PRAY FOR THE NATION

Indonesia:

Kamis lalu (2/12) Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) dengan tegas telah menginstruksikan dan menjamin anggotanya juga kepada masyarakat Kristen Mentawai untuk segera membangun hunian sementara sebelum Natal tiba (Baca : JK Instruksikan Bangun Hunian Sementara Untuk Rayakan Natal). Apa mau dibilang, kenyataan berbicara beda dilapangan.

Pembangunan hunian itu belum dikerjakan hingga Minggu (5/12). Penyebabnya apalagi kalu bukan terbentur birokrasi pemerintahan.

Hal itu diakui Koordinator Lapangan Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Mentawai Zul Hendri.

Walau begitu, Zul menegaskan PMI masih melanjutkan penjajakan dengan pemerintah daerah. Zul berharap pemerintah memberikan tanggapan positif agar korban dapat kembali hidup normal.

Semoga saja Presiden peduli dan langsung memerintahkan pembangunan hunian sementara dengan tujuan agar rakyatnya dapat menjalankan dan merayakan hari besar keagamaannya secara kondusif.










Liu Wei, pemenang China’s Got Talent

Liu Wei, Pianis Tanpa Lengan di China’s Got Talent

Sempat berjalan-jalan di forum ads-id, saya menemukan sebuah thread lumayan lama yaitu tentang Seorang pria muda yang mengundang decak kagum ribuan orang lewat permainan pianonya yang menakjubkan. Dengan sangat mahir, dia memainkan tuts-tuts piano dengan… kedua jempol kakinya!. Di artikel ini menurut saya sangat inspiratif dan bisa memotivasi sahabat semua yang memiliki kelebihan dalam hal fisik untuk tidak lah berputus asa dan selalu bersyukur atas karunia Tuhan yang telah dilimpahkan kepada saya dan sahabat semua. Berikut ini saya cuplik artikelnya.

Pria itu bernama Liu Wei (23 tahun). Meski tidak memiliki lengan, ia bisa tampil memukau di depan ribuan penonton acara “China’s Got Talent” pada 8 Agustus lalu di Shanghai Grand Theatre. Dengan jari-jari kakinya, Liu sukses membawakan karya klasik milik pianis ternama asal Prancis, Richard Clayderman, yakni “Mariage D’amour”.

Usai permainan piano Liu yang luar biasa itu, seluruh juri dan para penonton memberikan standing ovation pada pria cacat tersebut. Dia pun dinyatakan maju ke babak selanjutnya.

Dua Pilihan

Liu kehilangan dua lengannya dalam sebuah insiden saat dirinya berumur 10 tahun. Dalam insiden itu, Liu menyentuh kabel listrik bertegangan tinggi saat sedang bermain petak-umpet bersama teman-temannya. Ia langsung jatuh pingsan.

Setelah melewati masa kritis 45 hari, Liu sadar kedua lengannya telah hilang; karena harus diamputasi. Ia menangis sedih.

Jangankan mengejar mimpi menjadi musisi profesional dan produser musik ternama, makan saja ia bingung bagaimana caranya!

Orangtua adalah pihak pertama yang menyadarkannya. Mereka bilang, Liu harus segera bangkit dan melanjutkan hidup. Saat itu, mereka bisa membantu semua keperluan Liu. Namun bagaimana nasib Liu jika mereka sudah tiada?

“Kamu enggak berbeda dengan orang lain,” kata ibunya berulang kali. “Kamu hanya menggunakan kakimu sebagai pengganti lengan.” Sang ibu juga mengatakan, ia tidak muluk-muluk mengharapkan Liu menjadi orang sukses. Ia hanya ingin putra tersayangnya itu hidup bahagia dan sehat lahir batin.

Meski “hancur”, pikiran Liu segera terbuka.

“Saya sadar, untuk orang seperti saya, cuma ada dua pilihan. Pertama, melupakan semua impian yang nantinya akan mengakibatkan kematian sia-sia dan cepat. Pilihan lainnya, berjuang tanpa lengan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik,” demikian tutur Liu.

Saat berumur 19 tahun, Liu memutuskan untuk tetap mengejar impiannya menjadi produser dan musisi profesional, serta menjalani kehidupan yang lebih baik. Dia pun diam-diam belajar piano. “Enggak ada teori kalau piano itu harus dimainkan dengan tangan kan,” begitu pikir Liu.

Tapi … “Berat sekali. Capek, lecet, kaku, kram, sudah menjadi biasa,” cerita Liu kepada para juri China’s Got Talent. “Tetapi dalam pandanganku, kalau kamu memang mau atau punya keinginan, ya terima dan lakukan saja (semua perjuangan itu).”

