu betapa tingginya, dalamnya, panjangnya, dan lebarnya kasih Allah. Dengan mengingat hal ini, kita seharusnya menggunakan waktu lebih banyak untuk berdoa. Ukuran dari anugerah yang diberikan kepada kita ditentukan oleh ukuran dari doa-doa kita. Siapakah yang tidak merasa bahwa ia membutuhkan anugerah yang berlimpah-limpah? Bertekunlah di dalam doa. Dalam hal ini, Allah menghendaki supaya kita mengucapkan setiap permohonan kita dengan iman dan tanpa rasa malu.
7.      Berdoa dalam nama Tuhan Yesus adalah jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus sendiri kepada murid-murid-Nya untuk menerima kesukaan yang berlimpah-limpah.
Yohanes 16:24 mengatakan, "Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu." Siapakah orangnya yang tidak berharap supaya kesukaannya disempurnakan? Dan jalan supaya hal itu dapat terlaksana ialah dengan berdoa di dalam nama Tuhan Yesus. Mengapa berdoa dalam nama Tuhan Yesus membawa kesukaan yang berlimpah-limpah? Pertama, karena kita telah menerima apa yang kita minta. Tetapi hal ini bukan satu-satunya sebab, atau sebab yang terbesar. Hal ini menjadikan Allah sungguh-sungguh nyata di dalam kehidupan kita. Ia adalah Allah yang hidup! Tidak ada kesukaan di bumi atau di surga yang melebihi kesukaan bersekutu dengan Allah, dan berdoa dalam nama Tuhan Yesus membawa kita dalam persekutuan dengan Dia. Penulis Mazmur tentu tidak hanya berkata tentang berkat di kemudian hari, tetapi juga berkat saat ini, ketika ia berkata, "... di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada hikmat senantiasa" (Mazmur 16:11). Alangkah besarnya kesukaan yang tak terkatakan ketika kita masuk ke hadirat Tuhan melalui doa.
8.      Berdoa dengan ucapan syukur adalah tujuan yang Allah tunjukkan agar kita menerima kebebasan dari segala kekhawatiran serta memperoleh damai sejahtera Allah.
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:6-7). Ayat ini menerangkan kepada kita bagaimana kehidupan itu dapat dicapai oleh tiap-tiap orang-orang Kristen. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga." Ayat ini menerangkan kepada kita bagaimana jalannya yang amat sederhana itu, "Tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." Tidakkah hal ini cukup jelas dan sederhana adanya? Karena itu, berhubunganlah selalu dengan Allah, dan bila kesukaran atau gangguan mendatangi engkau, katakanlah hal itu kepada Dia, dan ucapkanlah syukur kepada tiap-tiap perkara yang telah dikerjakan bagi Anda. Apakah hasilnya nanti? "Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."
Beberapa dari kita membiarkan kesibukan hidup mendesak doa kita, dan betapa banyak waktu dan tenaga yang dibuang dengan sia-sia karena kita terus bersusah hati! Satu malam di dalam doa akan menyelamatkan kita dari beberapa malam dengan penyakit insomnia. Waktu yang digunakan di dalam doa bukan merupakan waktu yang terbuang sia-sia, melainkan waktu yang dipergunakan untuk kepentingan besar.
9.      Berdoa adalah cara yang ditunjukkan oleh Allah untuk menerima Roh Kudus.
Tuhan Yesus berkata, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya" (Lukas 11:13). Banyak orang telah menerima Roh Kudus pada waktu mereka menyerahkan diri pada Tuhan sebelum mereka sempat berdoa. Tetapi banyak yang mengalami baptisan Roh Kudus ketika mereka berlutut atau berhadapan dengan Allah, baik sendirian atau bersama-sama dengan orang lain. Pada suatu pagi di dalam ruangan doa di gereja di Chicago, di mana beberapa ratus orang berkumpul untuk berdoa, Roh Kudus dicurahkan demikian nyata dan tempat itu penuh dengan hadirat-Nya, sehingga tak seorang pun dapat berkata-kata atau berdoa, tetapi sukacita memenuhi tempat itu.
10.  Berjaga-jaga agar hati kita tidak dipenuhi dengan kenikmatan dunia.
Lukas 21:34-36 berkata, "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Menurut ayat ini, hanyalah ada satu jalan untuk bersiap-siap bila Yesus datang untuk yang kedua kalinya, yaitu berjaga-jaga dan berdoa sungguh-sungguh.

11.  Karena segala sesuatu diakibatkan oleh doa.
    1. Doa memelihara pertumbuhan kerohanian kita.
"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24). Maka Allah menembus dengan cahaya-Nya yang terang ke dalam tempat-tempat yang tersembunyi di dalam hatiku, dan dosa-dosa yang tidak pernah kucurigai, dinyatakan dengan jelas. Sebagai jawaban doa, Allah mencuci saya dari kejahatan dan dosa (Mazmur 51:2). Sebagai jawaban kepada doaku, "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu" (Mazmur 119:18). Sebagai jawaban doa, saya mendapat hikmat untuk mengerti jalan Allah (Yakobus 1:5) dan kekuatan untuk berjalan di dalamnya. Ketika saya bertemu dengan Tuhan dan memandang muka-Nya di dalam doa, saya diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar (2 Korintus 3:18). Tiap-tiap hari di dalam kehidupan doa yang sungguh-sungguh, menyebabkan saya bertambah-tambah menjadi serupa dengan Allahku yang Mahamulia.
John Welch, menantu John Knox, adalah salah satu dari orang-orang yang paling setia di dalam doa yang pernah dikenal oleh dunia. Ia berpendapat bahwa suatu hari yang tidak dipergunakan untuk berdoa dan mempelajari sabda Allah selama 7 atau 8 jam adalah hari yang dipergunakan dengan sia-sia. Seorang tua berkata tentang John Welch setelah ia meninggal dunia: "Teladannya seperti Kristus." Bagaimanakah ia telah menjadi demikian seperti Tuhannya? Kehidupan doanya menerangkan hal itu.
    1. Doa mendatangkan kuasa di dalam pekerjaan kita.
Jika kita ingin memperoleh kuasa dalam pelayanan yang kita lakukan, mungkin berkhotbah, menjadi guru, atau mendidik anak-anak kita, kita bisa mendapatkannya melalui doa. John Livingstone menggunakan 1 malam untuk berdoa kepada Allah. Ketika ia berkhotbah pada hari yang berikutnya di salah satu gereja, 500 orang bertobat, atau sejak waktu itu mereka mendapat pertolongan rohani di dalam hidup mereka. Doa dan kuasa selalu berdampingan.
    1. Doa berfaedah bagi pertobatan orang lain.
Doa merupakan senjata paling ampuh yang dapat dilakukan ketika segala sesuatu yang kita lakukan menemui jalan buntu. Karena doa, maka musuh-musuh yang paling besar dari Injil telah menjadi pahlawan Injil yang paling berani, orang-orang berdosa yang amat buruk telah menjadi anak-anak Allah yang benar, dan perempuan yang hina telah menjadi orang-orang saleh yang sejati. Alangkah besar kuasa dari doa.
    1. Berdoa mendatangkan berkat kepada gereja.
Sejarah gereja menunjukkan bahwa gereja selalu mengalami kesukaran-kesukaran berat. Iblis benci kepada gereja dan berupaya dengan segala tipu muslihatnya untuk merintangi kemajuannya dengan pengajaran palsu dan perpecahan. Berdoa akan menghapuskan pertentangan di antara kita anak-anak Tuhan, mengurangi salah mengerti, menghapuskan iri hati dan kebencian, membasmi perkara-perkara yang tak senonoh, dan mendatangkan kepenuhan sejahtera Allah

Zaman Knox, Wesley, Whitefield, Edwards dan Brainerd, Finney, tahun 1857 di Amerika dan tahun 1859 di Irlandia, adalah zaman kegerakan besar, dan hal itu juga akan terjadi di zaman kita! Setan telah mengatur tenaga-tenaganya! Christian Science dengan Kristusnya yang palsu (berupa seorang perempuan), menegakkan kepalanya dengan megah. Orang-orang Kristen yang setia kepada alasan-alasan yang besar dari kebenaran Injil, berpandang-pandangan dengan kecurigaan. Iblis sedang merayakan pesta besar-besaran. Hari ini hari yang gelap, tetapi ... sekarang "waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan; mereka telah merombak Taurat-Mu" (Mazmur 119:126). Dan Ia sedang siap untuk bekerja, dan sekarang Ia sedang mendengarkan suara dari doa-doa anak-anak-Nya. Apakah Ia akan mendengar? Apakah Ia akan mendengar doa Anda? Apakah Ia akan mendengar doa gereja sebagai satu tubuh, yaitu tubuh-Nya sendiri? Saya yakin Dia mau!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Bagaimana Kita Patut Berdoa
Judul asli buku
:
How to Pray
Penulis
:
R.A. Torrey
Penerjemah
:
R.G. Yohanes
Penerbit
:
YAKIN, Surabaya
Halaman
:
5 -- 24

 

 

 

