PRAY FOR THE NATION

Indonesia:

Kamis lalu (2/12) Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) dengan tegas telah menginstruksikan dan menjamin anggotanya juga kepada masyarakat Kristen Mentawai untuk segera membangun hunian sementara sebelum Natal tiba (Baca : JK Instruksikan Bangun Hunian Sementara Untuk Rayakan Natal). Apa mau dibilang, kenyataan berbicara beda dilapangan.

Pembangunan hunian itu belum dikerjakan hingga Minggu (5/12). Penyebabnya apalagi kalu bukan terbentur birokrasi pemerintahan.

Hal itu diakui Koordinator Lapangan Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Mentawai Zul Hendri.

Walau begitu, Zul menegaskan PMI masih melanjutkan penjajakan dengan pemerintah daerah. Zul berharap pemerintah memberikan tanggapan positif agar korban dapat kembali hidup normal.

Semoga saja Presiden peduli dan langsung memerintahkan pembangunan hunian sementara dengan tujuan agar rakyatnya dapat menjalankan dan merayakan hari besar keagamaannya secara kondusif.










Puisi untuk Papa (Pahlawanku)

oleh Akhim Kupeilang pada 20 Oktober 2010 jam 14:34


Papa...


Engkaulah pria kebanggaan hidupku,
ku rindu berada di dekatmu, mengingatmu, hangat terasa hatiku,
memikirkanmu, membangkitkan rasa banggaku akan hidup ini,
mengenang setiap tindakan dan keputusan-keputusanmu, membuatku tersanjung,

Tak ada yang menyamaimu, kasih dan ketegasanmu, berlangsung bersamaan,
setiap rotan yang pernah ku alami telah menguatkan aku melalui masa-masa sulit hidup ini,
setiap kasih dan perhatianmu telah membentuk hati ini selembut sutra,

papa, aku rindu melihat senyuman wajahmu,
papa, kerutan pengalaman hidup di dahimu telah terbentuk jauh sebelum aku lahir,
papa, ketampananmu takkan luntur, engkaulah pahlawanku,
papa, setiap inchi kulit tubuhmu telah termakan cerita hidup seorang ayah,

papa, aku bangga menjadi anakmu,

papa, aku beryukur pernah berjalan disisimu sebagai seorang anak lelaki kecil dengan rasa aman,
sambil melihat padamu, menggenggam tanganmu, meniti setiap sudut kota kelahiranku.

Papa, entah apa jadinya seorang Akhim jika engkau tak pernah menjadi papaku,
engkaulah yang mengajarkan aku kehidupan ini, setiap perjalan hidup kukenal dan kupelajari darimu,

Papa, engkau bagaikan sebuah buku yang dapat kubaca, setiap kata-katamu selalu relevan dengan usiaku,
engkau mengerti bahasa balitaku, engkau mengerti hati kanak-kanakku, engkau mengerti kebimbangan masa mudaku, engkau mengerti tindakan dan pilihanku ketika aku meninggalkanmu di kota tempat engkau melahirkan dan membesarkan aku,

Papa, setiap saat telingamu selalu siap mendengarkan aku, ketika diperantauan ini, aku membutuhkan seseorang untuk bercerita tentang susahnya kehidupan ini.

Papa, engkau mengerti dan memendam rasa rindumu yang tak terkatakan ketika aku sepertinya melupakan engkau dan hanyut dalam kehidupanku sendiri.

Papa, selembar suratku yang engkau terima setahun yang lalu, terus kau pegang sebagai pelepas rindumu,

Papa, maafkan aku, aku berjanji, aku akan mengirim seribu surat untukmu, aku akan datang menemuimu, aku akan memegang tangan kekarmu yang mulai melemah, aku akan memeluk tubuh kekarmu yang pernah menggendong aku, aku tinggal bersamamu dihatiku,

papa... aku teringat saat, mereka mencacimu karena cintamu yang besar kepada Yesus, Tuhanmu. Betapa bangganya hatiku melihat engkau tersenyum tanpa membalas sepatah katapun, Betapa bangganya hatiku melihat engkau menyembunyikan aku dibalik tubuhmu agar aku tidak dihina,

Mereka berkata, engkau terlalu beriman sehingga melupakan realita kehidupan ini,
Mereka berkata, engkau sok rohani sehingga melupakan hal-hal materi,
Mereka berkata banyak hal yang mereka tidak mengerti dari hati besarmu yang memiliki hai kecilku,

Betapa sakit hatiku saat itu, betapa pahlawanku dihina. Aku ingin kembali suatu saat nanti, ditempat itu kepada anak-anak muda yang mencaci papa malam itu, aku ingin menunjukkan dan memberitahu mereka, engkaulah pria terbaik, ayah sejati, dan akulah anakmu, seorang Akhim yang telah berhasil.