Sayang, guru piano pertamanya menyerah dan berhenti. Alasannya, mustahil bagi seseorang memainkan piano dengan jari-jari kaki. Memang, ada bagian-bagian nada yang tak bisa dimainkan karena Liu tak bisa menekan tuts-tuts tertentu.

Liu pantang menyerah dan akhirnya dia bisa mengembangkan gaya permainan tersendiri dengan jari-jari kakinya. Saat ini, ia ikut “China’s Got Talent” dengan target masuk 3 besar.

“Saya berpendapat, kita tetap harus bermimpi dan berupaya mengejar sukses yang didambakan,” demikian alasan Liu. “Secara pribadi, saya ingin membuat orangtua bangga.”

Kini, Liu mengaku hidup bahagia.

kita bisa setuju dengan opini salah satu juri China’s Got Talent, “Melalui musik indah yang telah dimainkan oleh Liu Wei, kita disadarkan untuk bersyukur dan tidak mengeluh. Sebab, hidup itu indah!”

http://vanmovic.com/liu-wei-pianis-tanpa-lengan-di-chinas-got-talent.html

Kisah Severn Suzuki (pendiri Enviromental Children's Organization)

Kisah : Severn Suzuki (pendiri Enviromental Children's Organization)


Pidato anak perempuan 12 tahun yang membuat seluruh ruangan dan para pemimpin PBB standing applause.

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki,seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).


ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda
sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita. Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya. Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan. Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari segalanya."

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, "Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu".

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "

Sumber :milanzi, kaskus addict

KISAH SUP BATU

Alkisah ada tiga pengembara, yang dalam perjalanannya singgah di
sebuah kota. Warga kota itu tak pernah bergembira, sebab mereka hidup
dengan sangat mementingkan diri sendiri. Mereka mengerjakan segala
sesuatu sendiri dan untuk dirinya sendiri. Selain itu, mereka suka
mencurigai semua orang. Termasuk kepada tiga pengembara kelaparan yang
duduk di tengah alun-alun kota mereka. Tiga pengembara itu membuat api
lalu merebus sebuah batu. "Apa yang kaubuat?" tanya seorang anak yang
lewat. "Kami membuat sup batu yang sangat enak, " kata si pengembara,
"tetapi akan jauh lebih enak jika ditambah sesiung kecil bawang, "
lanjutnya. Anak itu pun berlari dan mengambilkan bawang. Orang-orang
kota itu mulai penasaran. Mereka mengintip dan menengok satu per satu.
"Sup ini akan jauh lebih enak jika ditambah wortel dan tomat. Seiris
kecil daging juga membuat rasanya jauh lebih baik." Didorong oleh rasa
ingin tahu yang kuat, mereka membawakan satu per satu bahan yang
disebut para pengembara. Alhasil, jadilah sup yang enak (tentu setelah
batunya dibuang) dan penduduk kota ikut menikmatinya. Untuk pertama
kalinya penduduk kota itu meniadakan rasa curiga dan mengalami
indahnya hidup berbagi dalam kebersamaan. Pemazmur menyebutkan betapa
baiknya apabila kita hidup bersama dengan rukun. Tidak cuma berarti
tinggal bersama-sama, tetapi saling menerima dan saling berbagi dalam
kasih. Hidup rukun tanpa prasangka, yang menghalangi interaksi dengan
sesama. Hidup harmonis ini bukan saja mendatangkan kebahagiaan bagi
kita, melainkan juga bagi Allah. Seperti kata pemazmur, "… sebab ke
sanalah Tuhan memerintahkan berkat ..." --SL

ORANG YANG SELALU MENARUH CURIGA MEMBATASI DIRINYA UNTUK BAHAGIA

Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+133

Mazmur 133

1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya,
apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang
meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.
Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk
selama-lamanya.

Kekuatan berpikir positif

Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih. Tidak ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.

“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah kehilangan hidup ini.

Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”, tersenyum penuh simpati.

“Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan, ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam kesedihan.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman.

“Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku! “

“Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias.

“Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang amat mencintai”. Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?”

“Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!”

“Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.Setelah beberapa pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud Norman dan tertawa pada diri sendiri.

“Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan. Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran, duniapun akan terjungkir balik…….

Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif…..

Norman Vincent Peale
Penulis buku The Power of Positive Thinking

Untung Tuhan Tidak Pernah Menyerah

Pada tanggal 7 Desember 1998 di bagian utara Armenia, suatu gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter menghancurkan sebuah gedung sekolah diantara bangunan-bangunan lainnya. Di tengah keramaian dan suasana panik, seorang bapak berlari menuju ke sekolah tersebut, dimana anaknya menuntut ilmu setiap harinya. Sambil berlari, ia terus teringat pada kata-kata yang sering ia ucapkan kepada anaknya itu, “Hai anakku, apapun yang terjadi, papa akan selalu bersamamu!”
Sesampainya di tempat di mana sekolah itu dulunya berdiri, yang ia dapati hanyalah sebuah bukit tumpukan batu, kayu dan semen sisa dari gedung yang hancur total! Pertama-tama ia hanya berdiri saja di sana sambil menahan tangis… Namun kemudian…tiba- tiba ia pergi ke bagian sekolah yang ia yakini adalah tempat ruang kelas anaknya. Dengan hanya menggunakan tangannya sendiri ia mulai menggali dan mengangkat batu-batu yang bertumpuk di sana. Ada seseorang yang sempat menegurnya, “Pak, itu tak ada gunanya lagi. Mereka semua pasti sudah mati.”