Halangan-Halangan dalam Berdoa

Ada beberapa perkara yang dapat menghalangi doa. Hal ini diterangkan oleh Allah dengan sangat jelas di dalam firman- Nya.
1. Yakobus 4:3, "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."
Kehendak yang menurut diri sendiri dapat merampas kuasa doa. Banyak sekali orang yang berdoa menurut kehendak diri sendiri. Doa-doa ini boleh jadi doa untuk perkara-perkara yang sungguh-sungguh layak untuk diminta, yaitu perkara-perkara yang menurut kehendak Allah, tetapi alasan dari doa itu sama sekali salah. Karena itu, doa yang demikian tidak berkuasa. Maksud yang sebenarnya dari doa ialah supaya Allah dipermuliakan oleh jawaban atas doa itu. Jika kita minta sesuatu dengan tujuan supaya kita boleh menerimanya untuk kita gunakan bagi kesukaan kita sendiri atau kepuasan diri sendiri, kita telah "salah meminta" dan tidak perlu mengharapkan jawaban untuk permintaan kita tersebut. Hal ini menerangkan mengapa banyak doa tidak mendapat jawaban.
Sebagai contoh, banyak perempuan berdoa untuk suaminya supaya bertobat. Hal ini adalah hal yang patut sekali untuk diminta; tetapi alasan dari permintaan tersebut sama sekali tidak patut dan menurut kehendak diri sendiri. Ia mengharap suaminya bertobat sebab baginya hal itu jauh lebih menyenangkan, yaitu memiliki suami yang mengasihi dia; atau betapa susahnya untuk memikirkan bahwa seandainya suaminya meninggal, dia akan terhilang selama-lamanya. Untuk beberapa sebab yang serupa itu, yang mementingkan diri sendiri, ia berharap suaminya bertobat. Doanya semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri. Mengapa seorang perempuan berharap suaminya bertobat? Pertama-tama dan terutama, supaya Allah dipermuliakan; sebab ia tak dapat memikirkan betapa Allah Bapa akan dipermalukan karena suaminya tidak mengindahkan nama Anak Allah.
Banyak orang berdoa untuk kegerakan. Tentu saja hal itu adalah doa yang memperkenankan Allah; hal itu seturut dengan kehendak Allah; tetapi banyak doa untuk kegerakan-kegerakan hanya menurut keinginan diri sendiri. Gereja-gereja mengharap adanya kegerakan supaya anggotanya semakin bertambah-tambah, supaya gereja boleh memunyai kedudukan yang lebih berkuasa dan berpengaruh di dalam masyarakat, supaya perbendaharaan gereja dapat bertambah, supaya nanti ada laporan baik kepada pimpinan pusat atau yayasan atau perkumpulan. Bagi cita-cita yang rendah seperti ini, sering kali gereja-gereja dan pendeta-pendeta berdoa untuk kegerakan, dan sering kali juga Allah tidak menjawab doa-doa mereka itu. Mengapa kita berdoa untuk kegerakan? Untuk kemuliaan Allah, sebab kita tidak tahan Allah terus-menerus dipermalukan oleh keduniawian gereja, oleh dosa-dosa orang-orang tak beriman, oleh ketiadaan iman dan yang tinggi hati dari zaman ini. Firman Allah tidak dihargai; Allah tidak dipermuliakan oleh pencurahan Roh Kudus di dalam gereja Tuhan Yesus Kristus. Karena sebab-sebab yang paling terutama inilah, kita harus berdoa untuk kegerakan.
Banyak doa kepada Roh Kudus hanya menurut kehendak diri sendiri. Sesungguhnya kehendak Allah memberi Roh Kudus kepada mereka yang meminta -- Ia telah mengatakan hal itu dengan jelas di dalam firman-Nya (Lukas 11:13), tetapi banyak doa untuk Roh Kudus terhalang oleh alasan kepentingan diri sendiri, yang terdapat di belakang doa itu. Orang laki-laki dan perempuan berdoa untuk Roh Kudus agar mereka selalu berbahagia, atau supaya mereka diselamatkan dari kecelakaan atau kekalahan di dalam hidup mereka, atau supaya mereka boleh mendapat kuasa sebagai pengerja-pengerja Kristen, atau untuk sesuatu alasan lain yang sama sekali menurut diri sendiri. Mengapa kita berdoa bagi Roh Kudus? Supaya Allah tidak lagi dipermalukan oleh kehidupan Kristen kita yang rendah dan oleh pelayanan kita yang tidak berhasil; supaya Tuhan dipermuliakan oleh keindahan hidup baru yang Tuhan berikan dan tenaga baru di dalam pelayanan kita.
2. Yesaya 59:1-2, "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."
Dosa menghalangi doa. Banyak orang berdoa dan berdoa dan sekali lagi berdoa, tetapi sama sekali tidak mendapat jawaban. Barangkali ia digoda untuk berpikir, bahwa bukan kehendak Allah untuk menjawab atau boleh jadi ia berpikir bahwa hari-harinya telah lalu untuk Allah menjawab permintaan doa. Demikianlah yang orang Israel pikirkan. Mereka berpikir bahwa tangan Allah telah menjadi pendek, sehingga tidak dapat menyelamatkan dan telinga-Nya telah menjadi berat untuk mendengar. "Tidak begitu," kata Yesaya, "telinga Allah terbuka seperti sediakala untuk mendengar, tangan-Nya tetap berkuasa untuk menolong; tetapi ada suatu halangan. Halangan itu ialah dosa-dosamu sendiri. Dosa-dosamu telah menceraikan dirimu dengan Tuhanmu, dan dosa-dosamu telah menutupi wajah-Nya dari padamu, sehingga Ia tidak mau mendengar."
Demikianlah keadaannya hari ini. Banyak sekali orang yang berteriak kepada Allah dengan sia-sia, tidak lain karena ada dosa di dalam hidup mereka. Boleh jadi dosa itu dosa di dalam hidup mereka yang telah lalu, yang belum diakui dan diadili, boleh jadi suatu dosa pada masa ini yang sedang dikasihinya, bahkan sama sekali tidak dipandang sebagai dosa; tetapi di mana ada dosa, tersembunyi di dalam hati atau hidup kita, Allah "tidak mau mendengar". Seorang yang mendapati doa-doanya tidak berhasil baiklah jangan menarik kesimpulan bahwa perkara yang dimintanya tidak disetujui oleh Allah, bukan kehendak-Nya, ya. tetapi baiklah ia berdoa menghadap Allah sendiri dengan doan Penulis Mazmur, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24), dan tunggulah pada-Nya, sampai Ia menunjukkan segala sesuatu yang tidak disetujui-Nya. Kemudian dosa ini akan diakui dan ditinggalkan.
Saya ingat betul suatu waktu di dalam hidup saya ketika saya sedang berdoa untuk dua perkara yang pasti, yang rupanya harus saya terima, karena jika tidak maka Allah akan dipermalukan, tetapi jawabannya tidak datang. Saya bangun pada tengah malam dalam penderitaan jasmani dan kesedihan yang besar. Saya berseru kepada Allah untuk perkara-perkara ini, bersoal jawab dengan Dia tentang betapa perlunya dan segeranya Ia harus menjawab doa saya; tetapi tidak ada jawaban yang datang. Saya minta kepada Tuhan untuk menunjukkan kepada saya, kalau-kalau ada sesuatu yang salah di dalam hidup saya. Ada sesuatu yang timbul di dalam pikiran saya -- yang telah timbul beberapa kali sebelum itu -- sesuatu yang pasti, tetapi yang tidak mau saya akui sebagai dosa. Saya berkata kepada Tuhan, "Jika hal ini salah, saya akan berhenti berbuat itu." Tetapi jawaban belum datang juga. Di dalam hati, saya tahu hal itu salah walaupun saya tidak pernah mengakuinya sebagai dosa. Akhirnya saya berkata: "Ini salah. Saya telah berdosa. Saya mau berhenti berbuat itu." Saya mendapat damai, dan tak lama kemudian saya tidur seperti seorang anak kecil. Pagi-pagi hari saya bangun dengan sehat, dan uang yang sangat dibutuhkan untuk kemuliaan nama Tuhan datanglah.
Dosa itu suatu perkara yang sangat mengerikan, dan salah satu dari kengeriannya yang paling besar ialah karena ia menghalangi doa, dan bagaimana ia menceraikan perhubungan antara kita dengan sumber dari segala anugerah kuasa dan berkat. Seorang yang ingin berkuasa di dalam doa harus tidak mengenal kasihan dengan dosa-dosanya sendiri. "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar" (Mazmur 66:18). Selama kita terus berdosa atau memunyai perselisihan dengan Tuhan, kita tidak dapat mengharap dari Dia untuk memerhatikan doa-doa kita. Apabila ada sesuatu yang selalu timbul dalam masa-masa persekutuan Anda yang erat dengan Allah, buanglah hal itu, karena hal itu menghalangi doa Anda.
3. Yehezkiel 14:3, "Hai anak manusia, orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya dan menempatkan di hadapan mereka batu sandungan, yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan. Apakah Aku mau mereka meminta petunjuk dari pada-KU?"
Berhala-berhala di dalam hati menyebabkan Allah tidak mau mendengar doa-doa kita. Apakah berhala itu? Berhala ialah sesuatu yang mengambil tempat Allah, yaitu sesuatu yang menjadi tujuan yang terutama dari kasih kita. Allah sendiri yang berhak mendapat tempat yang tertinggi di dalam hati kita. Segala sesuatu dan semua orang harus di bawah Dia. Banyak laki-laki menjadikan istrinya sebagai berhala. Bukan karena seorang laki-laki sangat mengasihi istrinya, tetapi karena ia menempatkan dia di tempat yang salah; ia menempatkan istrinya lebih terkemuka daripada Allah; dan jika seorang laki-laki memerhatikan kesukaan istrinya lebih dari kesukaan Allah; jika ia memberikan istrinya tempat pertama dan Allah tempat yang kedua, istrinya menjadi berhala dan Allah tak dapat mendengarkan doa-doanya.
Banyak perempuan menjadikan anak-anaknya berhala. Bukan karena mereka terlalu mengasihi anak-anak mereka, tapi lebih banyak daripada mengasihi Kristus. Kita dapat menempatkan mereka di tempat yang salah karena kita menempatkan mereka lebih terkemuka daripada Allah, dan kepentingan mereka lebih daripada kepentingan Allah. Jika kita berbuat demikian, anak-anak kita menjadi berhala kita. Banyak laki-laki menjadikan nama baiknya atau pekerjaannya menjadi berhala. Nama baik atau pekerjaan ditempatkan lebih terkemuka daripada Allah. Allah tak dapat mendengar doa orang semacam itu. Satu pertanyaan besar untuk kita putuskan supaya kita mendapat kuasa di dalam doa ialah: Apakah Tuhan Allah kita tempatkan di tempat yang terkemuka? Adakah Ia di atas istri, anak-anak, nama baik, pekerjaan atau kehidupan kita sendiri? Jika tidak, maka doa yang berkemenangan mustahil kita kerjakan. Allah sering kali mengundang perhatian kita kepada berhala di dalam hati kita, dengan jalan tidak menjawab doa-doa kita, dengan demikian memimpin kita untuk menyelidiki mengapa doa-doa kita tidak dijawab; demikianlah kita mengetahui berhala itu, kemudian kita buang supaya Tuhan mendengarkan doa-doa kita.
4. Amsal 21:13; "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru."
Barangkali tak ada suatu halangan yang lebih besar bagi doa daripada kekikiran; kurang murah hati terhadap orang miskin dan terhadap pekerjaan Allah. Barang siapa memberi dengan murah hati, akan menerima dari Allah dengan murah hati pula. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu" (Lukas 6:38). Orang yang dermawan adalah orang yang berkuasa di dalam doa. Orang yang kikir adalah orang yang lemah di dalam doa. Salah satu dari pernyataan yang paling mengherankan tentang doa yang berkemenangan ialah 1 Yohanes 3:22, "dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya daripada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada- Nya", yang langsung berhubungan dengan kemurahan hati terhadap orang yang berkekurangan. Berhubungan dengan hal itu dikatakan kepada kita, bahwa jika kita mengasihi, bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan kebenaran, yaitu jika kita membuka hati kita terhadap saudara yang di dalam kekurangan, dan hanya dengan demikianlah kita memunyai keluasan hati terhadap Tuhan di dalam doa.
Laki-laki dan perempuan yang mencari rahasia dari kelemahan mereka di dalam doa, tidak perlu mencari jauh-jauh; mereka hanya harus berterus terang, bahwa kekikiranlah sebabnya. George Mueller adalah seorang yang doanya berkuasa, karena ia seorang dermawan yang besar. Apa yang diterimanya dari Allah, tidak pernah berhenti di dalam tangannya; ia dengan segera menyampaikannya kepada orang lain. Ia selalu menerima sebab ia selalu memberi. Bila seseorang memikirkan tentang gereja pada hari ini yang hanya memikirkan diri sendiri saja, dan gereja-gereja yang tak pernah berkorban untuk pekabaran Injil, tidaklah mengherankan jika bahwa gereja-gereja hanya memunyai sedikit tenaga di dalam doa. Jika kita mau menerima dari Allah, kita harus memberi kepada orang-orang lain. Barangkali perjanjian yang paling mengherankan di dalam Alkitab mengenai bagaimana Tuhan akan mencukupi keperluan-keperluan kita tertulis di dalam Filipi 4:19, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus." Perjanjian yang diberikan kepada jemaat Filipi, dan dibuat langsung berhubungan dengan kemurahan hati mereka.
5. Markus 11:25, "Jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan- kesalahanmu."
Suatu roh yang tidak mengampuni adalah salah satu dari halangan-halangan yang biasa ada di dalam doa. Doa itu dijawab dengan alasan, bahwa dosa-dosa kita telah diampuni; tetapi Tuhan tak dapat bersekutu dengan kita atas dasar pengampunan apabila kita sedang mengerjakan kehendak jahat terhadap mereka yang berbuat salah kepada kita. Seseorang yang memelihara suatu kebencian di dalam hatinya terhadap saudaranya, telah menutup rapat telinga Allah terhadap permohonan-permohonannya sendiri. Betapa banyak orang yang berteriak kepada Allah supaya suaminya, anak-anaknya, dan teman- temannya bertobat, dan bertanya-tanya mengapa doa mereka tidak dijawab, sedang rahasianya ialah sedikit kebencian di dalam hati mereka terhadap seorang saudara yang telah menyakiti hati mereka, atau telah mereka kira menyakiti mereka itu. Banyak sekali ibu dan bapak membiarkan anak-anak mereka tidak diselamatkan hanya karena pemuasan hati yang celaka di dalam hal membenci seorang saudara.
6. Petrus 3:7; "Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang."
Di sini diterangkan dengan jelas, bahwa suatu hubungan yang salah di antara suami dan istri adalah halangan bagi doa. Banyak sekali terjadi doa-doa suami terhalang karena kegagalan mereka dalam melaksanakan kewajiban mereka terhadap istri mereka. Begitu juga sebaliknya, istri gagal memenuhi kewajiban mereka terhadap suami mereka. Jika suami-suami dan istri-istri mau mencari hal yang membuat doa-doa mereka yang tidak mendapat jawaban dengan rajin, sering kali mereka mendapati sebab-sebabnya ada dalam hubungan mereka yang tidak benar.
Banyak laki-laki yang suka menuntut kealiman (kesalehan) dan sangat aktif (rajin) di dalam pekerjaan kekristenan, hanya menunjukkan sedikit perhatian di dalam hal memelihara istrinya, dan sering kali kurang baik hati atau kasar; kemudian ia bertanya-tanya mengapa doanya tidak mendapat jawaban. Ayat yang telah kita kutip di atas menerangkan rahasianya. Sebaliknya, banyak orang perempuan yang sangat rajin dan cinta kepada gereja dan sangat beriman di dalam segala pelayanan gereja, mempermalukan suaminya dengan kelalaian yang tidak mengenal maaf, bersungut-sungut dan menyesal terhadap dia, melukai dia dengan kata-kata yang tajam dan amarahnya yang tak dapat dikendalikan itu; kemudian ia bertanya- tanya mengapa ia tidak mendapat kuasa di dalam doanya. Ada perkara- perkara lain yang berhubungan dengan suami-istri yang tak dapat dibicarakan kepada umum, tetapi yang pasti, sering kali hal itu merupakan halangan di dalam kita menghampiri Allah di dalam doa. Ada banyak dosa yang terselubung di bawah kesucian perkawinan, yang dapat menyebabkan kematian rohani dan kelemahan di dalam doa. Seorang laki-laki atau perempuan yang doa-doanya seakan-akan tidak mendapat jawaban, baiklah menghadapkan seluruh kehidupan perkawinannya di hadapan Tuhan, dan minta kepada Dia supaya Ia menunjukkan segala sesuatu yang tidak memperkenankan Dia.
7. Yakobus 1:5-7, "Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu akan diberikannya kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang- ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan."
Doa-doa dapat dihalangi oleh "ketiadaan iman". Allah menuntut supaya kita percaya kepada firman-Nya. Bersoal jawab tentang hal ini menjadikan Dia pendusta. Banyak di antara kita meragukan perjanjian Allah tatkala kita memohon perjanjian itu. Karena itu, tidak heran kalau doa-doa kita tak mendapat jawaban. Banyak doa kita terhalang oleh kelemahan iman kita yang celaka itu! Kita menghadap Tuhan dan minta kepada-Nya sesuatu yang pasti dan telah dijanjikan di dalam firman-Nya, tapi kemudian kita mengharap agar tidak lebih dari seperdua dari pengharapan itu digenapkan-Nya. "Maka orang yang semacam itu janganlah menyangka bahwa ia akan beroleh suatu barang dari Tuhan."
Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku
:
Bagaimana Kita Patut Berdoa
Judul asli buku
:
How to Pray
Judul asli artikel
:
Halangan-Halangan di dalam Doa
Penulis
:
R.A. Torrey
Penerjemah
:
R.G. Yohanes
Penerbit
:
YAKIN, Surabaya
Halaman
:
61 -- 71




Berdoa untuk Orang Lain

Pada malam perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berkata, "Simon, Simon ... Aku telah berdoa untuk engkau ..." (Lukas 22:31-32). Dan kita pun mengikuti teladan Kristus itu setiap waktu.
Suatu hari, saya mengunjungi seorang ibu tua yang lemah dan telah menderita selama bertahun-tahun. Ia berpaling kepada saya lalu bertanya, "Menurut Bapak, mengapa Tuhan masih menginginkan saya di dunia ini?" Saya diam karena tak tahu jawabnya. Lalu ia mulai bercerita tentang anaknya. Anak itu telah menempuh jalan hidup yang sesat. Ketika mendengar cerita ibu itu, saya teringat akan kata-kata dalam sebuah syair: "Saya tahu kasih siapa yang masih tetap mengikuti saya, oh ibuku." Meskipun ibu itu merasa kecewa akan anaknya dan kenyataannya anak itu telah berulang kali menghancurkan hatinya, ia tetap mengasihi anaknya. Akhirnya, ia menjawab pertanyaannya sendiri, "Tuhan ingin saya tetap di sini agar saya dapat mendoakan anak saya."
Sering kali, kita merasa tak berdaya, tapi kita selalu dapat berdoa. Berdoa untuk orang lain bukan saja merupakan kehormatan, melainkan juga kewajiban yang sungguh-sungguh harus ditaati. Nabi Samuel berkata: "... jauhlah daripadaku untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakanmu ..." (1 Samuel 12:23). Orang-orang Kristen mendoakan orang lain yang mereka kasihi dan orang-orang yang sulit untuk dikasihi. Yesus mengatakan, "...dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Matius 5:44).
Jika kita berbicara tentang orang yang kita benci, akhirnya api panas dari kebencian di dalam diri kita akan dipadamkan lalu kita akan mulai melihat orang itu dengan pandangan roh Tuhan sehingga kita dapat mengatakan, "Bapa, ampunilah mereka."
Bila kita berdoa untuk mereka yang kita kasihi dan yang memerlukan pertolongan, kita mengembangkan pengharapan dengan kekuatannya yang senantiasa bertahan sepanjang hidup kita.
Bila anak kita sakit, kita akan merasa lega jika dokter datang karena kita tahu bahwa ia dapat berbuat sesuatu bagi anak kita. Dan bila kita membawa seseorang yang membutuhkan pertolongan ke dalam tangan Tuhan, kita akan merasakan damai dalam hati kita, sebab berdoa untuk orang lain berarti menolong diri kita sendiri.
Bila Yesus berkata, "Simon, Aku telah berdoa untukmu," Simon berbesar hati. Bila Martin Luther merasa kuat dan bahagia, ia mengatakan, "Saya merasa seolah-olah ada orang yang mendoakan saya." Orang yang mendapat kritik dari orang lain akan merasa tertekan, tapi jika ia tahu bahwa ada orang yang berdoa untuknya, maka ia akan memperoleh sumber kekuatan yang dapat membuatnya bertahan.
Pada masa-masa sulit dalam sejarah Inggris, Cromwell menulis surat kepada laksamana-laksamana di laut: "Banyak doa dipanjatkan untuk kita setiap hari, hal ini merupakan dorongan semangat yang besar."
Saya tahu bahwa banyak orang berdoa untuk saya, dan saya berterima kasih kepada mereka semua. Beberapa waktu yang lalu ada beberapa orang anggota gereja lain menceritakan kepada saya tentang kekurangan-kekurangan pendetanya. Saya menceritakan kepada mereka bagaimana Paulus meminta agar umatnya mendoakan dia. Dalam setiap surat yang ia tulis, ia minta agar didoakan, kecuali kepada umat di Galatia. Saya lalu menyebut nama-nama pengkhotbah yang cara pelayanannya menunjukkan kemajuan pesat bila mereka tahu bahwa ada orang-orang di dalam gerejanya yang secara tetap mendoakan mereka. Jika seseorang tahu bahwa orang-orang lain berdoa untuknya, maka ia sendiri akan menolong orang itu dengan doanya.
Bila saya mendoakan orang lain, berarti saya tergerak melakukan sesuatu untuk menolong orang itu. Dan sering kali usaha orang yang mendoakan itu cukup untuk menjawab doa itu. Contohnya, jika saya berdoa untuk seseorang yang sedang sakit. Mungkin salah satu faktor yang menyebabkan penyakitnya ialah karena orang itu merasa kesepian, putus asa, dan kehilangan gairah untuk hidup. Sebagai hasil dari doa saya, saya merasa tergerak untuk menaruh perhatian dan menunjukkan sikap kasih sayang yang mungkin dapat mengubah sikap mental si penderita, dan hal ini bisa jadi merupakan titik balik antara penyakit dan kesehatan. Jika saya berdoa untuk seseorang yang mengalami kesulitan ekonomi, saya tergerak untuk menolong dia dengan memberi atau meminjamkan sebagian dari milik saya. Jika saya berdoa untuk jiwa seseorang, saya tergerak untuk mengundang dia pergi ke gereja bersama-sama. Jika saya berdoa untuk kesejahteraan lingkungan saya, maka saya akan menyediakan lebih banyak waktu lagi untuk pelayanan lingkungan saya. Bila saya berdoa untuk orang lain yang lemah, saya membawa kekuatan yang datang dari Allah untuk dipusatkan pada kehidupan dan keadaan orang itu. Alkitab berkata, "Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia, dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni, karena itu, hendaklah kamu saling mendoakan." (Yakobus 5:14-16)
Perhatikanlah terutama kata-kata "doa yang lahir dari iman". Kita tahu bahwa iman merupakan fondasi utama dari doa, tapi di sini kita melihat bahwa orang yang didoakan tidak selalu harus memiliki iman. Allah dapat menjawab doa karena iman yang mendoakan. Saya dapat mendoakan orang yang tidak memiliki iman, tapi jika saya memanjatkan doa yang lahir dari iman, maka Allah akan menjawab doa saya.
Di atas kayu salib, Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka ..." (Lukas 23:34). Jelas bahwa Tuhan Yesus tidak akan memanjatkan satu doa yang mustahil. Ia tahu bahwa mereka yang telah menyalibkan Dia adalah orang-orang yang tak menyesali perbuatannya dan tak memiliki iman. Walaupun demikian, Tuhan dapat mengampuni mereka karena doa yang telah dipanjatkan untuk mereka lahir dari iman Yesus Kristus.
Apakah Anda pernah berdoa untuk seseorang tapi belum terkabul? Setiap doa yang dipanjatkan dengan sungguh-sungguh harus disertai kata-kata Kristus, "... tapi bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi." Dan mungkin jawaban yang Anda nantikan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Atau, mungkin Allah memunyai alasan-alasan tertentu sehingga tidak segera menjawab doa Anda.
Mari kita ingat kata-kata pemazmur, "... bergembiralah karena Tuhan maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu, serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia." (Mazmur 37:4, 5, 7)
Tapi mungkin pula doa Anda tidak terjawab karena Anda tidak berdoa dengan saksama dan saya yakin bahwa beberapa orang mendapatkan jawaban yang lebih lengkap dari orang lain karena mereka tahu cara berdoa yang lebih baik. Berikut ini saya uraikan cara berdoa yang baik untuk orang lain.
1.      Berdoalah sungguh-sungguh untuk orang itu. Bayangkanlah orang itu dengan jelas di dalam pikiran kita, sehingga kita seolah-olah dapat melihat dia di hadapan kita. Pastikanlah secara tegas sedapat mungkin apa yang menjadi kebutuhan orang itu dengan mempertimbangkan keadaan hidupnya.
2.      Dengan membayangkan orang yang bersangkutan di dalam pikiran kita, pusatkanlah pikiran kita kepada Allah. Untuk ini, saya sering membayangkan suatu kejadian tertentu dalam kehidupan Kristus yang cocok dengan kasus orang itu. Misalnya, jika orang yang saya doakan itu memerlukan kebutuhan jasmani, ingatlah kejadian ketika Kristus memberi makan orang banyak. Jika hidup orang itu tidak benar, ingatlah akan Ia yang berkata, "Pergilah, jangan berbuat dosa lagi." Jika orang itu sakit, ingatlah kepada wanita yang menjamah jubah Yesus. Kita pusatkan pikiran kita kepada Allah dan orang itu bersama-sama.
3.      Di dalam doa kita, angkatlah orang itu di hadapan Allah. Kita jangan mencoba menceritakan kepada Tuhan apa-apa yang tidak kita ketahui. Demikian pula jangan mencoba mendesak Allah untuk berbuat sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya. Ingatlah kata-kata Agustinus: "Tanpa Tuhan kita tidak bisa, tanpa kita Tuhan tidak mau." Pandanglah diri kita sendiri sebagai perantara manusiawi yang diperlukan untuk mempertemukan orang itu dengan Allah.
4.      Ceritakanlah kepada Allah apa yang tersimpan di dalam hati kita. Namun, ingatlah untuk berdoa secara positif. Jangan memusatkan doa kita pada kelemahan, penyakit, atau dosa orang itu, melainkan pusatkanlah pada kekuatan orang itu dan bayangkanlah di dalam hati dan pikiran kita suatu jawaban yang kita kehendaki lalu bayangkan orang yang menerima jawaban itu. Jadi, berdoalah dengan penuh pengharapan.
5.      Berdoalah terus sampai jawaban Tuhan kita terima. Pada tahun 1872, Profesor John Tyndall, seorang ilmuwan Inggris, menyatakan bahwa doa itu sesungguhnya tak ada gunanya. Untuk mempertahankan pendapatnya itu, ia menantang orang-orang Kristen untuk mengadakan tes. Ia berkata, "Pergilah ke rumah sakit dan bagilah penderita-penderita di dalam dua kelompok. Pastikanlah bahwa mereka menderita penyakit yang hampir sama dan mereka menerima perhatian medis yang sama pula. Lalu biarlah orang-orang Kristen mendoakan kelompok yang satu sedang kelompok yang lain diabaikan. Selanjutnya kita akan menyaksikan apakah ada kemajuan-kemajuan yang terlihat pada orang-orang yang didoakan itu.
Percobaan itu sama sekali tak masuk akal. Kita tak dapat membagi orang-orang sakit dalam kelompok sesuai dengan sakit dan penderitaan yang identik. Kita juga tak dapat memastikan apakah setiap kelompok mendapatkan pelayanan medis yang sama. Tapi yang lebih penting, kita juga tak dapat memastikan apakah tak ada di antara orang dalam kelompok yang diabaikan itu yang tidak didoakan oleh orang yang mengasihinya. Namun, jika percobaan itu dapat dilaksanakan, pasti dapat dibuktikan bahwa doa akan menimbulkan perbedaan.
Doa bukan saja efektif terhadap orang sakit, tapi juga memunyai kekuatan untuk mengisi setiap kebutuhan dalam hidup kita. Berulang kali saya memberikan nasihat kepada seorang istri maupun suami yang pernikahannya kurang bahagia, "Tanpa diketahui oleh yang lain, berdoalah dengan sungguh-sungguh." Sering kali saya menyaksikan bahwa doa berhasil saat segala usaha lain gagal.
Suatu hari, seorang wanita menelepon saya dan bertanya apakah saya mengenal seorang pendeta di Los Angeles. Ia bercerita kepada saya tentang saudaranya yang membutuhkan pertolongan Tuhan dan ia ingin agar pendeta itu mendoakan saudaranya. Saya berkata, "Mengapa bukan Anda dan saya yang mendoakan dia?" "Oh, dia berada terlalu jauh dari kita," kata wanita itu. Lalu saya menunjukkan kepadanya bahwa saya dapat segera memutar telepon dan menghubungi pendeta itu. Ini disebabkan tenaga listrik. Lalu saya menunjukkan pula bahwa Allah yang telah menciptakan tenaga itu dan jika suara saya dapat diteruskan ke benua lain, maka masuk akal jika kita percaya bahwa Allah juga dapat membawa doa saya dan mengirimkannya ke mana saja.
Sering saya teringat akan syair pendek yang ditulis oleh Ethel Romig Fuller dalam bukunya "Proof" (Bukti). Terjemahannya sebagai berikut:
Jika jari-jari radio yang ramping dapat memetik melodi di tengah malam buta, lalu memantulkannya menyeberangi laut dan benua, jika nada-nada biola laksana daun-daun bunga dihembuskan melampaui gunung dan kota, jika lagu seperti bunga mawar merah bertaburan dari ruang angkasa, mengapa manusia yang fana, merasa heran jika Tuhan dapat mendengar doa kita?
Bayangkanlah seseorang di dalam satu ruangan sebuah rumah dan Tuhan berada di ruang sampingnya. Di antara kedua ruang itu terdapat dinding penyekat. Jika kita berdiri di pintu yang menghubungkan kedua ruang itu, kita dapat melihat mereka yang berada di masing-masing ruang. Yang satu dapat berbicara kepada yang lain melalui kita. Mungkin kita memunyai hubungan dengan beberapa orang yang memerlukan pertolongan Tuhan. Di antara Tuhan dan orang itu ada sebuah dinding penghalang. Mungkin dinding itu berupa rasa tidak percaya, sikap acuh tak acuh, atau cara hidup yang salah. Tapi karena kita memunyai hubungan baik dengan orang itu dan juga dengan Tuhan, maka kita dapat menjadi penghubung antara keduanya. Dan, dengan doa-doa kita, kita menyampaikan kebutuhan orang itu kepada kuat kuasa Tuhan.
Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku
:
Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa (Jilid 2)
Penulis
:
Charles L. Allen
Penerbit
:
Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988
Halaman
:
39 -- 44


