PRAY FOR THE NATION

Indonesia:

Kamis lalu (2/12) Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) dengan tegas telah menginstruksikan dan menjamin anggotanya juga kepada masyarakat Kristen Mentawai untuk segera membangun hunian sementara sebelum Natal tiba (Baca : JK Instruksikan Bangun Hunian Sementara Untuk Rayakan Natal). Apa mau dibilang, kenyataan berbicara beda dilapangan.

Pembangunan hunian itu belum dikerjakan hingga Minggu (5/12). Penyebabnya apalagi kalu bukan terbentur birokrasi pemerintahan.

Hal itu diakui Koordinator Lapangan Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Mentawai Zul Hendri.

Walau begitu, Zul menegaskan PMI masih melanjutkan penjajakan dengan pemerintah daerah. Zul berharap pemerintah memberikan tanggapan positif agar korban dapat kembali hidup normal.

Semoga saja Presiden peduli dan langsung memerintahkan pembangunan hunian sementara dengan tujuan agar rakyatnya dapat menjalankan dan merayakan hari besar keagamaannya secara kondusif.










Kisah Humanis Dari Yogyakarta : Tentang Sri Sultan HB VIII (Ayah Sri Sultan HB IX) mempersiapkan anaknya untuk menjadi pemimpin bangsa.

TIDAK sebagaimana tokoh dari dinasti Mataram yang
lain, nama Sri Sultan Hamengkubuwono VIII (Sultan HB VIII) memang terasa kurang bergaung di Bumi Nusantara, bahkan masyarakat yang tinggal di Yogya se...kalipun.

Popularitas Sultan HB VIII memang tidak seperti Panembahan Senapati,
Sultan Agung, Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono I), Pangeran Diponegoro dan Sultan Hamengkubuwono IX. Namun, jika kita mau mencermati sejarah Yogyakarta menjelang masa-masa terakhir penjajahan Belanda di Nusantara ini, peran HB VIII laksana sepercik api lentera di kegelapan malam yang bias cahayanya mampu menembus dinding siti hinggil dan benteng keraton hingga menjangkau sudut-sudut dunia.

Visi global telah berkembang di lingkungan istana Mataram meski tanpa perumusan yang rumit, yang memusingkan kepala.Sultan HB VIII yang saat itu masih berkedudukan sebagai putramahkota sadar betul akan perlunya pendidikan bagi putra-putranya dalam rangka
menghadapi perkembangan dan perubahan zaman. Persiapan awal untuk membuktikan keyakinannya dilakukan dengan tindakan yang mengejutkan banyak pihak. KRAy. Adipati Anom, sang permaisuri, "dikebonke" (dipindahkan keluar keraton) dengan alasan yang tidak diketahui oleh kerabat kraton, tetapi kedudukan sebagai garwa padmi tak pernah dicabut, bahkan segala atribut berupa pakaian dan payung kebesaran seorang permaisuri tetap disertakan.

Langkah kontroversi sang putra mahkota itu tidak berhenti, Dorodjatun, putranya yang masih berusia 4 tahun-pun segera
'disingkirkan' dari kraton untuk kost pada keluarga Belanda. Di sini,
pangeran kecil itu dibiasakan hidup mandiri, jauh dari sikap manja dan
bermalas-malas, adanya hanya disiplin, kerja keras dan spartan.
Rupanya calon Sultan Yogya itu sadar benar bahwa orang yang telanjur kalingan suka, ilang prayitnane(terbuai oleh kesenangan, akan hilang kewaspadaan). Itulah sebabnya, Sultan HB VIII sengaja memisahkan kost putra-putranya dan tidak menyertakan inang-pengasuh ataupun abdi panakawan untuk menemani putrandanya yang sedang kost, meski kenyataannya Dorodjatun sering
menangis saat akan kembali ke kost sehabis berlibur di keraton.


Pesan yang sangat bermakna dari Sultan HB VIII adalah saat Dorodjatunakan ke Holland bersama kakaknya, BRM Tinggarto (nama kecil GBPH Prabuningrat) untuk kuliah di Universitas Leiden: "Selama di Negeri Belanda, buka pintu hatimu seluas-luasnya. Berupayalah agar kau benar-benar menyelami sifat-sifat orang Belanda, karena di masa depan kau selalu akan berurusan dengan mereka".