Bapak itu menjawab, “Kamu bisa berdiri saja di sana, atau kamu bisa membantu mengangkat batu-batu ini!” Maka orang itu dan beberapa orang lain ikut menolong, namun setelah beberapa jam mereka capek dan menyerah. Sebaliknya, si bapak tidak bisa berhenti memikirkan anaknya, maka ia menggali terus..

Dua jam telah berlalu, lalu lima jam, sepuluh jam, tigabelas jam, delapan belas jam.

Lalu tiba-tiba ia mendengar suatu suara dari bawah papan yang rubuh. Dia mengangkat sebagian dari papan itu, dan berteriak, “Armando!”, dan dari kegelapan di bawah itu terdengarlah suara kecil, “Papa!”. Kemudian terdengarlah suara-suara yang lain sementara anak-anak yang selamat itu ikut berteriak!
Semua orang yang ada di sekitar reruntuhan itu, kebanyakan para orang tua dari murid-murid itu, kaget dan bersyukur saat menyaksikan dan mendengar teriakan mereka. Mereka menemukan 14 anak yang masih hidup itu!

Pada saat Armando sudah selamat, dia membantu untuk menggali dan mengangkat batu-batu sampai teman-temannya sudah diselamatkan semua.. Semua orang mendengarnya ketika ia berkata kepada teman-temannya itu, “Lihat, aku sudah bilang kan, bahwa papaku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita!”

Mari kita renungkan bagaimana kita menjalani hidup kita. Di saat kita dalam kegelapan, tertimpa oleh macam-macam beban masalah, jatuh dalam kelemahan dan dosa. Apakah kita lantas berkeluh kesah, putus harapan, dan lantas mengibarkan bendera putih pada dunia tanda menyerah? Ataukah kita akan bersikap seperti Armando, yang terus menggenggam HARAPAN? bahwa Seseorang sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita? Seseorang yang tak akan pernah menyerah sampai kita sudah di dalam pelukan-Nya?
Yesus sedang mencari kita dan siap menyelamatkan kita dan tidak akan pernah menyerah sampai kita sudah dalam pelukannya.

“…..;seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai Engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
( Yosua 1:5b )

Filosofi Dasar Dalam hidup

Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.

Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, "Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak. Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yang sebelah juga ?" Si bapak tua menjawab, "Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup - jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.

Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.
Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik.

Ini semua dapat diartikan :
supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.

Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.
Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.

Berkeras hati & berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.
Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada Pesta yang tak pernah Usai. Semua yang ada didunia ini tiada yang abadi.