Doa: Mukjizat yang Hidup

Saya selalu merasa tertarik kalau melihat kotak peralatan tukang kayu yang Ayah siapkan. Dia adalah tukang kayu. Peralatanya selalu tersimpan dengan baik di tempatnya masing-masing, alat-alat terbaik yang ia beli jika memunyai uang. Dan celakalah orang yang tidak memperlakukan salah satu dari peralatan itu dengan baik, menghilangkan atau memergunakan satu alat itu untuk membuat sesuatu yang tidak dirancangkan. Ayah saya bertumpu pada peralatannya dan dia secara konsisten memeriksa apakah tiap peralatan itu terpelihara dengan baik.
Seorang pekerja rohani yang berbobot memunyai peralatan khusus dan menggunakannya untuk memenangkan orang-orang yang tersesat dan meneguhkan iman orang-orang Kristen yang baru bertumbuh. Sekarang kita akan membuka dan melihat ke dalam kotak peralatan itu. Dawson Trotman, pendiri The Navigators, biasanya menceritakan kepada kita bahwa ada tujuh peralatan yang penting untuk menolong orang lain.
Salah satu alat yang istimewa dalam pelayanan untuk memenangkan jiwa ialah doa. Dawson tidak pernah melihat doa sebagai suatu tujuan akhir. Dia tidak menganggap doa sebagai alat pemuas diri sendiri yang akan membawanya kepada suatu keadaan pengangkatan gereja ke surga dan penuh kebahagiaan. Dia tidak memunyai keinginan untuk masuk dalam dunia khayalan. Sebagai prajurit doa yang sejati, Dawson memberitahukan kita, "Dalam menolong orang lain, bila Anda memulai dengan doa berarti Anda mulai dengan Allah, dan bila Anda memulai dengan Allah, berarti Anda memulai dengan benar."
Pertama-tama, melalui doa Allah dapat menunjukkan apa yang biasanya Dawson sebut sebagai "rintangan bagi pertumbuhan dan berbuah". Kita sering kali buta terhadap batu sandungan ini. Kita tidak dapat melihat tiang telepon yang sangat dekat di mata kita sendiri sejelas sebuah selumbar di mata saudara kita. Bagi saya, doa Raja Daud adalah klasik dan langsung: "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mazmur 139:23-24). Seorang pekerja perlu bertumbuh terus, tetapi bila ada bagian dalam hidup kita yang tidak menyenangkan Allah, maka pertumbuhan kita akan terhalang.
Kedua, mohonlah pada Allah untuk menolong Anda agar orang-orang yang belum diselamatkan bersahabat serta memercayai Anda. Pada tahun 1957, tiap minggu saya pergi berkunjung dengan salah satu pendeta dari gereja Dundee Presbyterian Church di Omaha, Nebraska. Pada suatu sore, kami mampir di rumah seorang usahawan yang memunyai watak kasar dan keras. Gordon telah bertemu dengan orang itu sebelumnya dan memperingatkan saya bahwa kami mungkin akan mengalami kesulitan.
Orang itu membuka pintu, mempersilakan kami masuk, dan kami memulai kunjungan kami dengan secangkir kopi. Dalam menjawab salah satu pertanyaannya saya menunjukkan buku yang pernah saya baca, dengan menyebutkan betapa besar arti buku itu bagi saya dan bagaimana besarnya penghargaan dan penghormatan saya kepada pengarangnya. Usahawan yang kejam ini kelihatannya terkejut. Dia membawa saya ke ruang kerjanya dan memperlihatkan kepada saya buku itu. Dia berkata bahwa buku itu telah banyak menolongnya juga, dan secara jujur menyatakan keheranannya bahwa seorang seperti saya yang melakukan "pekerjaan keagamaan" masih memerhatikan hal-hal yang demikian.
Sesudah percakapan ini, dia dan saya menjadi teman erat. Hingga hari ini -- dalam jangka waktu lebih dari 25 tahun -- saya kadang-kadang mengadakan perjumpaan dengan keluarga itu. Tetapi yang paling menarik dari semuanya itu, dia dan hampir semua keluarganya mengenal Tuhan. Pekerja harus rajin mengikuti nasihat Paulus kepada Timotius supaya "melakukan pekerjaan seorang penginjil" (2 Timotius 4:5).
Suatu hal yang menarik dalam cerita ini ialah ketika sebelum Gordon dan saya membunyikan bel pintu rumah usahawan itu. Saya berdoa dengan singkat dan bersungguh-sungguh supaya Allah akan membuat sesuatu terjadi selama percakapan kami yang akan memungkinkan saya dapat memenangkan kepercayaan dan persahabatan orang itu. Saya juga meminta agar saya dapat memengaruhinya sehingga pada akhirnya memenangkannya bagi Kristus. Ternyata Allah menjawab doa saya.
Ketiga, doa akan menolong Saudara menemukan kebutuhan yang sungguh-sungguh dari orang Kristen yang bertumbuh dan apa yang dapat Anda lakukan untuk menolongnya, agar memenuhi kebutuhannya. Berdoalah dengan sungguh-sungguh bagi orang itu, mintalah hikmat dari Tuhan. Berdoalah bersama dengan orang itu. Sering kali, orang itu akan memulai dengan mengeluarkan isi hatinya kepada Tuhan. Melalui saat-saat doa itu, bersama-sama Anda akan mengetahui pergumulan apakah yang sedang dihadapinya, apa yang sedang memberati hatinya, dan persoalan apa yang dihadapinya dalam perjalanannya bersama Tuhan. Pelayanan Anda dalam hidupnya akan "menggaruk" tempat di mana dia merasa sungguh-sungguh gatal.
Kita belajar bahwa pergaulan merupakan suatu kenyataan. Fakta ini adalah dasar dari sistem belajar. Melalui sistem itu, banyak ahli urusan bangunan belajar dengan kecekatan yang luar biasa. Ketika kita melewatkan waktu dengan berdoa di hadapan Tuhan, semakin lama kita makin menyerupai Dia. Paulus menyatakannya seperti ini: "Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar" (2 Korintus 3:18). Suatu kebenaran yang hebat! Rahasianya ialah tinggal di dalam Kristus.
Alasan keempat dari doa ialah makin lama makin menjadi seperti Kristus ketika kita bersekutu dengan-Nya. Bagi seorang pekerja, salah satu mutu yang paling penting untuk berkembang ialah selalu merasakan "sentuhan" Kristus -- hubungannya dengan orang-orang lain. Bila Anda dan saya mau menjadi pekerja yang efektif di ladang tuaian di dunia yang luas, kita harus memunyai sentuhan ini dengan orang lain. Kristus mendatangi mereka yang cukup rendah hati untuk menerima firman-Nya yang berkuasa dan sanggup mengubah mereka dari hidup lama ke hidup baru.
Kita tidak pernah bisa menjadi saksi yang efektif bagi Kristus bila tidak mau dan tidak dapat mengomunikasikan kebenaran rohani itu kepada orang banyak. Yesus berkomunikasi secara terbuka dan efektif: "Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat (Markus 12:37).
Kenneth Latourette menarik kesimpulan bahwa salah satu alasan utama bagi keberhasilan pelayanan Kristen ialah bahwa pelayanan itu pertama-tama kepada orang-orang biasa, selanjutnya mereka ini akan menjadi alat yang penting untuk menyebarkan Injil.
Pengalaman membuktikan bahwa meluasnya kekristenan tidak bersumber dari penginjil-penginjil profesional, melainkan melalui orang Kristen awam yang kehidupan kekristenannya suci dan murni. Mereka terbeban untuk bersaksi kepada orang-orang yang ditemui di lingkungan kerja mereka, misalnya pekerja-pekerja batu bara, kulit, kain, dan orang-orang tidak terpelajar lainnya.
Hiduplah dalam persekutuan yang erat dengan Kristus dan membiarkan-Nya hidup melalui Anda. Dia tetap ingin mentransformasikan kehadiran-Nya dan kuasa firman-Nya kepada orang-orang yang bersahaja. Inilah salah satu kunci penting bagi "pelayanan antarbudaya" yang banyak didiskusikan itu.
Orang yang pernah melayani dalam hubungan antarbudaya itu adalah Yesus. Dia meninggalkan rumah surgawi-Nya, suatu tempat suci dan murni, dan datang ke dunia yang kotor, penuh dosa dan menjijikkan untuk berjalan di antara kita. Apakah Dia bergaul? Ya! Apakah Dia mengadakan hubungan sampai ke hati? Ya! Apakah Dia akrab dengan orang-orang? Ya! Ketika kita bercermin kepada hidup-Nya dan pelayan-Nya, kelihatannya masuk akal bahwa hal yang paling penting yang dapat dilakukan oleh pekerja-pekerja yang terpanggil untuk menjadi misi antarbudaya ialah membiarkan-Nya terus menguasai kita. Tinggallah di dalam Dia. Pergunakan banyak waktu untuk berdoa. Lakukan pelayanan dengan penuh kuasa dari Roh Kudus. Izinkanlah Roh Yesus mempergunakan Anda sebagai saluran. Melalui saluran itu, Yesus dapat meneruskan pelayanan-Nya sekarang ini.
Apakah ini berarti bahwa pekerja-pekerja antarbudaya tidak perlu mengerti adat-istiadat lingkungan, kebudayaan, atau bahasa? Tidak! Tentu saja tidak. Hal ini hanyalah soal prioritas. Meskipun mereka melakukan hal-hal ini, mereka tidak boleh sama sekali menaruh kepercayaan mereka di dalam hal-hal ini. Keyakinan kita ialah di dalam Allah. Dia adalah sumber kepercayaan hidup dan pelayanan kita. Hidup di dalam Dia akan membuahkan buah yang tahan lama. Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Ini adalah rahasia pelayanan yang efektif karena jamahan Kristus.
Melewatkan waktu bersama Kristus akan membuat seorang pekerja tetap berada dalam sasaran. Ini adalah keuntungan kelima yang diperoleh seorang pekerja yang berdoa.
Sebuah buku yang pernah saya baca dan baca lagi selama bertahun-tahun ialah "Lectures on Preaching" yang ditulis oleh Phillips Brooks. Dalam bab yang berjudul "Seorang pengkhotbah dalam pekerjaannya", dia berbicara tentang masalah menjaga supaya prioritas kita tidak bergeser dan selalu dalam sasaran. Hati-hati terhadap hobi Anda. Teguhkan diri Anda pada pusat pelayanan Anda, jangan sekali-kali berada di luar lingkungan kegiatan. Nasihat yang baik. Dengan sedikit menyerempet mungkin menarik, tetapi kita tidak boleh hidup atau melayani menyimpang dari tujuan.
Seorang pekerja yang saya ajak berbicara tergoda oleh jenis musik tertentu yang disiarkan oleh stasiun radio lokal. Memang tidak berdosa. Namun, saya tidak menyukai musik jenis itu. Dan yang menjadi persoalan ialah bahwa orang itu kelihatannya kehilangan minat untuk memenangkan jiwa-jiwa.
Beberapa waktu yang lalu, saya bercakap-cakap dengan seorang pekerja yang sedang berkampanye untuk mempromosikan suatu gagasan bahwa minum anggur, bir, dan minuman-minuman keras lainnya, menurut Alkitab tidak dilarang. Dia sangat dipengaruhi oleh gagasan itu. Tujuan hidup dan pelayanannya telah berubah. Dia berada di ujung garis batas dan saya kuatir dia sedang menuju kejatuhan.
Seorang pendeta memberitahukan pada saya baru-baru ini tentang seorang laki-laki dalam jemaatnya yang rupanya cenderung menghapuskan sekolah minggu. Orang itu tidak percaya pada kekuatan sekolah minggu dan telah berusaha dengan seluruh misinya supaya terlepas dari sekolah minggu itu. Dia berada di luar garis, melewatkan waktu dan mengeluarkan energinya pada jalur yang salah, menuju ke arah yang salah.
Beberapa hari yang lalu, saya berbicara dengan seorang laki-laki muda yang percaya bahwa gereja seharusnya berbuat lebih banyak untuk membantu pengungsi-pengungsi politik. Dia berbicara tentang sekelompok orang-orang yang diganggu oleh pemerintah. Orang-orang ini membutuhkan pertolongan dan gereja seharusnya ikut campur. Tetapi lebih dari itu, dia mengatakan bahwa hal itu seharusnya menjadi persoalan penting bagi gereja. Sebagian besar dari sumber dan waktu gereja harus dilewatkan untuk membereskan persoalan yang sangat rumit ini.
Ketika saya mendengar dia begitu bersemangat, saya merasa yakin bahwa saya sedang mendengarkan orang yang menekankan sesuatu di luar sasaran. Pekerjaan utama dari gereja ialah Amanat Agung itu -- memenangkan jiwa yang sesat dan meneguhkan iman yang telah diselamatkan. Bisa jadi hal-hal yang lain juga baik, namun bukan menjadi sasaran pokok. Saya mengingatkan kawan saya untuk merencanakan suatu revolusi sosial atau menyusun kembali suatu masyarakat, tetapi mengutamakan memenangkan jiwa. Yesus berkata tentang diri-Nya sendiri, "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Lukas 19:10) Bila Anda dan saya ingin menempatkan hidup kita pada inti sasaran, kita tidak dapat berbuat lebih baik kecuali memakai waktu berjam-jam dalam persekutuan dengan Kristus, sambil belajar dari Dia yang terus-menerus melakukan segala yang menyenangkan Bapa. Saya yakin inilah alasan penting yang telah menjadi inti sasaran dalam kehidupan dan pelayanan Rasul Paulus, meskipun dia juga telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam menjelaskan melalui surat-surat kirimannya tentang iman yang seharusnya dipatuhi oleh gereja Tuhan. Dia adalah pekerja yang utama dan penting dan secara kebetulan adalah seorang ahli teologi dan seorang pengarang.
Ketika Dawson Trotman melihat kelompok kami membentuk pekerja-pekerja, dia selalu menantang kami supaya berdoa. Suatu hari dia memberitahukan kepada kami, "Bila Anda berdoa, percayalah kepada yang tidak mungkin. Buatlah daftar proyek mengenai hal-hal yang tidak mungkin yang Anda inginkan Allah lakukan hal itu." Tempat teratas dalam daftar saya ialah keinginan supaya menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Saya meletakkan dua ayat di tempat teratas dari daftar doa pribadi saya dan berdoa mengenai hal itu tiap-tiap hari. Salah satunya ialah Amsal 18:24, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara."
Pada waktu itu, pekerjaan saya adalah memuati truk yang menuju toko serbaada (Sears) Roebuck. Orang-orang yang bekerja dengan saya sama sekali tidak tertarik pada berita Injil. Saya tahu bahwa untuk memenangkan mereka, saya harus pertama-tama berkawan dengan mereka. Kemudian kami dapat berbicara dan saya dapat membagikan Kristus dengan mereka secara pribadi dengan cara yang tidak tergesa-gesa. Ayat yang satunya ialah Amsal 17:22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." Saya membayangkan bila Allah akan menolong saya dengan sikap yang ramah dan semangat yang gembira dalam pekerjaan itu, maka Dia dapat mamakai saya untuk membangun suatu jembatan untuk menjangkau orang-orang ini dengan Injil.
Pada waktu itu saya tidak mengira saya dapat melakukannya. Tetapi Allah melakukannya. Akhirnya saya dekat dengan orang-orang muda itu dan bersaksi kepada mereka. Kemudian sesuatu yang tidak dapat dipercaya terjadi! Sebagian dari mereka datang kepada Kristus. Istri dari salah seorang laki-laki itu datang kepada Kristus. Dengan pengalaman ini sebagai permulaan, saya terdorong berdoa untuk hasil lebih besar lagi. Saya segera mengerti akan hak istimewa dan kuasa dari doa. Dawson mendorong kami supaya saling mendoakan. Pada suatu hari dia berkata, "Saya merasa kasihan kepada orang yang memunyai banyak pengagum tetapi sedikit pendukung doa."
Istri saya dan saya pada suatu kali mendapat hak istimewa untuk mengunjungi Kelepi dan Finamoa Mailaui di pulau Tonga di Pasifik Selatan. Kelepi dan Finamoa dimenangkan bagi Kristus saat mereka bersekolah di Universitas di New Zealand. Sekarang ini mereka adalah pekerja yang berbuah di kota asal mereka di Nuku'alofa, ibu kota dari 360 kepulauan Tonga.
Pada suatu hari, mereka membawa kami melihat-lihat pemandangan di pulau itu. Ketika kami melewati jalan pacuan Manamo'ui, mereka mengatakan Manamo'ui berarti "mukjizat yang hidup". Saya melihat pada jalur pacuan itu ketika kami lewat di dekatnya, dan saya berpikir, "Tidak, jalur pacuan ini bukan mukjizat yang hidup. Doa adalah mukjizat yang hidup." Melalui doa, kita nembawa hati dan tangan Allah yang hidup kepada dunia ini. Melalui doa, orang yang tersesat akan dibawa pulang. Melalui doa, bayi yang baru lahir dalam Ktistus dibantu sepanjang perjalanan iman dan dibangun dalam perjalanan mereka bersama Tuhan. Melalui doa, pekerja-pekerja akan didatangkan ke ladang tuaian. Melalui doa, kita dapat membagikan persoalan-persoalan pribadi dan keberatan-keberatan kita kepada Allah, sambil menerima terang dan kekuatan yang kita butuhkan untuk tugas- tugas harian dan tugas-tugas umum. Doa memang suatu mukjizat yang hidup!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Penuai yang Diperlengkapi
Judul asli buku
:
Laboring in the Harvest
Judul artikel
:
Doa: Mujizat yang Hidup
Penulis
:
LeRoy Eims
Penerjemah
:
Tidak dicantumkan
Halaman
:
54 -- 63