Sejarah membuktikan bahwa buah pendidikan Sultan HB VIII mulai tampakpada pribadi Dorodjatun saat dirinya akan dinobatkan sebagai Sultan Hamengkubuwono IX. Pembahasan kontrak politik dengan ahli diplomasi Belanda, Dr Lucien Adams, harus ia jalani secara maraton selama empat bulan berturut-turut tanpa membuahkan kesepakatan. Ia memang harus benar-benar teliti dan hati-hati, karena jika salah langkah, implikasinya akan sangat berat, karena menyangkut nasib rakyat negeri Mataram, Yogyakarta.

Dorodjatun adalah salah satu contoh putra terbaik bangsa yang
mengenyam pendidikan Barat tanpa harus kehilangan pribadinya sebagai orang Indonesia atau orang Jawa. Ia telah berhasil membuktikan bahwa belajar pada orang asing tidak berarti menjadi antek-antek, begundhal atau gedibalbangsa asing, tetapi justru sebaliknya, dengan mengenal sifat-sifat bangsa asing, dirinya akan lebih mudah menghadapi bangsa tersebut demi
keselamatan dan kesejahteraan rakyatnya.


Sifat itu terasa sangat bertolak belakang dengan keadaan sekarang,
dimana banyak ilmuwan melawat ke luar negeri untuk belajar ilmu
pengetahuan, teknologi, bahasa, budaya dan cara hidup orang asing.
Tetapi pada akhirnya mereka justru terhanyut menjadi agen atau
perpanjangan tangan orang asing untuk mengelabuhi bangsa sendiri.
Kebanggaan pada hal-hal yang berbau asing (Luar Negeri, Internasional,
Global) telah mengikis jatidiri sehingga tanpa disadari mereka terjebak
menjadi kacung-kacung imperialis, dimana kepandaian yang diperolehnya
justru digunakan untuk membuka pintu-pintu penjajahan baru dengan cara
menjual aset negara tanpa mempedulikan bahwa ulahnya menyengsarakan
rakyat banyak.

Sikap patriotis seorang ksatria Mataram hasil didikan Sultan HB VIII
benar-benar mengagumkan dan membanggakan. Setelah Serangan Oemoem 1 Maret 1949, keraton yang dicurigai sebagai pusat gerilya dikepung tentara Belanda di bawah pimpinan Kolonel Van Langen dan ajudannya Kapten De Jonge dengan pasukan tank dan panser yang moncongnya mengarah ke gerbang Keben (Kemandungan Lor).

Sultan HB IX yang juga menyandang gelar Mayor Jenderal Tituler dari negeri Belanda itu menghalau dengan kata yang tegas dan penuh wibawa: "Kalau tuan-tuan ingin memperlakukan (mengobrak-abrik) Keraton seperti Kepatihan, lebih baik bunuhlah saya".

Di era awal kemerdekaan Indonesia, Sultan HB IX dengan jiwa besarnya telah menolak kedudukan Wali Negara sebagaimana yang ditawarkan Belanda. Suatu keputusan untuk 'mengasuh' Indonesia yang masih 'bayi' dengan segala risiko itu justru dipilihnya. Perannya sebagai 'Proklamator ke-2' saat Soekarno-Hatta sedang menyingkir ke Bukittinggi, menjadi bukti bahwa Sultan HB IX adalah benar-benar patriot sejati, benteng terakhir negeri ini.

Akankan pendidikan kita mampu berbuat seperti suksesnya Sultan HB
VIII dalam menyiapkan putranya menjadi seorang pemimpin besar dan
manusia berjiwa besar yang rela mempertaruhkan segala yang dimiliki
untuk kepentingan negerinya? Atau sebaliknya, kita justru akan
menjadikan anak-didik kita sebagai pialang/ broker/makelar untuk
menguras aset negara demi kepentingan pribadi dan orang asing?