God's Competitor

Special Teaching


detail_img



    WEDNESDAY, 15 SEPTEMBER 2010

    Total View : 1088 times

    Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya.. ~ Yeremia 9:23
    Alkitab berkata tentang tiga hal yang bersaing dengan Tuhan untuk memperoleh posisi otoritas dan kekuasaan yang utama di dalam hidup dan hati kita, yaitu kekayaan, kekuatan, serta kebijaksanaan manusia. Ilah-ilah lain bisa menggantikan takhta Tuhan di dalam hati kita sehingga kepuasan kita tidak lagi di dalam Kristus melainkan di dalam diri kita sendiri. Keyakinan kita tidak lagi sepenuhnya di dalam Tuhan, tetapi di dalam diri kita dan kesanggupan kita pribadi. Saat ini terjadi, kita sudah jatuh di dalam kesombongan karena iman kita telah beralih dari Tuhan.
    Dalam 1 Korintus 8:1, Paulus menghardik orang-orang yang sombong dan bangga akan hikmat, pengetahuan dan kepintaran mereka. Ini tidak berarti Paulus mengecilkan pentingnya pengetahuan. Ini tidak berarti Tuhan berkenan atas kemasabodohan atau irasionalitas. Yang dimaksudkannya di sini adalah bahwa apa yang kita pikirkan dan ketahui dapat mempengaruhi kita untuk tidak bergantung kepada Tuhan. Merasa diri kita pintar dan bijak, kita bergantung pada diri sendiri semata. Kita mulai sombong. Kita melupakan adanya pengetahuan di atas segala pengetahuan, yaitu hikmat Allah, yang didasari oleh kasih Allah dan yang hanya bisa kita peroleh melalui pewahyuan dari-Nya.
    Uang atau kekayaan merupakan godaan terbesar yang berpotensi menjauhkan Anda dari Tuhan. Uang memampukan Anda untuk memperoleh sumber-sumber; uang membuat pintu-pintu terbuka bagi Anda. Lambang daripada kemapanan dan kesanggupan diri, uang bisa membuat kita sombong dan berpikir kita tidak lagi membutuhkan Tuhan. Tuhan menghardik orang Israel karena mereka percaya pada harta benda mereka untuk menjadi keamanan bagi masa depan mereka. Iman mereka bukan di dalam Tuhan yang menyediakan kasih karunia bagi mereka di masa depan, melainkan di dalam kekayaan mereka. Mereka lupa akan Tuhan, bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada mereka kekuatan untuk memperoleh kekayaan (Ulangan 8:18).
    Jika ketiga godaan untuk mengandalkan diri ini bersatu dan bertakhta di dalam diri kita, hasilnya adalah ateisme. Ateisme adalah puncak dari bentuk kesombongan, suatu kondisi di mana seseorang merasa dirinya yang paling hebat mengatasi segala sesuatu bahkan yang Mahatinggi. Seorang ateis tidak mengakui kedaulatan Tuhan; ia tidak mengakui adanya kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Ia merasa tidak membutuhkan Tuhan; ia merasa cukup mengandalkan kesanggupan dirinya pribadi. Baginya menyinggung sekali kalau harus mengakui Tuhan yang lebih hebat karena ini menyinggung ego dan kemampuan dirinya. Sombong dan angkuh, ia adalah orang yang bergantung pada dirinya sendiri, yang tidak pernah melihat ke atas, hanya ke bawah dan ke dirinya sendiri (Mazmur 10:4).
    Sesungguhnya segala sesuatu yang kita peroleh dan miliki berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak bisa sombong seakan itu semua berasal dari diri kita pribadi. Semua terletak di tangan Tuhan untuk memberi atau mengambil, untuk mengarahkan berkat menghampiri Anda atau menjauh dari Anda. Kesanggupan kita untuk melakukan segala sesuatu pun oleh karena Kristus yang memberikan kekuatan kepada kita. Bukan karena kesanggupan kita pribadi. Karenanya kita seharusnya tidak bermegah di dalam diri kita sendiri (1 Korintus 4:7).
    Namun jika kita hendak bermegah, bermegahlah di dalam Tuhan, karena kita memahami dan mengenal-Nya (Yeremia 9:24). Yang Tuhan inginkan dari kita adalah untuk kita intim dengan-Nya, sungguh-sungguh mengenal pribadi-Nya, serta untuk kita memahami dan memeluk identitas kita di dalam Kristus. Sebagai manusia yang diciptakan serupa gambar-Nya, kita didesain untuk menemukan kepuasan yang sempurna hanya dari Pencipta kita yang sempurna. Hal-hal lain dapat memuaskan kita tetapi hanya untuk sementara.
    Kekuatan maupun kekuasaan kita bukanlah garansi akan keselamatan kita di masa depan (Mazmur 33:16-17). Hanya kasih karunia Tuhan yang tersedia bagi kita di masa yang akan datang yang bisa menjaminkan keselamatan kita; karena Tuhanlah perisai, batu karang, benteng kubu, dan menara kekuatan kita. Keyakinan dan pengharapan kita harus di dalam Tuhan. Tak peduli betapa besarnya kuasa atau kekuatan yang Anda miliki, jika Tuhan tidak berkenan, Anda tetap tidak akan selamat. Gideon dapat memenangkan pertempuran karena kasih karunia Tuhan, bukan karena banyaknya tentara yang menyertainya.
    Peperangan orang Kristen setiap hari adalah peperangan melawan keangkuhan dan ketergantungan pada diri sendiri. Kesombongan intinya adalah mengenai isu kepada siapa kita percaya dan di mana kepuasan kita berada. Bagaimana cara kita memenangkan peperangan ini? Perjuangkanlah iman Anda di dalam future grace-Nya; itulah satu-satunya obat yang manjur untuk menyembuhkan kita dari kesombongan. Berserahlah kepada kedaulatan Allah dalam segala detail hidup Anda. Undang Dia masuk ke hati Anda, serahkan seluruh diri Anda: hati, pikiran, kehendak Anda pada-Nya dan gantungkanlah hidup Anda seratus persen pada janji-janjiNya yang tidak pernah gagal. Dimana ada kasih karunia melimpah, ada kuasa luar biasa tersedia.

    Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia.~  Tawarikh 16:9a

    Kebermaknaan Hidup

    Special Teaching


    detail_img

    Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.  St. Paul
    “Saya ini sudah diberikan bonus banyak oleh Tuhan. Berkali-kali kecelakaan namun tidak mati-mati. Kalau Tuhan mau panggil pulang, saya sudah siap. Namun jika Ia masih memberikan saya hidup, saya akan gunakan untuk terus bekerja dan menjaga cucu-cucu saya,” ungkap seorang kakek berusia 72 tahun. Satu hal yang sangat menarik dari pernyataan kakek tersebut adalah ia sudah siap dipanggil. Ini sungguh sesuatu yang unik. Bukankah kita kerap mendengar –bahkan mungkin mengalami- takut mati?
    Kakek bernama Gabriel Slamet Mulyodihardjo ini hidup di sebuah rumah yang sangat sederhana di kota kecamatan Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Puluhan tahun hidupnya dihabiskan dengan menjadi aktivis gereja, termasuk mengunjungi orang sakit dan membuat peti mati bagi orang-orang yang tidak mampu di gerejanya. Semua dilakukannya dengan penuh sukacita. Lebih dari 17 tahun saya mengenalnya, tak pernah sekali pun ia mengeluh tentang hidupnya. Sikap untuk selalu bersyukur tampak begitu jelas dalam keseharian hidupnya.
    Di usia yang senja semangat yang menyala itu tak kunjung padam. Ia masih menyibukkan diri dengan pekerjaannya sebagai tukang kayu. Terkadang bahkan masih “nekat” naik ke genteng untuk membetulkan posisi genteng sehingga air hujan tidak masuk ke dalam rumah. Sesekali masih terlihat ia bersepeda santai menuju waduk sempor di atas gunung (yang berjarak belasan kilometer dari rumah).
    Berdoa dan membaca tetap menjadi aktivitas yang tidak pernah dilewatkannya. “Meski sudah tua dan gampang lupa, saya tetap suka membaca,” katanya. Kitab suci baginya sudah seperti pasangan hidup. “Hanya belas kasihan Tuhan yang membuat saya tetap hidup penuh semangat seperti hari ini,” lanjutnya.
    Di usia yang tidak lagi muda, dengan gigi yang ompong, ramput memutih, pendengaran yang mulai terganggu dan kerutan kulit wajah, ia selalu tampak antusias ketika bermain bersama cucu-cucunya. Bahkan, kerap kali cucunya meminta tidur bersama sang kakek. Intinya, di mana pun sang kakek berada, sukacita itu selalu hadir bersamanya.
    Anda mungkin bertanya, kok saya bisa tahu detil mengenai sang kakek tersebut? Ya, tentu saja saya tahu sebab kakek itu adalah mertua saya sendiri. Ada begitu banyak inspirasi yang saya peroleh dari hidup beliau yang teramat bersahaja.
    Saya masih ingat betul saat kami berdua berada di ruang tunggu ICU (intensive care unit) RS Harapan Kita, Jakarta. Pada saat itu, Priscilla, putri kami yang baru berumur 41 hari baru saja menjalani operasi jantung. Tiba-tiba saja, ayah mertua sungkem kepada saya. “Mungkin selama ini saya ada salah kepada Paulus. Ini waktu yang baik untuk minta maaf,” katanya dengan penuh ketulusan. Sontak saya kaget dan memintanya untuk kembali duduk.
    Betul kata orang bijak, “Kalau anak minta maaf kepada orang tua itu biasa. Kalau orang tua minta maaf kepada anak, itu baru luar biasa!” Pengalaman ini kemudian mengakar dalam hidup saya dan membuat saya berani meminta maaf kepada kedua anak kami, jika saya berbuat salah. Orang tua toh tetap manusia. Bisa keliru dan berbuat salah!
    Kebermaknaan Hidup
    Dari sekian banyak pengalaman bersama ayah mertua dan inspirasi hidup yang saya peroleh darinya, saya menangkap ada satu tema utama yang menjadi benang merah semuanya itu yakni hidup harus bermakna.
    Suatu ketika saya pernah berbicara dengan hadapan para dosen. Sebagian kecil dari mereka –menurut panitia yang mengundang- adalah orang-orang yang konon katanya begitu arogan dengan berbagai prestasi dan gelar akademik yang disandangnya.
    Pada saat itu,  saya menyampaikan sesuatu yang membuat beberapa peserta tampak terkejut, bahkan mungkin tidak suka, “Jika Anda orang hebat, pernah meraih banyak prestasi spektakuler, terkenal dan memiliki gelar begitu banyak, itu semua bagus namun itu semua akan sirna begitu Anda dimakamkan. Lima atau sepuluh tahun setelah kepergiaan Anda, orang akan melupakan semuanya itu. Satu-satunya yang akan mereka ingat hanyalah kebaikan-kebaikan yang pernah Anda lakukan untuk mereka.”
    Pernahkah Anda mendengar orang yang meminta agar di batu nisannya dituliskan daftar berisi segudang prestasi dan gelar-gelar yang pernah di raihnya? Tentu saja tidak! Sebuah pepatah bijak pernah mengingatkan, “Semua bayi terlahir ke dunia dengan tangan terkepal namun kehidupan punya cara tersendiri untuk membuat orang melepaskan semuanya itu ketika ia kembali.”
    Anthony Campolo pernah menceritakan sebuah studi sosiologis mengenai lima puluh orang berusia sembilan puluh tahun lebih. Mereka ditanya, seandainya Anda bisa mengulang kembali kehidupan Anda, apa yang mau Anda lakukan secara berbeda? Tentu ini adalah pertanyaan terbuka dengan berbagai jawaban berbeda. Namun yang luar biasa ada tiga jawaban teratas.
    Pertama, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini saya akan lebih banyak merenung. Kedua, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini, saya akan lebih banyak mengambil risiko. Dan ketiga, seandainya saya harus mengulang kembali hidup ini, saya akan mengerjakan hal-hal yang tetap langgeng setelah saya berpulang nanti.
    Riset ini seakan memperkuat bahwa kebermaknaan hidup jauh lebih penting daripada sekedar mengejar ambis, kekayaan, popularitas, dan sebagainya. Panjangnya usia bukanlah sebuah jaminan hidup seseorang akan bermakna. Kebermaknaan hidup baru bisa diraih ketika seseorang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, namun mau memberikan hati bahkan hidupnya bagi orang lain.
    Bagaimana dengan Anda dan saya?