Pertanyaan Seputar Doa

APAKAH DOA ITU?
Doa itu percakapan dengan Allah -- berbicara dengan Dia, mendengarkan Dia, berada di hadirat-Nya. Percakapan dalam doa termasuk menceritakan segala pemikiran, perasaan, keragu-raguan, masalah, keluhan, harapan, dan kegembiraan Anda. Doa itu melibatkan juga soal pengakuan dosa, penyembahan Allah, penyerahan diri Anda untuk mematuhi Dia, pengucapkan terima kasih, pengajuan permohonan bagi Anda dan bagi orang-orang lain, dan intinya adalah penyediaan diri Anda bagi Allah.

MENGAPA SAYA HARUS BERDOA?
Jika Anda mengasihi seseorang, Anda ingin bersama-sama dengan dia; Anda ingin menceritakan apa yang ada di dalam pikiran Anda dan menikmati kehadiran orang yang Anda kasihi itu. Doa adalah cara kita memakai waktu untuk bercengkerama dengan kekasih kita dan menjadi akrab dengan Dia. "Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju." (Kidung Agung 7:10) Sebagaimana Allah itu Kekasih kita, terlebih dari itu Ia adalah Tuhan kita. Doa adalah salah satu cara untuk melatih kehendak kita untuk melayani Dia, memuja kebesaran-Nya, mengakui kelemahan kita, mendapatkan perspektif-Nya, dan berusaha mengetahui instruksi-instruksi-Nya yang spesifik. Doa dan pemahaman Alkitab bekerja sama untuk membenamkan kita ke dalam sikap, tata nilai, keinginan, cara-cara, dan sasaran-sasaran Tuhan kita. Jika kita ingin menaati Dia, kita perlu menyediakan waktu untuk bersama-sama dengan Dia.
Akhirnya, Allah adalah Bapa kita (Roma 8:15). Allah tidak menciptakan robot-robot untuk melakukan kehendak-Nya dengan otomatis. Ia menciptakan manusia yang dapat menjadi anak-anak-Nya, baik laki-laki maupun perempuan. Baik kita anak-anak maupun orang-orang dewasa secara rohani, kita semuanya memunyai berbagai kebutuhan, perasaan, dan tanggung jawab. Bapa kita mengasuh dan mengajar kita dengan disiplin, tidak menjadi soal apakah kita meminta-Nya atau tidak karena Ia mengetahui kebutuhan-kebutuhan kita. Tetapi, sama seperti ayah duniawi manusia, Ia mau supaya anak-anak-Nya mengatakan kepada-Nya apa yang mereka inginkan, bagaimana perasaan mereka, dan bagaimana mereka menghargai Bapa mereka.

APAKAH PENGUCAPAN SYUKUR, PUJIAN, DAN PENYEMBAHAN ITU?
Alkitab tidak membuat perbedaan yang tegas antara pengucapan syukur, pujian, dan penyembahan, sehingga orang-orang Kristen telah mengembangkan aneka ragam pengertian yang banyak menolong. Berikut ini beberapa pengertian yang mendalam.
Penyembahan dimulai dengan pujian. Pujian hanyalah tindakan yang menyatakan penghargaan atau mengakui kebaikan seseorang atau sesuatu. Kita memuji atlet, wanita cantik, minuman, makanan enak, dan sebagainya. Pujian sebagai tindakan yang menyatakan penghargaan atau kekaguman dapat diterapkan baik kepada barang maupun kepada Allah. Sebaliknya, penyembahan hanya dapat dikenakan kepada hal yang ilahi.
Pujian adalah kegiatan manusia yang mengakui Allah. Penyembahan adalah kegiatan Allah di dalam diri kita sebagai respons terhadap pujian yang kita berikan. Penyembahan itu diliputi oleh keajaiban keakraban; Allah sendiri yang mengambil inisiatif di dalamnya. Dalam penyembahan, kita bergerak melampaui apa yang sedang kita lakukan sebagai manusia, dan kita tenggelam dalam apa yang sedang dilakukan Allah di dalam dan melalui kita. Pujian mempersiapkan kita untuk memasuki penyembahan, tidak lebih dari itu.
Dari banyak kata Ibrani untuk "penyembahan" dalam Perjanjian Lama, "shachah" adalah salah satu yang umum. Artinya adalah "membungkukkan diri sampai ke bawah". Allah bertambah-tambah; aku berkurang-kurang. Aku terkagum-kagum oleh-Nya. Diriku mati, dan bersama dengan itu juga kehormatanku, martabatku, dan keangkuhanku (Keluaran 34:5-9, Yosua 5:13-15).
Ada orang Kristen yang memandang seluruh kehidupannya sebagai suatu penyembahan atau kebaktian, kita "(melakukan) semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus" (Kolose 3:17), dengan "mempersembahkan tubuh (kita) sebagai persembahan yang hidup... itu adalah ibadah (kita) yang sejati" (Roma 12:1). Ada lagi yang lain yang memandang pekerjaan dan pelayanan sebagai ibadah yang melimpah keluar dan merupakan sesuatu yang dipersembahkan kepada Allah dalam ibadah. Pujian dalam kedua pandangan itu, adalah aspek dari ibadah; di dalamnya kita merayakan siapa Allah itu dan apa yang telah dilakukan Allah.

MENGAPA SAYA HARUS MEMUJI ALLAH? APAKAH ALLAH ITU EGOTISIK?
Dengan memberi pujian, Anda terlepas dari sifat yang suka memusatkan segala sesuatu pada diri Anda sendiri. Allah menekankan pujian, pengucapan syukur, dan penyembahan bukan karena Ia "egotis" dan memunyai keinginan-keinginan yang mementingkan diri sendiri, melainkan karena Allah memerhatikan hal yang terbaik bagi kita. Pujian dan pengucapan syukur mengangkat kita naik untuk dapat mengatasi sifat kita yang suka memusatkan segala sesuatu pada diri kita sendiri kepada sifat yang suka memusatkan segala sesuatu kepada Kristus. Hal-hal itu akan membuat kita memusatkan hati dan pikiran kita pada Tuhan dan menjadikan kita makin menyerupai Kristus. Kita menipu diri kita sendiri jika kita melalaikannya, karena hal-hal itu bagaikan obat kuat yang menambahkan sukacita dan kekuatan rohani.
(Egotis dan egotistik berbeda dari egois; egotis merupakan istilah filosofi yang berhubungan dekat dengan narsis dan narsistik dan berhubungan dengan dirinya sendiri, sementara egois berkenaan dengan tindakannya terhadap orang lain. Egotisme lebih buruk dan lebih memalukan daripada egoisme. Sifat egotistik berarti selalu dan secara berlebihan menyebut-nyebut dan menonjolkan diri sendiri dalam segala hal.)
1.      Anda akan bertumbuh dalam iman dan pengalaman akan kuasa Allah. Pujian dan penyembahan terhadap Allah menguatkan iman kita karena kita memusatkan diri kita pada apa yang kita ketahui sebagai kebenaran tentang Dia dan tidak memusatkan diri kita pada bagaimana perasaan kita tentang keadaan kita. Itu sebabnya, pujian dan penyembahan membuat Allah bebas untuk bertindak dengan kuasa. Waktu menghadapi malapetaka, Raja Yosafat memuji Allah sampai 6 ayat yang panjang (2 Tawarikh 20:6-11).
2.           "Ya Tuhan, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di 
3.           dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? 
4.           Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tanganMu, sehingga 
tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau." (ayat 6)
Kemudian, dalam ayat 12, Yosafat secara singkat menyatakan kesusahannya. Ketika jawaban Tuhan datang, Yosafat dan seluruh bangsa memberi respons seperti berikut.
"Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh 
Yehuda dan penduduk Yerusalempun sujud di hadapan TUHAN dan 
menyembah kepada-Nya. Kemudian orang Lewi ... bangkit berdiri 
untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan 
suara yang sangat nyaring." (2 Tawarikh 20:18-19)
5.      Anda mengalami kehadiran Allah. Dalam bukunya "Reflections on the Psalms", C.S. Lewis menggambarkan saat-saat ketika ia bergumul dengan masalah mengapa pujian itu penting: "Saya tidak melihat bahwa di dalam proses disembah itulah Allah mengomunikasikan kehadiran-Nya kepada manusia. Memang itu bukanlah cara satu-satunya. Tetapi bagi banyak orang dalam banyak kejadian, 'keindahan Tuhan' diperlihatkan terutama dan hanya sewaktu mereka menyembah Dia."
6.      Allah memang layak untuk dipuji dan disembah. Selanjutnya, kita memuji Allah karena Ia memang layak untuk dipuji. Kita dalam segala hal berutang kepada-Nya, sehingga kita ini bukan manusia jika kita tidak meluap-luap dengan rasa cinta dan terima kasih kepadanya.
7.           Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN,
Sebab Engkau telah menarik aku ke atas (Mazmur 30:2)
Ya Tuhan dan Allah kami,
Engkau layak menerima puji-pujian
dan hormat dan kuasa,
Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu;
dan oleh karena kehendak-Mu
semuanya itu ada dan diciptakan. (Wahyu 4:11)
8.      Anda akan menikmatinya. Akhirnya, pujian dan penyembahan merupakan kenikmatan bagi kita. C.S. Lewis menulis: "Saya pikir kita senang memuji apa yang kita nikmati karena pujian bukan hanya mengungkapkan tetapi juga menyempurnakan kenikmatan itu: hal itu merupakan semacam kelengkapan yang sudah ditetapkan. Jika 2 orang sedang bercinta, mereka terus-menerus saling mengatakan betapa cantik atau gagahnya kekasih mereka. Itu bukan karena mereka ingin saling memuji, tetapi karena kesenangan itu baru sempurna bila diucapkan atau dinyatakan. Makin berharga objeknya, makin besar kesenangannya. Seandainya jiwa manusia, yang merupakan hasil ciptaan Allah itu, dapat secara sempurna "menghargai", artinya mengasihi objek yang paling berharga dibandingkan dengan segala sesuatu, dan bersamaan dengan itu pada setiap saat mengungkapkan dengan sempurna kesenangan ini, maka jiwa itu akan berada dalam keadaan sukacita yang luar biasa sempurna.