Jawabnya akan ditemukan setelah kita mencermati pendidikan di sekitar kita yang rasa-rasanya lebih banyak didikte oleh pasar dan penanam modal.Meski saat ini telah banyak bertebaran sekolah bersertifikasi ISO, juga sekolah dengan kualifikasi SBI (Sekolah Bertaraf Internasional), bukan jaminan bahwa sekolah tersebut akan menghasilkan manusia berjiwa besar yang berani menghadapi tantangan zaman demi membela bangsanya.

Konsep dasar yang dipesankan barangkali memang berbeda. Sultan HB VIII berpesan pada putrandanya supaya di kemudian hari ia mampu menghadapi dan mengatasi penjajah. Apakah? pesan internasionalisasi pendidikan Indonesia sekarang apakah juga demikian? Jangan-jangan pesan itu hanya sebatas agar anak-anak kita ikut mengenyam keuntungan dari kolonialisme modern yang tengah nge-trend di masyarakat kita, alias kita mendidik mereka menjadi manusia oportunis.
Yang lebih ironis lagi, para fasilitator internasionalisasi pendidikan kita kadang over-PD, sekan-akan yang ia bawa adalah segala-galanya bagi pendidikan Indonesia. Sikapnya cenderung jumawa, jalannya tegap, dada membusung, dagu mendongak dan wajahnya menengadah seakan-akan dirinya adalah manusia klas internasional, jagat-semesta.
Bicaranya dengan bahasa Inggris logat Jawa yang di-native-native-kan. Mereka lupa bahawa di negeri aslinya sana, bukan hanya golongan orang pintar yang berbahasa Inggris, pencoleng dan orang bloon-pun juga fasih berbahasa Inggris.

Mereka tidak sadar bahwa pada dasarnya kita sedang diolah menjadi follower yang nantinya akan diperankan sebagai bangsa yang tak lebih dari underbow sang funding country.Kalau mau menjadi bangsa yang bermartabat, jangan menyediakan diri untuk dijajah. Untuk menyikapi kemajuan, aspek global dan aspek mental kepribadian harus bangun secara imbang. Sri Sultan HB VIII adalah salah satu contoh seorang bapak/pendidik yang berhasil, dan Sri Sultan HB IX adalah salah satu contoh anak didik yang cemerlang, meskipun batal menjadi Sarjana karena tugas akhirnya dirampas Belanda. Tentu buah keberhasilan pendidikan seperti itu akan membanggakan dan membahagiakan kita semua, terlebih bagi para guru.

Jangan malu untuk mengakui bahwa gelar akademis kita seakan menjadi tak bermakna dibanding pengorbanan beliau. Juga tak perlu merasa rendah diri, karena kita takut meniru kerasnya pendidikan oleh Sultan HB VIII itu. Tidak mengapa, toh derajad kita memang hanya sebagai rakyat jelata; wong pandh? galeng, pidak pedarakan, sedangkan dua Sultan tersebut adalah trahing kesuma, rembesing madu, wijiling adana tapa, yang tentu tidak akan nangis gulung koming hanya gara-gara lapar atau karena tidak disanjung orang.

( SKH Kedaulatan Rakyat Rubrik Adiluhung)

Drs Anang Prawoto, Guru SMKN 2 Depok (STM Pembangunan) Mrican Sleman.
Lihat Selengkapnya

Pria ini Setia Dampingi Istrinya Tergemuk di Dunia




                                                                                                                                                     TRIBUNNEWS.COM- Adalah Myron (44) sosok suami yang penuh kasih mendampingi istrinya bernama Terri Smith (49) yang memiliki berat badan 317 kg dan menjadi wanita tergemuk di dunia.

Myron mengatur 4 anak-anaknya untuk mengambil hati mamanya yang sehari-hari hidup di pembaringan. Termasuk si Najah (30) putri tertua dengan rajin melayani semua keperluan Terri ibunya itu, menyeka tubuhnya pengganti mandi, membuatkan menu makanan kesukaan dan membantu olahraga untuk menjaga kesehatan jantung ibunya.