    Iman : Melihat Apa Yang Tak Terlihat

    Special Teaching

    detail_img

    SATURDAY, 25 SEPTEMBER 2010

    Total View : 1151 times

    2 Korintus 4: 18
    “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.”
    Langit saat itu berwarna kehitam- hitaman, tapi juga kekuning- kuningan, kelabu tapi juga hijau, hal itu hanya berarti satu hal – TORNADO. Di tengah-tengah keindahan sebuah pertanian, seorang ayah dan keluarganya senang tinggal di sini – dengan udara yang segar, sangat sedikit kejahatan, banyak tempat terbuka. Walaupun mereka senang tinggal disini bertahun- tahun, tetapi saat badai mengancam ketenangan mereka, mereka hanya bisa ketakutan dan bersembunyi saat badai itu menerpa rumah mereka seperti halnya kereta keluar jalur.
    Jadi hal apa yang Anda perbesar di hidup Anda? Keadaan Anda yang tidak  mungkin atau kekuatan dan kebenaran dari Firman Tuhan? Firman Tuhan benar hari kemarin sampai hari ini. Apapun kesulitan yang kita hadapi, Firman Tuhan tetaplah benar. Saya berterima kasih kepada Tuhan karena Ia tidaklah berbohong. Saya tahu saya dapat berdiri di atas Firman-Nya dan melihat-Nya membebaskanku. Ia adalah setia, dan Ia ingin menunjukkan bahwa ia berkuasa demi kebaikan kita.
    Ada dua aspek menarik yang sering kali dilupakan orang yang percaya kepada Firman Tuhan saat mereka menghadapi kesulitan: 1) Ia tidak pernah berkata kapan, Ia hanya berkata apa yang akan Ia lakukan. 2) Tuhan bukanlah orang yang akan berbohong, apa yang Ia katakan, pasti akan Ia lakukan! Pertanyaannya adalah: apakah Anda akan melihat Firman-Nya melalui kaca pembesar iman Anda, atau melalui penutup mata yang bernama penglihatan? Kita harus memilih hari ini, bagaimana kita melihat hidup kita. Cara pandang kita menentukan kemana tujuan kita.
    Pengakuan
    “Bapa, terima kasih bahwa Kau tidak berbohong. Apa yang Kau katakan, akan Kau lakukan. Saya menolak untuk melihat masalah yang dapat saya lihat. Saya melihat melalui apa yang tidak dapat saya lihat melalui mata iman saya.”