Gagasan-Gagasan untuk Penerapan
Bacalah beberapa dari Mazmur pujian dengan suara yang nyaring (misalnya pasal-pasal: 8, 19, 29, 30, 33, 47, 66, 100, 103 s/d 108, 111, 113, 136, 138, 145 s/d 150), atau dari Wahyu (4:8,11; 5:9-10, 12-13; 7:12; 11:15-18; 15:3-4; 19:1-8). Perhatikanlah bagaimana para penulisnya mengungkapkan berbagai perasaan mereka tentang Allah, dan perhatikanlah berbagai hal yang menyebabkan mereka memuji Dia. Kemudian, ambillah waktu untuk mengatakan kepada Allah apa yang Anda hargai tentang Dia. Janganlah melakukan sesuatu untuk membangkit-bangkitkan emosi Anda, tetapi biarlah pujian membawa Anda sampai pada titik pada saat Anda secara rohani (bahkan mungkin secara fisik juga) bertelut dan menyembah Tuhan.

BAHAYA-BAHAYA APAKAH YANG ADA DALAM PUJIAN DAN BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGHINDARINYA?
Pemikiran atau pandangan yang keliru tentang pujian dapat menimbulkan berbagai masalah: Orang Kristen yang sebenarnya bukan Kristen, yang hanya bertopengkan senyum walaupun di dalamnya terdapat berbagai perasaan yang ditekan; orang Kristen yang tidak berserah yang melalui pujian, yang berharap dapat membuat Allah melakukan apa pun yang mereka inginkan; orang Kristen yang sedang bingung, mereka yakin bahwa Allah yang menyebabkan terjadinya pencobaan yang sedang mereka alami, padahal sebenarnya mereka sendirilah yang membuat hal itu terjadi; orang Kristen pasif yang menggunakan pujian untuk memecahkan masalah-masalah hidup mereka dan menggantikan akal budi mereka; dan orang Kristen yang pemarah, yang menyalahkan Allah karena tidak memberi imbalan untuk pujian-pujian mereka dengan kehidupan yang bebas dari kesukaran.
Jika kita memandang pujian sebagai obat untuk semua penyakit dan rahasia utama untuk keberhasilan dalam kehidupan Kristen, maka kita cenderung untuk mengabaikan hal-hal penting lainnya -- doa untuk diri kita sendiri dan orang-orang lain, makan dari firman Allah dengan rajin, dan setiap hari taat kepada Kristus sebagai Tuhan. Jika kita terlalu banyak meletakkan penekanan pada aspek emosional dari pujian, kita menjadi kecewa bila kita sampai pada salah satu dari periode-periode kehidupan kita yang kering secara emosional. Atau, kita mematahkan semangat saudara-saudara seiman kita yang tulus namun yang jarang mengalami emosi-emosi yang kuat pada waktu mereka memuji, dan membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bisa membina suatu kehidupan yang suka memuji secara wajar. Sebaliknya, jika kita takut dan menghindari emosi ketika kita memuji, maka kita akan kehilangan banyak kesenangan dan manfaat yang sebenarnya dapat kita nikmati.

Untuk menghindari jebakan yang menjatuhkan, ingatlah akan prinsip-prinsip berikut ini.
1.      Hiduplah berdasarkan fakta, bukan berdasarkan perasaan. Perasaan mudah diombang-ambingkan oleh bermacam-macam angin, seperti apakah kita cukup tidur semalam, atau apa yang dikatakan seseorang kepada Anda sejam yang lalu; perasaan bukan sarana yang baik untuk mengukur kenyataan. Pusatkan perhatian Anda pada apa yang Anda ketahui sebagai hal yang benar tentang Allah, diri Anda, dan dunia ini. Ini berarti membangun pujian berdasarkan firman Allah, dan hidup menurut kehendak Allah dan anugerah Allah dan bukannya hidup menurut berbagai perasaan Anda. Pujian kepada Allah sering dapat mengangkat emosi Anda dan pada waktu yang bersamaan iman Anda dikuatkan dan Anda dibawa ke dalam hadirat Allah, tetapi janganlah memakai pujian sekadar untuk mendapatkan perasaan atau emosi yang melambung tinggi.
2.      Janganlah berpura-pura merasa bahwa Allah itu hebat kalau Anda sesungguhnya tidak merasa demikian. Anda bebas memilih untuk menyembah Allah sebagai langkah kehendak Anda, sambil mengakui kepada Allah dan orang-orang lain bahwa Anda merasa sedih, khawatir, bimbang, atau marah. Akuilah perasaan-perasaan Anda dengan jujur, hanya saja janganlah membiarkan perasaan-perasaan itu menguasai Anda.
3.      Janganlah berusaha untuk memakai pujian untuk menyogok Allah supaya melakukan apa yang Anda inginkan. Ini merupakan pujian yang bersifat menjilat dan yang dilakukan secara terencana, bukan pujian yang bersifat menyembah, dan hal ini sama saja dengan upacara magis yang bukan Kristen.
4.      Janganlah memakai pujian untuk mencari penyelesaian untuk berbagai masalah dalam hidup ini sebagai pengganti dari usaha yang seharusnya dilakukan dengan menggunakan akal budi yang sudah Tuhan berikan.

MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUI DOSA-DOSA SAYA KEPADA ALLAH? BUKANKAH ALLAH SUDAH MENGETAHUI SEMUANYA ITU?
Mazmur 32:3-5, 51:1-19, dan 1 Yohanes 1:8-9 melukiskan maksud-maksud pengakuan seperti berikut ini.
1.      Dosa-dosa yang tersembunyi itu membusuk dan merusak serta menceraikan dan menghancurkan. Allah mengetahui dosa Anda, tetapi jika Anda belum mengakuinya secara terbuka, maka Anda dapat menipu diri Anda dengan meyakinkan diri Anda bahwa itu sebetulnya bukan dosa, dan bahwa Anda tidak perlu melakukan sesuatu dengan dosa itu, dan bahwa hal itu tidak menimbulkan sesuatu kerugian bagi Anda. Pengakuan adalah langkah awal menuju pertobatan, berpaling, dan menghentikan tindakan atau sikap yang salah itu.
2.      Pengakuan mendatangkan pengampunan. Jika Anda tidak merasa bersalah, darah Tuhan Yesus tidak dapat melakukan apa-apa bagi Anda. Jika Anda mengakui bahwa Anda bersalah, maka barulah Allah dapat menyucikan Anda. Kesalahan yang diangkat ke permukaan adalah sahabat Anda, karena hal itu akan memungkinkan salib berpengaruh pada situasi itu.
3.      Pengakuan mengantar Anda ke keadaan yang sesungguhnya. Allah menghendaki agar hubungan Anda dengan Dia didasarkan pada kebenaran dan kenyataan. Kata dalam bahasa Inggris yang artinya mengakui, dalam bahasa Latin berarti "mengatakan hal yang sama seperti". Setuju dengan Allah tentang apa yang benar itu berarti mendasarkan hubungan Anda pada kenyataan. Pengakuan membebaskan Anda dari belenggu-belenggu kebohongan, penipuan terhadap diri sendiri, dan dari khayalan, karena iblis memang menghendaki Anda hidup di dalam khayalan.
4.      Pengakuan memulihkan hubungan Anda dengan Allah. Jika Anda hidup dalam kebohongan dan tidak mau mengampuni, tidaklah mungkin bagi Allah untuk mendengar dan menjawab doa-doa Anda (Yesaya 59:1-2).
5.      Pengakuan membuat kehidupan Anda lebih menyenangkan. Tidak mau mengaku berarti Anda kehilangan sukacita, damai, penghiburan, dan pada akhirnya juga kesehatan Anda. Keadaan demikian akan lebih banyak merugikan diri Anda.

BAGAIMANA CARANYA SAYA MENGAKUI DOSA SAYA?
Mazmur 51 merupakan suatu contoh yang luar biasa tentang pengakuan. Kadang-kadang, Anda ingin mengakui secara spesifik dosa-dosa yang telah Anda perbuat, sedangkan pada waktu-waktu lain Anda hanya perlu mengakui kelemahan-kelemahan Anda secara umum di hadirat Tuhan.
Suatu segi yang penting dalam pengakuan sering kali adalah sekadar mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan Anda tentang berbagai hal. Kitab Mazmur penuh dengan apa yang dapat kita sebut "pengakuan negatif", di dalam pengakuan itu pemazmur mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan hatinya, betapa kecewanya ia terhadap Allah, dan seterusnya.
"Aku kehabisan tenaga dan remuk redam
aku merintih karena degap-degup jantungku." (Mazmur 38:9)
Pemazmur melakukan hal ini bukan untuk bergelimang dalam sikap mengasihani dirinya sendiri, tetapi untuk mengawali doanya dengan kejujuran. Dalam Mazmur 38 dan di bagian lain, Daud menyelingi keterusterangan semacam ini dengan keputusan-keputusan untuk memercayakan diri kepada Tuhan, walaupun hal tersebut bertentangan dengan perasaan-perasaannya dan dengan permohonan-permohonannya kepada Allah yang dipercayainya.
"Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku,
dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu;
jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang
dan cahaya mataku pun lenyap daripadaku
Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena
penyakitku
dan sanak saudaraku menjauh....
Tetapi aku seperti orang tuli, aku tidak mendengar
seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya....
Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap
Engkau yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku....
Ya, aku mengaku kesalahanku,
aku cemas karena dosaku
Jangan tinggalkan aku, ya Tuhan, Allahku
janganlah jauh daripadaku!
Segeralah menolong aku,
ya Tuhan, keselamatanku!" (Mazmur 38:10-12, 14, 16, 19, 22-23)
Mengakui perasaan-perasaannya dan sikap-sikapnya yang berdosa menolong Daud untuk melepaskan dosa-dosa itu dan mengambil keputusan untuk memercayakan diri kepada Allah. Berikut ini ada dua peringatan yang perlu diingat dalam pengakuan.
1.      Jangan memupuk perasaan bersalah. Sering kali, supaya pasti, kita perlu minta ampun untuk sesuatu yang jelas dan pasti. Kalau demikian tidak akan ada kesulitan apa-apa. Tetapi, sama seperti Anda, saya sering berada di dalam keadaan kurang pasti yang sulit diatasi: entah itu merupakan suatu perasaan berdosa yang samar-samar atau merupakan suatu pembenaran diri yang diam-diam dan sama samar-samarnya. Apakah yang harus kita lakukan bila berada di dalam keadaan yang demikian?
Secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa orang tidak dapat melakukan sesuatu secara langsung terhadap kedua perasaan semacam itu. Orang tidak boleh memercayai yang mana pun dari keduanya itu. Memang, bagaimana mungkin hal yang samar seperti kabut itu dapat dipercaya? Saya kembali pada ucapan Rasul Yohanes: "Jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita" (1 Yohanes 3:20). Dan demikian pula, jika hati kita merayu kita, Allah itu lebih besar daripada hati kita ....
Jika saya benar, kesimpulannya ialah bahwa apabila suara hati kita tidak memojokkan kita dengan tegas melainkan hanya menuduh samar-samar atau membenarkan samar-samar, kita harus berkata kepadanya, "Diamlah, jangan banyak mulut" -- dan berjalanlah terus.
2.      Jangan menjadikan pengakuan itu sebagai pengganti pertobatan. Penyesalan yang dalam bukanlah pertobatan. Yang pertama merupakan perasaan dan kata-kata sedangkan yang kedua merupakan tindakan.

APAKAH GUNANYA DOA PERMOHONAN JIKA ALLAH MENGETAHUI APA YANG SAYA BUTUHKAN LEBIH DARI SAYA SENDIRI MENGETAHUINYA?
Permohonan dalam doa itu sebenarnya hanyalah memohon kepada Allah apa yang kita inginkan. Karena Allah selalu mengetahui kita secara sempurna, termasuk kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita, maka kita melihat seakan-akan doa permohonan itu tindakan yang bodoh. Namun dengan mengungkapkan keinginan-keinginan kita dengan sukarela, kita memperlakukan Allah sebagai pribadi, bukannya sebagai benda. Demikian juga kita memperlakukan Dia sebagai Bapa, Kekasih, Sahabat, dan bukannya sebagai suatu mesin yang Mahatahu di kejauhan sana yang menjalankan alam semesta ini.
Makna permohonan (dan syafaat atau pengantara) bukanlah untuk mengubah pikiran Allah, sesuatu yang mendorong-Nya untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kita yang tidak akan dilakukannya seandainya kita tidak menarik-narik lengannya. Allah tidak hidup di dalam kerangka waktu kita. Ia tidak dengan mendadak mengatur kembali segala sesuatu sehubungan dengan respons-Nya terhadap permohonan kita. Ia hidup di dalam kekekalan, Ia dapat melihat seluruh waktu dengan sekali pandang. Sejak dunia ini diciptakan, Ia melihat setiap doa dan masing-masing doa itu dipertimbangkan-Nya ketika ia merencanakan apa yang akan terjadi. Kita tidak berdoa untuk mengubah pemikiran Allah, melainkan (oleh karena suatu hubungan kasih yang penuh misteri dengan yang Mahakuasa) kita berdoa supaya permohonan kita dijadikan bahan pertimbangan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Kompas Kehidupan Kristen
Judul buku asli
:
A Compact Guide to the Christian Life
Judul artikel
:
Doa
Penulis
:
K. C. Hinckley
Penerjemah
:
Gerrit J. Tiendas
Penerbit
:
Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
Halaman
:
25 -- 34






Pertanyaan Seputar Doa

APAKAH DOA ITU?
Doa itu percakapan dengan Allah -- berbicara dengan Dia, mendengarkan Dia, berada di hadirat-Nya. Percakapan dalam doa termasuk menceritakan segala pemikiran, perasaan, keragu-raguan, masalah, keluhan, harapan, dan kegembiraan Anda. Doa itu melibatkan juga soal pengakuan dosa, penyembahan Allah, penyerahan diri Anda untuk mematuhi Dia, pengucapkan terima kasih, pengajuan permohonan bagi Anda dan bagi orang-orang lain, dan intinya adalah penyediaan diri Anda bagi Allah.

MENGAPA SAYA HARUS BERDOA?
Jika Anda mengasihi seseorang, Anda ingin bersama-sama dengan dia; Anda ingin menceritakan apa yang ada di dalam pikiran Anda dan menikmati kehadiran orang yang Anda kasihi itu. Doa adalah cara kita memakai waktu untuk bercengkerama dengan kekasih kita dan menjadi akrab dengan Dia. "Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju." (Kidung Agung 7:10) Sebagaimana Allah itu Kekasih kita, terlebih dari itu Ia adalah Tuhan kita. Doa adalah salah satu cara untuk melatih kehendak kita untuk melayani Dia, memuja kebesaran-Nya, mengakui kelemahan kita, mendapatkan perspektif-Nya, dan berusaha mengetahui instruksi-instruksi-Nya yang spesifik. Doa dan pemahaman Alkitab bekerja sama untuk membenamkan kita ke dalam sikap, tata nilai, keinginan, cara-cara, dan sasaran-sasaran Tuhan kita. Jika kita ingin menaati Dia, kita perlu menyediakan waktu untuk bersama-sama dengan Dia.
Akhirnya, Allah adalah Bapa kita (Roma 8:15). Allah tidak menciptakan robot-robot untuk melakukan kehendak-Nya dengan otomatis. Ia menciptakan manusia yang dapat menjadi anak-anak-Nya, baik laki-laki maupun perempuan. Baik kita anak-anak maupun orang-orang dewasa secara rohani, kita semuanya memunyai berbagai kebutuhan, perasaan, dan tanggung jawab. Bapa kita mengasuh dan mengajar kita dengan disiplin, tidak menjadi soal apakah kita meminta-Nya atau tidak karena Ia mengetahui kebutuhan-kebutuhan kita. Tetapi, sama seperti ayah duniawi manusia, Ia mau supaya anak-anak-Nya mengatakan kepada-Nya apa yang mereka inginkan, bagaimana perasaan mereka, dan bagaimana mereka menghargai Bapa mereka.