Khusus untuk yang terakhir itu, Najah terus mendesak Terri ibunya untuk lebih giat menjalankan olahraga dengan menggerakkan kedua tangan pakai alat rolling seperti pedal sepeda. Satu-satunya olahraga yang masih bisa dijalankan, selain site up yang juga dilakukan di tempat tidurnya.

Maklum, Terri Smith berberat badan 50 stone atau sekitar 317 kg itu tak bisa kemana-mana, hanya di pembaringan karena saking gemuknya. Hampir seluruh anggota tubuhnya nggelamber dan oversize tentunya.

Kini Terri, warga Ohio Amerika itu sedang giat-giatnya menjalani olahraga untuk mengecilkan ukuran kepala. Karena disinyalir ada menderita tumor otak yang sebentar lagi harus di ct-scan kepalanya.

Sayang, mesin alat scan di rumah sakit tidak cukup untuk dimasuki kepalanya. Tidak itu saja, pintu pintu di rumah sakit juga tak muat untuk tubuhnya lewat. Selain over weight juga tak bisa jalan sendiri sehingga memerlukan kendaraan khusus pengangkut gajah di kebon binatang. Hanya saja, kendaraan pengangkut gajah itu tak ada lisensi untuk membawa orang memasuki rumah sakit. Trouble dan banyak kendala rupanya.

Tapi suami dan anak-anaknya tetap meyakinkan bahwa Terri Smith adalah wanita yang sehat dan normal walau over weight. Bahkan berat badannya melebihi wanita yang punya obsesi terberat di dunia, Donna Simpson (42) tapi kini baru memiliki berat badan 266 kg.

BB Terri pun melebihi tubuh Sharon Mevsimler (40) wanita tergemuk di Inggris yang meninggal Juli 2010 hanya dengan berat badan 286 kg.

Hari-hari sangat tergantung suami dan anak gadisnya. Merekalah yang melayani makan, ngelap badan Terri, mengganti pakaian, membantu miring di tempat tidur dan sebagainya.

Facebooker banyak yang mengungkapkan kemirisannya ketika melihat tubuh Terri dan meragukan upaya dia dalam menurunkan berat badannya.

Dokter Dariush Saghafi dari rumah sakit rujukan, mengakui, untuk merawat Terri ada kesulitan karena dia sangat sulit bergerak dan belum ada alat transportasi khusus for women over weight. Dan tentu saja rumah sakit juga belum punya. Dokter menyarankan agar Terri diangkut pakai kendaraan yang biasa untuk memindahkan gajah di zoo atau kebon binatang.

Walau kondisi tubuhnya seberat anak gajah, Terri tidak frustasi. Dia pun masih bisa asyik main facebook sambil duduk bersandar di kasurnya. Dua anaknya yang masih bocah pun menghibur dengan berbaring sayang di lengannya, sedangkan satu lagi berbantal pahanya sambil membaca komik untuk meraih kasih sayang dari ibunya yang sangat gemuk itu. (the sun)
=====================

Ditengah maraknya gaya hidup selingkuh dan cerai kawin lagi...
Sungguh mengharukan melihat kisah hidup suami istri diatas ini...

Cinta kasih antara suami istri memang tidak dapat didasarkan diatas kondisi fisik, sebab fisik bisa berubah-ubah...

Hendaklah perasaan Cinta antara suami istri didasarkan komitmen yang diucapkan di hadapan Tuhan dalam upacara pemberkatan nikah Kristen.


Foto saya
Dari Kupang, NTT ke Surabaya, lanjut ke Jawa Tengah, lanjut ke Sumatera Utara (lewat Lampung, Bengkulu, Padang, hingga tiba di Tapanuli Selatan lalu Tapanuli Tengah). Di Sumatera Utara, telah mengunjungi Medan dan mengelilingi semua kabupaten hingga ke Riau, dan Dumai. Dari Sumatera Utara ke Jakarta, Tangerang dan Jogja. Sejak keluar dari NTT tahun 2000-2008 berkeliling Indonesia. Tahun 2008-2010 saat ini, sedang berdomisili di Kamboja. Semua tempat tersebut diatas dikunjungi dalam rangkaian perjalanan melayani TUHAN.