Papa...kemanapun aku pergi namamu akan terukir disetiap langkah kakiku, nasehat dan prinsip hidupmu tertanam kuat disetiap sendi kakiku menguatkan kakiku untuk melangkahi hidup ini.

Papa...kapanpun aku bicara, prinsip-prinsip hidupmu yang akan terucap disetiap kata-kataku.

Papa, aku pernah mendengar cerita tentang orang-orang hebat didunia ini,
tentang bagaimana mereka berjasa bagi banyak orang
tentang bagaimana mereka mangatasi kesulitan hidup ini
tentang bagaimana teori-teori akademis mereka terbukti bermanfaat bagi dunia akademik
tentang penemu pesawat
tentang penemu listrik
tentang hercules yang kuat
tentang robinhood pembela kebenaran
namun semua cerita kepahlawanan itu hanya kudengar
namun semua cerita kepahlawanan itu diceritakan orang kepadaku

Disini, saat ini aku melihat engkau berdiri gagah dihadapanku,
Disini, saat ini aku melihat semua cerita kepahlawanan menjadi nyata,
Disini, saat ini aku melihat pahlawanku berdiri,
Papa, Ayah, ENGKAULAH PAHLAWANKU
tidak kudengar cerita tentang dirimu,
tidak kudengar orang menceritakan kepahlawananmu,

aku melihatnya sendiri, aku mengalaminya sendiri betapa BETAPA KEPAHLAWANANMU bagi kami sekeluarga
betapa kasihmu kepada ibu
betapa kasihmu kepada kami anak-anakmu

ENGKAU PAHLAWANKU yang menggendong aku kecil
ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajar aku berjalan
ENGKAU PAHLAWANKU yang menemani aku remaja melangkahi setiap sudut kota kelahiranku
ENGKAU PAHLAWANKU yang mengajariku dengan hati-hati tentang kehidupanku
ENGKAU PAHLAWANKU yang melepas aku pergi dengan bangga
ENGKAU PAHLAWANKU yang menyertaiku dengan seluruh doa-doamu

Papa, Ayah ENGKAU PAHLAWANKU

Papa... terimakasih untuk kehidupan yang kau berikan padaku. aku anakmu, engkau papaku.

selamanya namamu akan terukir di hidupku, dan dihidup cucumu yakni anak-anakku dan anak-anak yang akan mereka lahirkan.

Aku mengasihimu papa.



Note :
Dengan tidak melupakan penulisnya,....
Silahkan di copy untuk Papa tercinta.
Silahkan di copy untuk Suami tercinta.
Silahkan di copy untuk calon suami tercinta.
Silahkan di copy untuk file pribadi.

Mama kembalilah

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China. Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da.
Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia.

Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah.“Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya.” demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.

Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.

Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat. ZhangDa Merawat Papanya yang Sakit. Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-hari.
Zhang Da menyuntik sendiri papanya.Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun,maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.


> > Aku Mau Mama Kembali <<

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC) bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.

Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.

600 anak tangga cinta untuk mu

Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia.
Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.
Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak….
Pada waktu itu tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua…..Untuk menghindari gossip murahaan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.
Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.
Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan ia berulang-kali bertanya,”Apakah kau menyesal?” Liu selalu menjawab, “Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik”.
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu.
Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, “Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.
Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.
“Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai aku meninggal, sekarang kau telah mendahuluikun, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?”
Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly.
Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan “anak tangga cinta” itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup
Foto saya
Dari Kupang, NTT ke Surabaya, lanjut ke Jawa Tengah, lanjut ke Sumatera Utara (lewat Lampung, Bengkulu, Padang, hingga tiba di Tapanuli Selatan lalu Tapanuli Tengah). Di Sumatera Utara, telah mengunjungi Medan dan mengelilingi semua kabupaten hingga ke Riau, dan Dumai. Dari Sumatera Utara ke Jakarta, Tangerang dan Jogja. Sejak keluar dari NTT tahun 2000-2008 berkeliling Indonesia. Tahun 2008-2010 saat ini, sedang berdomisili di Kamboja. Semua tempat tersebut diatas dikunjungi dalam rangkaian perjalanan melayani TUHAN.