APAKAH PENGUCAPAN SYUKUR, PUJIAN, DAN PENYEMBAHAN ITU?
Alkitab tidak membuat perbedaan yang tegas antara pengucapan syukur, pujian, dan penyembahan, sehingga orang-orang Kristen telah mengembangkan aneka ragam pengertian yang banyak menolong. Berikut ini beberapa pengertian yang mendalam.
Penyembahan dimulai dengan pujian. Pujian hanyalah tindakan yang menyatakan penghargaan atau mengakui kebaikan seseorang atau sesuatu. Kita memuji atlet, wanita cantik, minuman, makanan enak, dan sebagainya. Pujian sebagai tindakan yang menyatakan penghargaan atau kekaguman dapat diterapkan baik kepada barang maupun kepada Allah. Sebaliknya, penyembahan hanya dapat dikenakan kepada hal yang ilahi.
Pujian adalah kegiatan manusia yang mengakui Allah. Penyembahan adalah kegiatan Allah di dalam diri kita sebagai respons terhadap pujian yang kita berikan. Penyembahan itu diliputi oleh keajaiban keakraban; Allah sendiri yang mengambil inisiatif di dalamnya. Dalam penyembahan, kita bergerak melampaui apa yang sedang kita lakukan sebagai manusia, dan kita tenggelam dalam apa yang sedang dilakukan Allah di dalam dan melalui kita. Pujian mempersiapkan kita untuk memasuki penyembahan, tidak lebih dari itu.
Dari banyak kata Ibrani untuk "penyembahan" dalam Perjanjian Lama, "shachah" adalah salah satu yang umum. Artinya adalah "membungkukkan diri sampai ke bawah". Allah bertambah-tambah; aku berkurang-kurang. Aku terkagum-kagum oleh-Nya. Diriku mati, dan bersama dengan itu juga kehormatanku, martabatku, dan keangkuhanku (Keluaran 34:5-9, Yosua 5:13-15).
Ada orang Kristen yang memandang seluruh kehidupannya sebagai suatu penyembahan atau kebaktian, kita "(melakukan) semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus" (Kolose 3:17), dengan "mempersembahkan tubuh (kita) sebagai persembahan yang hidup... itu adalah ibadah (kita) yang sejati" (Roma 12:1). Ada lagi yang lain yang memandang pekerjaan dan pelayanan sebagai ibadah yang melimpah keluar dan merupakan sesuatu yang dipersembahkan kepada Allah dalam ibadah. Pujian dalam kedua pandangan itu, adalah aspek dari ibadah; di dalamnya kita merayakan siapa Allah itu dan apa yang telah dilakukan Allah.

MENGAPA SAYA HARUS MEMUJI ALLAH? APAKAH ALLAH ITU EGOTISIK?
Dengan memberi pujian, Anda terlepas dari sifat yang suka memusatkan segala sesuatu pada diri Anda sendiri. Allah menekankan pujian, pengucapan syukur, dan penyembahan bukan karena Ia "egotis" dan memunyai keinginan-keinginan yang mementingkan diri sendiri, melainkan karena Allah memerhatikan hal yang terbaik bagi kita. Pujian dan pengucapan syukur mengangkat kita naik untuk dapat mengatasi sifat kita yang suka memusatkan segala sesuatu pada diri kita sendiri kepada sifat yang suka memusatkan segala sesuatu kepada Kristus. Hal-hal itu akan membuat kita memusatkan hati dan pikiran kita pada Tuhan dan menjadikan kita makin menyerupai Kristus. Kita menipu diri kita sendiri jika kita melalaikannya, karena hal-hal itu bagaikan obat kuat yang menambahkan sukacita dan kekuatan rohani.
(Egotis dan egotistik berbeda dari egois; egotis merupakan istilah filosofi yang berhubungan dekat dengan narsis dan narsistik dan berhubungan dengan dirinya sendiri, sementara egois berkenaan dengan tindakannya terhadap orang lain. Egotisme lebih buruk dan lebih memalukan daripada egoisme. Sifat egotistik berarti selalu dan secara berlebihan menyebut-nyebut dan menonjolkan diri sendiri dalam segala hal.)
1.      Anda akan bertumbuh dalam iman dan pengalaman akan kuasa Allah. Pujian dan penyembahan terhadap Allah menguatkan iman kita karena kita memusatkan diri kita pada apa yang kita ketahui sebagai kebenaran tentang Dia dan tidak memusatkan diri kita pada bagaimana perasaan kita tentang keadaan kita. Itu sebabnya, pujian dan penyembahan membuat Allah bebas untuk bertindak dengan kuasa. Waktu menghadapi malapetaka, Raja Yosafat memuji Allah sampai 6 ayat yang panjang (2 Tawarikh 20:6-11).
2.           "Ya Tuhan, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah di 
3.           dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? 
4.           Kuasa dan keperkasaan ada di dalam tanganMu, sehingga 
tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau." (ayat 6)
Kemudian, dalam ayat 12, Yosafat secara singkat menyatakan kesusahannya. Ketika jawaban Tuhan datang, Yosafat dan seluruh bangsa memberi respons seperti berikut.
"Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh 
Yehuda dan penduduk Yerusalempun sujud di hadapan TUHAN dan 
menyembah kepada-Nya. Kemudian orang Lewi ... bangkit berdiri 
untuk menyanyikan puji-pujian bagi TUHAN, Allah Israel, dengan 
suara yang sangat nyaring." (2 Tawarikh 20:18-19)
5.      Anda mengalami kehadiran Allah. Dalam bukunya "Reflections on the Psalms", C.S. Lewis menggambarkan saat-saat ketika ia bergumul dengan masalah mengapa pujian itu penting: "Saya tidak melihat bahwa di dalam proses disembah itulah Allah mengomunikasikan kehadiran-Nya kepada manusia. Memang itu bukanlah cara satu-satunya. Tetapi bagi banyak orang dalam banyak kejadian, 'keindahan Tuhan' diperlihatkan terutama dan hanya sewaktu mereka menyembah Dia."
6.      Allah memang layak untuk dipuji dan disembah. Selanjutnya, kita memuji Allah karena Ia memang layak untuk dipuji. Kita dalam segala hal berutang kepada-Nya, sehingga kita ini bukan manusia jika kita tidak meluap-luap dengan rasa cinta dan terima kasih kepadanya.
7.           Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN,
Sebab Engkau telah menarik aku ke atas (Mazmur 30:2)
Ya Tuhan dan Allah kami,
Engkau layak menerima puji-pujian
dan hormat dan kuasa,
Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu;
dan oleh karena kehendak-Mu
semuanya itu ada dan diciptakan. (Wahyu 4:11)
8.      Anda akan menikmatinya. Akhirnya, pujian dan penyembahan merupakan kenikmatan bagi kita. C.S. Lewis menulis: "Saya pikir kita senang memuji apa yang kita nikmati karena pujian bukan hanya mengungkapkan tetapi juga menyempurnakan kenikmatan itu: hal itu merupakan semacam kelengkapan yang sudah ditetapkan. Jika 2 orang sedang bercinta, mereka terus-menerus saling mengatakan betapa cantik atau gagahnya kekasih mereka. Itu bukan karena mereka ingin saling memuji, tetapi karena kesenangan itu baru sempurna bila diucapkan atau dinyatakan. Makin berharga objeknya, makin besar kesenangannya. Seandainya jiwa manusia, yang merupakan hasil ciptaan Allah itu, dapat secara sempurna "menghargai", artinya mengasihi objek yang paling berharga dibandingkan dengan segala sesuatu, dan bersamaan dengan itu pada setiap saat mengungkapkan dengan sempurna kesenangan ini, maka jiwa itu akan berada dalam keadaan sukacita yang luar biasa sempurna.

Gagasan-Gagasan untuk Penerapan
Bacalah beberapa dari Mazmur pujian dengan suara yang nyaring (misalnya pasal-pasal: 8, 19, 29, 30, 33, 47, 66, 100, 103 s/d 108, 111, 113, 136, 138, 145 s/d 150), atau dari Wahyu (4:8,11; 5:9-10, 12-13; 7:12; 11:15-18; 15:3-4; 19:1-8). Perhatikanlah bagaimana para penulisnya mengungkapkan berbagai perasaan mereka tentang Allah, dan perhatikanlah berbagai hal yang menyebabkan mereka memuji Dia. Kemudian, ambillah waktu untuk mengatakan kepada Allah apa yang Anda hargai tentang Dia. Janganlah melakukan sesuatu untuk membangkit-bangkitkan emosi Anda, tetapi biarlah pujian membawa Anda sampai pada titik pada saat Anda secara rohani (bahkan mungkin secara fisik juga) bertelut dan menyembah Tuhan.

BAHAYA-BAHAYA APAKAH YANG ADA DALAM PUJIAN DAN BAGAIMANA SAYA DAPAT MENGHINDARINYA?
Pemikiran atau pandangan yang keliru tentang pujian dapat menimbulkan berbagai masalah: Orang Kristen yang sebenarnya bukan Kristen, yang hanya bertopengkan senyum walaupun di dalamnya terdapat berbagai perasaan yang ditekan; orang Kristen yang tidak berserah yang melalui pujian, yang berharap dapat membuat Allah melakukan apa pun yang mereka inginkan; orang Kristen yang sedang bingung, mereka yakin bahwa Allah yang menyebabkan terjadinya pencobaan yang sedang mereka alami, padahal sebenarnya mereka sendirilah yang membuat hal itu terjadi; orang Kristen pasif yang menggunakan pujian untuk memecahkan masalah-masalah hidup mereka dan menggantikan akal budi mereka; dan orang Kristen yang pemarah, yang menyalahkan Allah karena tidak memberi imbalan untuk pujian-pujian mereka dengan kehidupan yang bebas dari kesukaran.
Jika kita memandang pujian sebagai obat untuk semua penyakit dan rahasia utama untuk keberhasilan dalam kehidupan Kristen, maka kita cenderung untuk mengabaikan hal-hal penting lainnya -- doa untuk diri kita sendiri dan orang-orang lain, makan dari firman Allah dengan rajin, dan setiap hari taat kepada Kristus sebagai Tuhan. Jika kita terlalu banyak meletakkan penekanan pada aspek emosional dari pujian, kita menjadi kecewa bila kita sampai pada salah satu dari periode-periode kehidupan kita yang kering secara emosional. Atau, kita mematahkan semangat saudara-saudara seiman kita yang tulus namun yang jarang mengalami emosi-emosi yang kuat pada waktu mereka memuji, dan membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak akan pernah bisa membina suatu kehidupan yang suka memuji secara wajar. Sebaliknya, jika kita takut dan menghindari emosi ketika kita memuji, maka kita akan kehilangan banyak kesenangan dan manfaat yang sebenarnya dapat kita nikmati.

Untuk menghindari jebakan yang menjatuhkan, ingatlah akan prinsip-prinsip berikut ini.
1.      Hiduplah berdasarkan fakta, bukan berdasarkan perasaan. Perasaan mudah diombang-ambingkan oleh bermacam-macam angin, seperti apakah kita cukup tidur semalam, atau apa yang dikatakan seseorang kepada Anda sejam yang lalu; perasaan bukan sarana yang baik untuk mengukur kenyataan. Pusatkan perhatian Anda pada apa yang Anda ketahui sebagai hal yang benar tentang Allah, diri Anda, dan dunia ini. Ini berarti membangun pujian berdasarkan firman Allah, dan hidup menurut kehendak Allah dan anugerah Allah dan bukannya hidup menurut berbagai perasaan Anda. Pujian kepada Allah sering dapat mengangkat emosi Anda dan pada waktu yang bersamaan iman Anda dikuatkan dan Anda dibawa ke dalam hadirat Allah, tetapi janganlah memakai pujian sekadar untuk mendapatkan perasaan atau emosi yang melambung tinggi.
2.      Janganlah berpura-pura merasa bahwa Allah itu hebat kalau Anda sesungguhnya tidak merasa demikian. Anda bebas memilih untuk menyembah Allah sebagai langkah kehendak Anda, sambil mengakui kepada Allah dan orang-orang lain bahwa Anda merasa sedih, khawatir, bimbang, atau marah. Akuilah perasaan-perasaan Anda dengan jujur, hanya saja janganlah membiarkan perasaan-perasaan itu menguasai Anda.
3.      Janganlah berusaha untuk memakai pujian untuk menyogok Allah supaya melakukan apa yang Anda inginkan. Ini merupakan pujian yang bersifat menjilat dan yang dilakukan secara terencana, bukan pujian yang bersifat menyembah, dan hal ini sama saja dengan upacara magis yang bukan Kristen.
4.      Janganlah memakai pujian untuk mencari penyelesaian untuk berbagai masalah dalam hidup ini sebagai pengganti dari usaha yang seharusnya dilakukan dengan menggunakan akal budi yang sudah Tuhan berikan.

MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUI DOSA-DOSA SAYA KEPADA ALLAH? BUKANKAH ALLAH SUDAH MENGETAHUI SEMUANYA ITU?
Mazmur 32:3-5, 51:1-19, dan 1 Yohanes 1:8-9 melukiskan maksud-maksud pengakuan seperti berikut ini.
1.      Dosa-dosa yang tersembunyi itu membusuk dan merusak serta menceraikan dan menghancurkan. Allah mengetahui dosa Anda, tetapi jika Anda belum mengakuinya secara terbuka, maka Anda dapat menipu diri Anda dengan meyakinkan diri Anda bahwa itu sebetulnya bukan dosa, dan bahwa Anda tidak perlu melakukan sesuatu dengan dosa itu, dan bahwa hal itu tidak menimbulkan sesuatu kerugian bagi Anda. Pengakuan adalah langkah awal menuju pertobatan, berpaling, dan menghentikan tindakan atau sikap yang salah itu.
2.      Pengakuan mendatangkan pengampunan. Jika Anda tidak merasa bersalah, darah Tuhan Yesus tidak dapat melakukan apa-apa bagi Anda. Jika Anda mengakui bahwa Anda bersalah, maka barulah Allah dapat menyucikan Anda. Kesalahan yang diangkat ke permukaan adalah sahabat Anda, karena hal itu akan memungkinkan salib berpengaruh pada situasi itu.
3.      Pengakuan mengantar Anda ke keadaan yang sesungguhnya. Allah menghendaki agar hubungan Anda dengan Dia didasarkan pada kebenaran dan kenyataan. Kata dalam bahasa Inggris yang artinya mengakui, dalam bahasa Latin berarti "mengatakan hal yang sama seperti". Setuju dengan Allah tentang apa yang benar itu berarti mendasarkan hubungan Anda pada kenyataan. Pengakuan membebaskan Anda dari belenggu-belenggu kebohongan, penipuan terhadap diri sendiri, dan dari khayalan, karena iblis memang menghendaki Anda hidup di dalam khayalan.
4.      Pengakuan memulihkan hubungan Anda dengan Allah. Jika Anda hidup dalam kebohongan dan tidak mau mengampuni, tidaklah mungkin bagi Allah untuk mendengar dan menjawab doa-doa Anda (Yesaya 59:1-2).
5.      Pengakuan membuat kehidupan Anda lebih menyenangkan. Tidak mau mengaku berarti Anda kehilangan sukacita, damai, penghiburan, dan pada akhirnya juga kesehatan Anda. Keadaan demikian akan lebih banyak merugikan diri Anda.


BAGAIMANA CARANYA SAYA MENGAKUI DOSA SAYA?
Mazmur 51 merupakan suatu contoh yang luar biasa tentang pengakuan. Kadang-kadang, Anda ingin mengakui secara spesifik dosa-dosa yang telah Anda perbuat, sedangkan pada waktu-waktu lain Anda hanya perlu mengakui kelemahan-kelemahan Anda secara umum di hadirat Tuhan.
Suatu segi yang penting dalam pengakuan sering kali adalah sekadar mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan Anda tentang berbagai hal. Kitab Mazmur penuh dengan apa yang dapat kita sebut "pengakuan negatif", di dalam pengakuan itu pemazmur mengatakan kepada Allah bagaimana perasaan hatinya, betapa kecewanya ia terhadap Allah, dan seterusnya.
"Aku kehabisan tenaga dan remuk redam
aku merintih karena degap-degup jantungku." (Mazmur 38:9)
Pemazmur melakukan hal ini bukan untuk bergelimang dalam sikap mengasihani dirinya sendiri, tetapi untuk mengawali doanya dengan kejujuran. Dalam Mazmur 38 dan di bagian lain, Daud menyelingi keterusterangan semacam ini dengan keputusan-keputusan untuk memercayakan diri kepada Tuhan, walaupun hal tersebut bertentangan dengan perasaan-perasaannya dan dengan permohonan-permohonannya kepada Allah yang dipercayainya.
"Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku,
dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi-Mu;
jantungku berdebar-debar, kekuatanku hilang
dan cahaya mataku pun lenyap daripadaku
Sahabat-sahabatku dan teman-temanku menyisih karena
penyakitku
dan sanak saudaraku menjauh....
Tetapi aku seperti orang tuli, aku tidak mendengar
seperti orang bisu yang tidak membuka mulutnya....
Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap
Engkau yang akan menjawab, ya Tuhan, Allahku....
Ya, aku mengaku kesalahanku,
aku cemas karena dosaku
Jangan tinggalkan aku, ya Tuhan, Allahku
janganlah jauh daripadaku!
Segeralah menolong aku,
ya Tuhan, keselamatanku!" (Mazmur 38:10-12, 14, 16, 19, 22-23)
Mengakui perasaan-perasaannya dan sikap-sikapnya yang berdosa menolong Daud untuk melepaskan dosa-dosa itu dan mengambil keputusan untuk memercayakan diri kepada Allah. Berikut ini ada dua peringatan yang perlu diingat dalam pengakuan.
1.      Jangan memupuk perasaan bersalah. Sering kali, supaya pasti, kita perlu minta ampun untuk sesuatu yang jelas dan pasti. Kalau demikian tidak akan ada kesulitan apa-apa. Tetapi, sama seperti Anda, saya sering berada di dalam keadaan kurang pasti yang sulit diatasi: entah itu merupakan suatu perasaan berdosa yang samar-samar atau merupakan suatu pembenaran diri yang diam-diam dan sama samar-samarnya. Apakah yang harus kita lakukan bila berada di dalam keadaan yang demikian?
Secara keseluruhan, saya menyimpulkan bahwa orang tidak dapat melakukan sesuatu secara langsung terhadap kedua perasaan semacam itu. Orang tidak boleh memercayai yang mana pun dari keduanya itu. Memang, bagaimana mungkin hal yang samar seperti kabut itu dapat dipercaya? Saya kembali pada ucapan Rasul Yohanes: "Jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita" (1 Yohanes 3:20). Dan demikian pula, jika hati kita merayu kita, Allah itu lebih besar daripada hati kita ....
Jika saya benar, kesimpulannya ialah bahwa apabila suara hati kita tidak memojokkan kita dengan tegas melainkan hanya menuduh samar-samar atau membenarkan samar-samar, kita harus berkata kepadanya, "Diamlah, jangan banyak mulut" -- dan berjalanlah terus.
2.      Jangan menjadikan pengakuan itu sebagai pengganti pertobatan. Penyesalan yang dalam bukanlah pertobatan. Yang pertama merupakan perasaan dan kata-kata sedangkan yang kedua merupakan tindakan.