    Hingga Ke Ujung Bumi (Part I)

    Special Teaching

    detail_img

    WEDNESDAY, 13 OCTOBER 2010

    Total View : 199 times

    Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya.Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
    ~ Lukas 12:1-2
    Dua belas tahun lalu, ayat ini membakar hati Gordon Robertson. Saat itu ia dan keluarganya sedang bersiap naik pesawat yang akan membawa mereka ke Filipina. Ia keluar dari pekerjaannya sebagai pengacara dan menjalani proses sebagai seorang misionaris.
    ”Saya tidak tahu berapa kali telah membaca ayat-ayat itu – mungkin lusinan kali – tapi kali ini berbeda, dan saya merasa Tuhan ingin belajar lebih lagi.”
    Pada minggu yang sama, seorang temannya Harald Bredesen mengunjunginya dan mengajaknya berjalan-jalan bersama. Gordon menceritakan pada Harald bagaimana Tuhan membimbingnya untuk pergi ke Filipina.
    “Gordon, kamu perlu melihat bahasa Yunani-nya. Dari pada “dikirim pergi” kata itu lebih tepat diterjemahkan sebagai “di dorong keluar.”
    Kemudian Gordon mempelajar ayat tersebut dalam bahasa Yunani. Ketika Yesus mengutus ketujuh puluh muridnya, kata “dikirim keluar” menggunakan kata apastello. Namun di ayat kedua, Yesus menggunakan kata akballo. Dua kata ini memiliki makna yang jauh berbeda. Apastello dapat diartikan sebagai : duta besar, menugaskan, orang yang membawa beban penuh dan kewenangan serta kekuasaan raja.
    Tapi ekballo artinya dalah “mengusir, atau mendorong keluar.” Ketika Yesus mengusir setan, Dia menggunakan kata ekballo. Dan dalam kalimat “supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu”, Tuhan Yesus menggunakan kata yang sama “ekballo.”
    Jadi Yesus meminta agar murid-muridnya berdoa agar Tuhan mengusir, mendorong dan memaksa para pekerja untuk melakukan penuaian.
    Mendapati kebenaran ini, Gordon bertanya pada dirinya sendiri: Bagaimana ini terjadi dalam sejarah? Jika orang tidak mau pergi memanen, apakah mereka perlu di dorong?
    “Saya perlu mempelajari lebih lanjut kitab Kisah Para Rasul. Anda mungkin berpikir akan mudah bagi Yesus untuk mendorong gereja mula-mula untuk memenuhi panggilan mereka, karena hal ini adalah sesuatu yang baru bagi mereka. Namun hingga pasal ke tujuh, para murid tidak meninggalkan Yerusalem. Mereka tidak pergi ke Yudea, Samaria apalagi hingga ke ujung bumi. Bahkan setelah menerima babtisan Roh Kudus, para murid tetap bertahan di Yerusalem.”
    Lalu apa yang terjadi? Akhirnya para murid dipaksa keluar. Pada pasal 8 dituliskan, “Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.”
    Pada Kisah Para Rasul 8:4 ada sebuah kalimat menarik yang perlu di perhatikan:
    “Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.”
    Yesus sangat mengenal kita, Dia tahu keinginan kita untuk tinggal di rumah – seperti orang-orang percaya pada Kisah Para Rasul yang ingin tetap tinggal di Yerusalem. Mereka ingin mendengarkan Yakobus mengajar, Petrus dan Yohanes berkotbah, atau melihat Petrus berjalan-jalan dan bayangannya menyembuhkan orang sakit. Jika bisa menyaksikan semua itu, mengapa harus pergi hingga ke ujung bumi?
    Jadi bagaimana Tuhan mengirim pekerja-Nya untuk memanen tuaian di ladang-Nya? Dia memaksa kita untuk pergi. Penganiayaan muncul. Murid-murid tersebar. Kemudian, seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul, mereka yang tersebar itu memberitakan Injil kemanapun mereka pergi.
    Tuhan memanggil Anda saat ini. Dia adalah Tuan yang memanggil pekerja-pekerja-Nya untuk menuai di ladang-Nya. Dengarlah panggilan-Nya, jika tidak,  jangan salahkan Tuhan jika Ia memaksa Anda dengan cara-Nya yang unik. Ia berhak, karena Tuhan adalah Tuan atas hidup Anda.

    “Misi Kristen dan Budaya Jawa”

    Kaum misionaris Kristen pun berusaha memisahkan antara keislaman dan keindonesiaan. Baca CAP Adian Husaini ke-290

    Oleh: Dr. Adian Husaini*

    DISKUSI
    Sabtuan INSISTS, Sabtu,  24 Juli 2010 lalu membahas tema “Kristenisasasi dan Budaya Jawa”.  Berbicara dalam acara itu  adalah Susiyanto,  peserta Program Kaderisasi Ulama Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia di Program Magister Pemikiran Islam—Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam diskusi, ia sekaligus meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Strategi Misi Kristen Memisahkan Islam dan Jawa (2010).

    Dalam CAP ke-275 lalu, saat membahas tentang Perayaan Natal Bersama, kita sudah menyinggung tentang strategi budaya dalam penyebaran misi Kristen di Indonesia. Strategi budaya ini tampaknya digunakan untuk menggusur citra yang melekat pada bangsa Indonesia bahwa Kristen adalah agama penjajah. Kaum misionaris Kristen pun berusaha memisahkan antara keislaman dan keindonesiaan. Salah satu contoh adalah upaya mereka untuk mencegah penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan Indonesia.