APAKAH GUNANYA DOA PERMOHONAN JIKA ALLAH MENGETAHUI APA YANG SAYA BUTUHKAN LEBIH DARI SAYA SENDIRI MENGETAHUINYA?
Permohonan dalam doa itu sebenarnya hanyalah memohon kepada Allah apa yang kita inginkan. Karena Allah selalu mengetahui kita secara sempurna, termasuk kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan kita, maka kita melihat seakan-akan doa permohonan itu tindakan yang bodoh. Namun dengan mengungkapkan keinginan-keinginan kita dengan sukarela, kita memperlakukan Allah sebagai pribadi, bukannya sebagai benda. Demikian juga kita memperlakukan Dia sebagai Bapa, Kekasih, Sahabat, dan bukannya sebagai suatu mesin yang Mahatahu di kejauhan sana yang menjalankan alam semesta ini.
Makna permohonan (dan syafaat atau pengantara) bukanlah untuk mengubah pikiran Allah, sesuatu yang mendorong-Nya untuk melakukan sesuatu yang baik bagi kita yang tidak akan dilakukannya seandainya kita tidak menarik-narik lengannya. Allah tidak hidup di dalam kerangka waktu kita. Ia tidak dengan mendadak mengatur kembali segala sesuatu sehubungan dengan respons-Nya terhadap permohonan kita. Ia hidup di dalam kekekalan, Ia dapat melihat seluruh waktu dengan sekali pandang. Sejak dunia ini diciptakan, Ia melihat setiap doa dan masing-masing doa itu dipertimbangkan-Nya ketika ia merencanakan apa yang akan terjadi. Kita tidak berdoa untuk mengubah pemikiran Allah, melainkan (oleh karena suatu hubungan kasih yang penuh misteri dengan yang Mahakuasa) kita berdoa supaya permohonan kita dijadikan bahan pertimbangan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Kompas Kehidupan Kristen
Judul buku asli
:
A Compact Guide to the Christian Life
Judul artikel
:
Doa
Penulis
:
K. C. Hinckley
Penerjemah
:
Gerrit J. Tiendas
Penerbit
:
Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1989
Halaman
:
25 -- 34



Kehidupan Pribadi Prajurit Kristus yang Berdoa

Rencana Allah Memakai Manusia
Fakta alkitabiah menunjukkan bahwa Allah bekerja melalui manusia. Will Houghton berkata, "Allah menulis sejarah dengan istilah manusiawi." Cerita Kitab Kejadian berkisar pada delapan orang. Alkitab menampilkan epik dan kurun sejarah, namun yang menjadi pusatnya adalah manusia. "Umumnya manusialah menjadi kunci zamannya, kata R.A. Torrey. Memang benar, oranglah yang dipakai Allah sebagai pelaksana maksud-Nya di dunia ini. Augustinus menambahkan, "Tanpa Allah, kita tak mampu. Tanpa kita, Allah tidak mau."
Pikiran ini dilukiskan jelas ketika kita menghadiri kebaktian di gereja. Bagaimanakah Allah mencapai orang-orang sesat dalam kebaktian? Apakah dengan bangku? Dengan lampu atau mimbarkah? Tidak, cara Allah ialah dengan memakai orang. Jarang sekali Allah memakai barang-barang, rencana-Nya berpusat pada seorang manusia. Setelah kita bertumbuh dengan baik, barulah doa kita terkabul sepenuhnya, sesuai dengan keinginan Tuhan. Pertumbuhan lebih baik diberi istilah "perkembangan diri". Di bawah ini dicantumkan hal-hal yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan rohani yang kuat serta perkembangan pribadi yang berarti.
  1. Perlunya Penyerahan Penuh
Hal terpenting untuk memperbaiki diri adalah penyerahan penuh. Pada dasarnya ini sesuai dengan prinsip alkitabiah. Leonard Ravenhill menyatakan, "Banyak kesukaran kita jumpai dalam penginjilan dunia. Namun kesulitan-kesulitan itu menyebabkan orang menjadi lebih ulet" Harganya mahal. M. Francois Coillard nenambahkan, "Haruslah kita ingat bahwa Yesus menyelamatkan dunia bukan dengan jalan menjadi perantara dalam kemuliaan." Sebaliknya, Ia memberikan diri-Nya sendiri. Kita banyak berdoa untuk penginjilan dunia. Namun doa-doa itu sangat bertentangan dengan yang diharapkan selama kita hanya memberikan sisa-sisa saja bukannya mempersembahkan diri kita sendiri. Jadi, inilah titik mula kedewasaan, kita haruslah seperti Yesus, karena Yesus Kristus menyerahkan diri sepenuhnya.
  1. Perlunya Menerima Pengampunan
Sayang ada orang-orang Kristen yang sangat kurang mengenali maupun menghargai dirinya sendiri sebab mereka tidak menerima pengampunan dari Allah. Mereka terus menderita secara rohani karena merasa kurang layak mendatangi hadirat Allah yang Kudus sebagaimana adanya mereka. Seorang pengarang tak dikenal pernah menuliskan, "orang-orang suci adalah yang membiarkan pengampunan Allah masuk sepenuh-penuhnya ke dalam hidup mereka. Sehingga bukan hanya dosa disucikan, tetapi termasuk juga diri mereka yang sesungguhnya, keakuan sampai ke akar kemaun diri mereka." Sekali lagi kita lihat, proporsi kemauan mereka untuk sungguh-sungguh mengampuni orang lain persis dengan tingkat pengampunan yang telah mereka terima. Di sini kita melihat satu lagi kunci utama untuk perkembangan diri. Sangat perlu kita sadari bahwa Yesus Kristus mati di kayu salib untuk mengampuni dosa kita secara sempurna. Pengampunan ini komplit. Yesus sendiri mengatakan "sudah genap." Kita hanya dapat berkembang dengan sempurna bila kita mau menerima fakta ini.
  1. Perlunya Disiplin
Disiplin merupakan faktor utama dalam perkembangan diri. Kehidupan Kristen yang utuh kita hayati hanya bila kita patuh dan disiplin. Memang ada kebebasan dan semangat untuk melayani Tuhan namun janganlah kita lupa segi lain, yaitu disiplin dan kepatuhan. Hope Mac Donald berkata, disiplin adalah kunci tunggal untuk membuka pintu hidup yang penuh sukacita dengan Kristus. Orang Kristen sebagai anak Allah dapat menghayati betapa dalamnya perkembangan rohani seperti yang Kristus inginkan. Inilah syarat mutlaknya: Apabila mereka membenamkan diri di dalam firman Allah, khususnya sabda Yesus Kristus perihal menjadi murid yang sejati.
  1. Perlunya Menjaga Kesehatian Tubuh
Hampir dapat dipastikan kita berfungsi sebaik-baiknya secara rohani ketika kita berfungsi terbaik secara jasmani. Tentulah kita tak dapat memperhatikan keperluan khusus untuk berdoa bila pikiran kita terus terganggu oleh tubuh yang sakit. Memang adakalanya Allah membiarkan penyakit dan penderitaan untuk membawa orang Kristen ke tingkat rohani yang lebih tinggi. Walaupun demikian dalam kebanyakan hal tubuh yang kurang sehat di masa kini mungkin disebabkan kurang pemeliharaan di masa lalu. Malahan Yesus memperingatkan para murid-Nya dalam hal ini. Pada saat berbicara tentang peristiwa yang mengawali kedatangan-Nya kembali ke dunia, Tuhan memperingatkan para murid itu agar "jangan sarat oleh, pesta pora dan kemabukann serta kepentingan duniawi (Lukas 21:34). Peringatan pertama dalam ayat itu mengenai pesta pora, termasuk makan terlalu bayak. Yesus menentang ini karena Ia tahu hal yang berlebihan merintangi perkembangan diri orang percaya dalam bidang kesehatan.
  1. Perlunya Menghargai Waktu
Sejarah menunjukkan bahwa ada orang-orang yang berbuat banyak bagi Allah. Mereka sangat menyadari perlunya menggunakan waktu dengan bijaksana. Bagi mereka, setiap menit berharga, sebagai hadiah istimewa dari Allah. Hamba-hamba Tuhan seperti John Wesley dan George Whitefield teliti sekali mengenai penggunaan waktu. Misalnya John Wesley ia mulai kegiatan pukul 04.00 pagi, dan selalu ia tepat waktu. Ia beristirahat malam pukul 22.00. Jika ada tamu pada saat itu, Wesley mengakhiri dengan berbicara sopan: "Nah, saudara-saudara, inilah saatnya semua orang baik-baik berada di rumah." John Wesley tahu, kalau ia tak memperhatikan waktu malam itu, ia akan sangat terganggu besok paginya. Barangkali kesalahan terbesar yang dibuat orang Kristen dalam hal pemakaian waktu adalah mengubahnya menjadi karet. Haruslah kita pusatkan perhatian kepada hal terpenting untuk mencapai tujuan. Seorang quaker yang bijaksana, Thomas Kelly menyimpulkan "Kita tak dapat mati di atas setiap salib."
  1. Perlunya Pikiran yang Diperbarui
Kita tidak boleh meremehkan kekuatan "berpikir sehat". Ini perlur dalam perkembangan diri. Dalam pokok pembicaraan ini disinggung betapa kita harus "menyaring" apa-apa yang masuk ke dalam pikiran kita. Malahan dalam Perjanjian Baru pun, kata bertobat bermakna harfiah sebagai "memiliki pikiran yang berbeda". Sebenarnyalah berpikir positif menghasilkan pertumbuhan diri pribadi, sedangkan berpikir negatif menghalangi kedewasaan rohani. Norman Vincent Peale memberi nasihat, "Setiap orang waras pernah memikirkan dan menyadari hal ini: Benarlah kata para dokter bahwa sikap negatif, kebencian, gerutu, maksud buruk, kecemburuan, dendam kesumat menyebabkan kesehatan memburuk. Serangkaian kemarahan menyebabkan rasa perih dalam perut yang mengarah ke penyakit perut. Reaksi-reaksi kimia tertentu dalam tubuh ditimbulkan oleh cetusan emosi yang menghasilkan rasa kurang sehat. Bila hal ini terjadi terus-menerus sepanjang waktu tertentu, maka kondisi tubuh secara umum akan semakin memburuk.
  1. Perlunya Roh yang Benar
Ini sebuah teka-teki: Dari segi duniawi, kita melihat dari Alkitab bahwa Allah memilih orang berumur 80 tahun memimpin puluhan ribu orang menyeberangi padang tandus ke tanah perjanjian. Tepatnya mengapa Allah memilih Musa yang tua itu menjalankan tugas itu. Barangkali jawabannya dilukiskan dalam Bilangan 12:3. Digambarkan "Musa seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi". Di antara orang-orang itu, Musa berlembut hati, oleh sebab itu Allah memilih dia memikul tanggung jawab besar. Memang Musa menulis lebih banyak halaman Alkitab, dibandingkan dengan siapa saja, termasuk Paulus. Tak sukar mencari sebab mengapa ia dipilih. Musa dapat diandalkan untuk mendengar dan mematuhi Allah. Seorang yang memiliki "roh yang benar" selalu rela mendengarkan.
Daniel memiliki sikap hati yang begitu juga, kata Alkitab. Nabi itu ditinggikan melebihi semua raja-raja dan pemimpin-pernimpin di Babilonia. Bukan itu saja yang Alkitab sebutkan, tetapi dinyatakan juga mengapa Daniel menerima peningkatan itu. Mungkin ada orang berpendapat, itu karena Daniel selalu berdoa, tetapi penjelasan lengkap dari firman Allah bukan hanya demikian. Dengan sederhana Alkitab berkata, "Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu karena ia memunyai roh yang luar biasa. (Daniel 6:43).
Perkembangan diri dalam semua segi sangat penting bila kita mau dipakai oleh Allah. Orang yang tidak rela memperkembangkan suatu "roh yang luar biasa" tak mungkin akan pernah bertumbuh dengan sempurna.
Sumber asli: "Pedoman Doa yang Mengubah Dunia"
Penerbit: Yayasan Literatur Kristen Indonesia

Diambil dari:
Judul majalah
:
Sahabat Gembala, Edisi Agustus/September 1991, Tahun XIII
Judul Arikel
:
Kehidupan Pribadi Prajurit Kristus yang Berdoa
Penulis
:
Tidak Dicantumkan
Penerbit
:
Yayasan Kalam Hidup -- Gereja Kemah Injil Indonesia, Bandung
Halaman
:
37 -- 40




Doa Pribadi

Seperti hubungan dalam pernikahan, hubungan kita dengan Tuhan perlu senantiasa dipelihara. Walaupun doa merupakan sarana komunikasi di mana hubungan kita dengan Tuhan dikembangkan, banyak orang bergumul untuk memelihara kehidupan doa yang konstan.


Mengalahkan Penghalang
Kelemahan dari daging menyerang setiap orang, khususnya dalam hal memelihara kehidupan doa yang bergairah. Seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Roma 8, satu-satunya jalan untuk mengalahkan kelemahan daging adalah dengan kuasa Roh Kudus. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yang umum, yaitu:
  1. Bangun Sistem Tanggung Jawab
Tentukan seseorang yang kepadanya Anda mempertanggungjawabkan kehidupan doa Anda. Hal lain adalah dengan mengadakan pertemuan doa secara berkala, misalkan seminggu dua kali bersama dengan beberapa orang yang lain. Berkumpul dengan orang lain untuk berdoa akan menolong diri kita untuk berdisiplin dalam berdoa dan bersikap jujur dengan kehidupan doa kita.
  1. Bangun Sarana Penekanan untuk Berdoa
Untuk membangun disiplin diperlukan sarana penekanan. Salah satu sarana penekanan yang acap digunakan orang adalah janji "tidak akan makan makanan jasmani sebelum saya terlebih dahulu makan makanan rohani dan berdoa". Slogan yang acap diucapkan adalah "no Bible no breakfast". Karena setiap orang pasti harus makan makanan jasmani, baik dengan sarapan atau waktu makan yang lain, maka sarana penekanan ini akan sangat efektif bila dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Ada juga orang yang menggunakan setiap saat di mana ia harus berhenti karena lampu lalu lintas yang menyala merah untuk berdoa. Biasanya ia merasa jengkel dengan lampu yang menyala merah, sekarang ia dapat menggunakannya untuk hal yang positif, yaitu mengingatkan kewajiban untuk berdoa. Tentu dalam hal ini adalah berdoa dengan mata yang terbuka.
  1. Ubah Doa Menjadi Gerakan Jasmani
Gerakan secara jasmani dapat menghilangkan rasa lelah karena diam tidak bergerak. Itu sebabnya ada orang yang berdoa sambil lari pagi setiap hari. Ada juga yang berdoa dengan suara keras untuk menjaga agar pikirannya tidak melayang-layang tanpa arah.

Menemukan yang Cocok
Jelas ada banyak cara untuk membantu kita berdisiplin dalam berdoa. Kita perlu memilih cara yang paling sesuai dengan masalah yang kita hadapi. Apabila ketidakkonsistenan yang menjadi masalah kita, dan kita adalah orang yang suka bergaul, maka memiliki rekan doa adalah jawabannya. Sebaliknya kalau kita bukan orang yang mudah bergaul akrab dengan orang lain, menentukan waktu yang khusus untuk berdoa setiap hari merupakan sarana yang menolong.
Untuk setiap keadaan, cara yang dipilih haruslah cara yang membuat kita merasa nyaman. Sasaran dalam memilih cara-cara pembantu ini adalah untuk menemukan metode yang dapat dijalankan, sehingga doa menjadi bagian yang normal dan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Disadur dari tulisan Terry C. Muck, seorang guru besar dalam bidang perbandingan Agama dari Austin Theological Seminary Texas

Diambil dari:
Judul buletin
:
Restorasi, Edisi Ulang Tahun GKPB ke-14, Juni 2001
Judul Arikel
:
Doa Pribadi
Penulis
:
Tidak Dicantumkan
Penerbit
:
Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru, Bandung
Halaman
:
11



Bagaimana Allah Menjawab Doa-doa Kita

Apakah doa Anda pernah dijawab? Demikian pertanyaan yang saya ajukan dalam suatu artikel di surat kabar. Saya sendiri tak berharap memperoleh banyak jawaban. Namun ternyata saya memerlukan waktu hampir 1 minggu untuk membaca semua jawaban itu. Saat membaca surat-surat yang saya terima itu, saya terkesan akan kenyataan bahwa Tuhan tak mengenal pilih kasih terhadap manusia.
Beberapa jawaban datang dari pengusaha-pengusaha ternama yang ditulis di atas surat berkop mewah. Sebagian lagi ditulis di atas kertas surat yang amat sederhana dan ditulis dengan pensil. Beberapa dari surat itu kelihatannya ditulis oleh orang-orang terpelajar, sedangkan yang lain datang dari orang-orang yang dengan susah payah mengutarakan isi hatinya.
Beberapa surat mengungkapkan bahwa penulisnya adalah orang yang hidupnya dekat dengan Tuhan, sedangkan penulis yang lain menceritakan betapa besar dosa mereka dan betapa malunya mereka akan hidupnya. Tapi dalam doa, kita semua berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, setiap orang memunyai hak untuk berhubungan dengan Tuhan. Yang terpelajar maupun tak terpelajar, yang kaya dan yang miskin, yang saleh maupun orang berdosa, semuanya datang memohon pertolongan kepada Tuhan, dan bilamana mereka berdoa serta memohon sesuatu kepada Tuhan, maka Ia akan menjawab. Seperti kata Tuhan Yesus, "Karena setiap orang yang meminta, menerima, ...."
Saya juga terkesan dengan ketulusan mereka yang menulis kepada saya. Dalam meremehkan doa, beberapa orang menganggap bahwa apa yang dikatakan jawaban doa itu sebenarnya hanya merupakan kebetulan saja, bahwa berdoa atau tidak sebenarnya sama saja. Akan tetapi, banyak sekali orang yang percaya bahwa doalah yang membuat perbedaan itu. Dan sungguh berat untuk berdebat dengan seseorang yang telah berdoa dan telah mendapatkan jawaban atas doanya itu.
Dalam beberapa hal, jawaban datang berupa pemberitahuan Tuhan kepada orang yang berdoa itu tentang segala sesuatu yang harus dilakukan. Seorang penulis mengatakan, "Sebenarnya aku ingin berbuat sesuatu untuk sekolah Chinzei Gakui di Nagasaki, Jepang. Banyak di antara guru-guru dan murid yang telah mati akibat meledaknya bom atom. Tapi aku tak memiliki uang. Aku telah berdoa kepada Allah agar ia menunjukkan kepadaku apa yang harus aku lakukan. Beberapa hari kemudian, aku membaca sebuah artikel di Wesley Christian Advocate. Dalam artikel itu dikatakan bahwa sekolah itu memerlukan majalah National Geographic. Ayahku berlangganan majalah itu dan aku memiliki banyak terbitan lama. Aku sangat senang dapat memberikan majalah-majalah tua itu kepada sekolah itu. Inilah jawaban doaku. Kepala sekolahnya, yaitu Pendeta Taneo Chiba, kelihatan sangat berterima kasih atas pengiriman majalah tersebut."
Seorang wanita berumur 82 tahun menceritakan bahwa setelah menjalani pembedahan, ia diberitahu bahwa ia tidak akan dapat berjalan lagi. Dia menulis, "Esok harinya aku berkata kepada perawat bahwa aku ingin berdiri dan jika aku jatuh, saya yakin Tuhan akan memegangku. Juru rawat itu berkata bahwa aku tidak boleh berbuat demikian, tapi aku berkata kepadanya agar jangan menghalangiku, lalu aku berjalan dan aku tetap berjalan selama 5 tahun ini. Puji Tuhan sumber segala berkat." Hal ini mengingatkanku akan Tuhan Yesus yang berkata kepada orang lumpuh, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah" (Yohanes 5:8). Sebenarnya banyak orang dapat berjalan dengan berbagai cara, asalkan mereka memiliki cukup iman dan semangat seperti wanita itu. Ia yakin bahwa doa dapat memberikan apa yang ia butuhkan.
Dalam menanggapi doa-doa manusia, Tuhan sering bekerja melalui orang lain. Seseorang menulis, "Seorang istri pendeta yang tinggal dekat rumahku sering menolong seorang anak perempuan tetangganya. Orang tua anak itu memang membutuhkan pakaian yang lebih baik. Aku mengatakan kepada istri pendeta itu bahwa aku ingin mempersembahkan sedikit uang untuk dibelikan sesuatu untuk anak itu. Istri pendeta itu hampir menangis karena terharu. Ia berkata bahwa pagi itu, sebelum berangkat ke gereja, ia telah berdoa agar ada orang yang mau menolong membelikan pakaian anak itu. Beberapa wanita lain yang mendengar percakapan itu juga ingin memberi dan kini anak perempuan itu telah mendapatkan apa yang dibutuhkannya." Apakah kita mengira bahwa Tuhan telah menggerakkan hati wanita-wanita itu sehingga mereka memunyai keinginan untuk memberi pakaian kepada anak itu? Wanita yang telah memberi dan istri pendeta yang telah mendoakannya percaya bahwa hal itu adalah berkat doa. Ya, saya pun percaya.
Selama bertahun-tahun, saya membaca banyak tentang telepati mental, pemindahan pikiran, dan lainnya. Di antara jawaban-jawaban doa, banyak yang bisa digolongkan dalam kategori itu. Sebagai contoh, pada saat-saat tertentu, saya memprihatinkan anak saya yang bertugas dalam Perang Dunia II. Bila perasaan itu datang, saya segera berlutut dan memohon kepada Allah kiranya Ia ingin dekat sekali dengan anak saya. Pada suatu malam, saya menulis surat kepadanya dan bertanya apakah ia pernah merasa sedih dan kecil hati, dan dia menjawab bahwa ia memang merasa begitu, tapi kemudian ia merasa hatinya menjadi ringan dan ada perasaan damai dalam hatinya. Lalu saya tahu bahwa Allah telah menjawab doa saya.
Seorang ibu lain menulis sebagai berikut: "Salah seorang putraku jatuh sakit beberapa waktu lamanya, ia tidak memberi kabar sedikit pun tentang keadaannya kepadaku. Aku merasa amat bingung, akhirnya aku tak dapat bertahan lebih lama lagi. Karena aku tak mengetahui nomor teleponnya, aku bertelut di hadapan Tuhan dan mohon agar anakku mau menulis surat kepadaku sehingga aku dapat mengetahui keadaannya yang sebenarnya. Pada saat itulah telepon berdering. Ternyata anakku yang sakit itu meneleponku, Ia berkata "Mama, malam ini saya terus-menerus memikirkan engkau, maka saya meneleponmu." Tuhan mendengar doaku dan menjawab. Apakah anak itu kebetulan saja menelepon ibunya ataukah ada suatu kuasa yang lebih tinggi yang mendorongnya?
Apakah Tuhan memimpin kita secara langsung dalam mengambil keputusan tertentu? Seseorang menulis, "Aku sedang menghadapi sebuah persoalan. Ada sesuatu yang tak ingin aku lakukan. Namun aku ingin melakukan kehendak Tuhan. Aku lalu pergi ke ruang duduk dan bertelut untuk mohon kepada Tuhan agar aku diberitahu dengan jelas apakah aku harus melakukannya atau tidak. Kelihatannya aku tak mendapat jawaban, maka aku berdiri dan meninggalkan ruangan. Pada saat aku memegang knop pintu, jelas sekali aku mendengar suara yang berkata, "Lakukanlah, lakukanlah!" Pada saat itu bebanku telah diangkat dan melakukan perkara itu terasa mudah sekali karena aku tahu Tuhan menghendaki aku berbuat demikian."
Tentang jawaban-jawaban doa ini, seseorang yang lain menulis, "Kita ingat bagaimana cerita di dalam Alkitab tentang Nabi Elia dan Samuel yang masih kecil, bagaimana Tuhan berbicara kepada anak itu dan mengatakan apa yang harus ia lakukan. Nah, aku percaya bahwa jika Tuhan telah berbicara kepada Samuel yang kecil itu, pasti Ia juga akan berbicara kepadaku. Kami pergi ke Miami untuk tinggal di sana. Seseorang menawarkan untuk memiliki sebuah flat bersama-sama. Kelihatannya ini memang suatu kesempatan baik. Ibu, suami, serta saudaraku berpendapat bahwa ini merupakan pembelian yang akan menguntungkan dan mereka mendesakku supaya menyetujuinya. Aku mengambil keputusan untuk berdoa, menanti suara Tuhan. Lalu kudengar suara Tuhan yang meminta aku tidak membeli flat itu. Kemudian, mereka yang telah membeli dan menanam uangnya di flat itu ternyata kehilangan segalanya. Bagi beberapa orang, cerita ini mungkin tak masuk akal. Namun aku sendiri mengenal banyak orang yang berhasil dalam bidang bisnis, mereka tak pernah memutuskan sesuatu sebelum mereka berdoa dan mencari bimbingan Tuhan."
Banyak di antara surat-surat yang aku terima berisi tentang jawaban doa yang berhubungan dengan penyakit dan kesembuhan. Saya sungguh percaya akan penyembuhan ilahi. Tiada 1 hari pun berlalu tanpa saya mendoakan orang-orang yang sedang menderita sakit. Surat-surat yang saya terima dan berisi tentang jawaban doa, bisa memenuhi satu buku dan ini memperkuat iman saya sendiri.
Ada juga yang menulis, "Aku baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengalami serangan jantung yang parah 1 minggu yang lalu. Setelah aku cukup sembuh dan boleh menerima kunjungan orang lain, cucu perempuanku yang berumur 9 tahun datang mengunjungi aku bersama orang tuanya. Waktu mereka pamit pulang, cucuku kembali mendekati aku dan berkata, 'Kek, tahukah engkau mengapa engkau sembuh kembali?' Aku menjawabnya, 'Tidak, mengapa?' Lalu cucuku menjawab, 'Karena aku telah berdoa dengan sungguh-sungguh agar engkau sembuh kembali.' Percayakah Anda bahwa doa anak umur 9 tahun dapat memengaruhi sesuatu? Aku percaya bahwa Allah telah mendengar doa cucuku itu dan telah menjawabnya."
Yang lain lagi menulis tentang kekhawatirannya akan pembedahan yang harus ia jalani. "Aku mohon kepada Allah agar Ia memimpin para ahli bedah dan para pembantunya dan agar Tuhan mendampingi aku selama pembedahan itu. Aku berdoa kiranya Tuhan mengambil alih seluruh diriku dan, terlepas dari apa pun hasilnya, kiranya aku dapat merasa puas karena aku tahu bahwa Ia lebih mengetahui apa yang paling baik untukku. Aku telah menyerahkan seluruh persoalan, termasuk diriku, kepada-Nya dan berkata, 'Tuhan, di sinilah aku. Jika Engkau menginginkan aku hidup maka aku akan hidup, jika Engkau menghendaki aku mati, aku akan mati.' Maka pada saat itu juga kekhawatiranku lenyap dan seluruh beban telah diambil dari padaku. Lalu segera aku merasakan kehadiran-Nya. Aku tahu Ia ada di sampingku, Ia telah menjawab doaku."
Memang ada kemungkinan bahwa perasaan damai dan ketenangan di dalam hati dan pikiran seseorang dapat sangat memengaruhi hasil pembedahan itu. Di dalam hal ini, Allah telah bekerja melalui para dokter, tapi dokter itu juga memerlukan kerja sama dari si pasien. Dan hal ini mungkin terjadi karena Tuhan telah menjawab doa itu.
Memang sungguh menakjubkan mempelajari jawaban-jawaban doa, terutama dalam contoh berikut ini: "Anakku meninggal dunia karena mengalami kecelakaan mobil dan meninggalkan seorang istri yang masih muda. Hatinya hancur sehingga mentalnya hampir mengalami keruntuhan total. Kami semua menghibur dan menolongnya sedapat-dapatnya, tapi tampaknya tidak berhasil. Aku kemudian mulai berdoa kiranya Tuhan mencarikan orang lain untuk menggantikan tempat anakku di dalam hatinya. Tuhan telah menjawab doaku. Tuhan memang mengirim seorang perjaka di dalam hidupnya, dan tak lama kemudian, kesedihannya berubah menjadi sukacita. Mereka telah menikah dan kini sudah dikaruniai seorang putra. Mereka sangat bahagia sehingga orang tua menantuku maupun aku sendiri juga bahagia. Aku tahu bahwa Allah telah mendengar doaku dan memungkinkan kedua anak muda itu untuk saling bertemu. Aku telah mendengar bahwa pernikahan ditentukan di surga. Bagaimanapun juga, kelihatannya memang demikian."
Yang lain menulis, "Aku ingin menceritakan kepada Anda tentang jawaban Tuhan terhadap doaku selama 4 tahun ini. Aku memunyai anak laki-laki yang masih kecil. Ketika ia berumur 1 tahun, kami menginginkan anak lagi, agar anakku yang pertama memunyai kawan bermain. Tidak lama setelah ulang tahun anakku yang pertama, kami mendapat berita bahagia bahwa kami akan mendapat seorang anak lagi. Anda dapat membayangkan betapa kami kecewa karena kandungan istriku ternyata gugur. Ini merupakan kekecewaan yang pertama, kemudian kami kehilangan 2 bayi lagi dalam 3 tahun berikutnya. Sepanjang masa itu, aku tetap berdoa kiranya Tuhan memberikan seorang anak lagi kepada kami. Setiap malam kami berdoa dengan segenap hati. Namun lama-kelamaan, aku mulai bertanya kepada diri sendiri apakah aku ini orang yang egois. Kami telah memiliki seorang anak, sedang banyak orang lain tidak memunyai sama sekali. Lalu mulai berdoa, "Bukan kehendakku, tapi kehendak-Mu yang jadi." Dan saat itu keputusasaanku lenyap. Aku meminta agar Tuhan membimbing aku sesuai dengan rencana-Nya. Mungkin kesediaanku untuk menerima sesuatu yang tidak kuinginkan membuat doaku dijawab. Akhirnya, 2 minggu setelah hari ulang tahun keempat anakku, kami dianugerahi seorang anak laki-laki yang manis. Aku betul-betul percaya bahwa Allah telah menjawab doaku, dan setiap malam aku bersyukur kepada-Nya atas semua berkat itu.
Kadang Allah memang berkata, "Tunggu." Mungkin Ia harus menunggu sampai kita siap untuk menerima anugerah dan berkat-Nya. Pengertian saya tentang doa tak lebih banyak daripada pengertian saya tentang listrik. Tapi saya mengerti bahwa manusia membangun pembangkit tenaga listrik untuk membuat tenaga listrik dan kita menggunakan tenaga itu untuk memenuhi bermacam-macam keperluan kita. Tuhan telah menciptakan tenaga listrik ini dan saya percaya bahwa Allah yang telah membuat tenaga untuk menerangi rumah-rumah kita, tidak lupa menciptakan tenaga untuk menerangi hidup kita. Allah yang membuat tenaga untuk menjalankan mesin-mesin, tidak lupa untuk menolong anak-anak-Nya di sepanjang jalan hidupnya.
Doa ialah alat yang kita gunakan untuk mendapatkan kekuatan Allah. Tuhan, ajarilah kami berdoa!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku
:
Segala Sesuatu Mungkin Melalui Doa
Penulis
:
Charles L. Allen
Penrbit
:
Yayasan Gloria, Yogyakarta 1988
Halaman
:
55 -- 60




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Dari Kupang, NTT ke Surabaya, lanjut ke Jawa Tengah, lanjut ke Sumatera Utara (lewat Lampung, Bengkulu, Padang, hingga tiba di Tapanuli Selatan lalu Tapanuli Tengah). Di Sumatera Utara, telah mengunjungi Medan dan mengelilingi semua kabupaten hingga ke Riau, dan Dumai. Dari Sumatera Utara ke Jakarta, Tangerang dan Jogja. Sejak keluar dari NTT tahun 2000-2008 berkeliling Indonesia. Tahun 2008-2010 saat ini, sedang berdomisili di Kamboja. Semua tempat tersebut diatas dikunjungi dalam rangkaian perjalanan melayani TUHAN.