    J.D. Wolterbeek dalam bukunya,  Babad Zending di Pulau Jawa,  mengatakan: “Bahasa Melayu yang erat hubungannya dengan Islam merupakan suatu bahaya besar untuk orang Kristen Jawa yang mencintai Tuhannya dan juga bangsanya.”

    Senada dengan ini, tokoh Yesuit Frans van Lith (m. 1926) menyatakan: “Dua bahasa di sekolah-sekolah dasar (yaitu bahasa Jawa dan Belanda) adalah batasannya. Bahasa ketiga hanya mungkin bila kedua bahasa yang lain dianggap tidak memadai. Melayu tidak pernah bisa menjadi bahasa dasar untuk budaya Jawa di sekolah-sekolah, tetapi hanya berfungsi sebagai parasit. Bahasa Jawa harus menjadi bahasa pertama di Tanah Jawa dan dengan sendirinya ia akan menjadi bahasa pertama di Nusantara. (Seperti dikutip oleh Karel A. Steenbrink, dalam bukunya, Orang-Orang Katolik di Indonesia).

    Para pandakwah Islam yang datang ke wilayah Nusantara telah melakukan suatu proses Islamisasi bahasa dan budaya Nusantara. Bahasa Melayu telah di-Islamkan. Banyak kosa kata Melayu yang diubah konsepnya dan diisi oleh kosa kata yang berasal dari Islamic basic vocabulary (kamus dasar Islam).  Istilah-istilah baru seperti “ilmu, adil, adab, hikmah, rakyat, musyawarah, daulah, wujud, dan sebagainya dimasukkan menjadi kosa kata Melayu. Dengan itu, bisa dipahami, jika belajar bahasa Melayu menjadi identik dengan belajar Islam. Bahkan, hingga kini, istilah Melayu di Malaysia, identik dengan Islam. seorang disebut sebagai “Melayu” jika dia beragama Islam.

    Para pendakwah Islam juga berhasil melakukan proses akulturasi budaya Islam dengan budaya Jawa. Mayoritas orang Jawa kemudian memeluk agama Islam dan mereka sulit dipisahkan dengan keislaman. Karena itulah, tidak mudah mengubah agama orang Jawa menjadi Kristen. Sulitnya orang Jawa ditembus misi Kristen digambarkan oleh tokoh misi Katolik, Pater van den Elzen, dalam sebuah suratnya bertanggal 19 Desember 1863:

    Orang Jawa menganggap diri mereka sebagai Muslim meskipun mereka tidak mempraktekkannya. Mereka tidak bertindak sebagai Muslim seperti dituntut oleh ajaran “Buku Suci” mereka. Saya tidak dapat mempercayai  bahwa tidak ada satu pun orang Jawa menjadi Katolik semenjak didirikannya missi pada tahun 1808. Dulunya Jawa ini sedikit lebih maju daripada sekarang ini. Sejak tahun 1382, ketika Islam masuk, Jawa terus mengalami kemunduran. Saya dapat mengerti sekarang, mengapa Santo Fransiskus Xaverius tidak pernah menginjakkan kakinya di Jawa. Tentulah ia mendapat informasi yang amat akurat tentang penduduk di wilayah ini, termasuk Jawa. Dan Portugis yang telah berhasil menduduki beberapa tempat disini menganjurkan agar ia pergi ke Maluku, Jepang, dan Cina,  karena tahu tak ada apa-apa yang bisa dibuat di Jawa. Akan tetapi, dalam pandanganku di pedalaman toh ada sesuatu yang dapat dilakukan.”
    Melihat fenomena itu, kaum misionaris Kristen kemudian membuat satu strategi budaya. Banyak misionaris menampilkan diri sebagai tokoh-tokoh budaya Jawa dan membuat berbagai upaya agar orang Jawa bisa berpandangan bahwa Kejawaan lebih identik dengan Kekristenan, ketimbang dengan Keislaman. Ringkasnya, orang Jawa lebih cocok menjadi Kristen ketimbang menjadi Islam. Sebab, Islam adalah agama Arab yang hanya cocok untuk orang Arab, bukan untuk orang Jawa. Sedangkan Kristen sudah mengalami proses akulturasi dengan budaya Jawa, sehingga lebih cocok untuk orang Jawa.

    Dalam kaitan inilah, buku Susiyanto tersebut membedah liku-liku kiat misionaris yang didukung oleh orientalis Belanda untuk menjauhkan orang Jawa dari Islam.  Sebagai contoh, dibuat kesan pada anak didik di sekolah-sekolah melalui pelajaran sejarah, dengan cara mengangkat kebudayaan Hindu dan Budha sebagai warisan agung leluhur bangsa. Seolah-olah Indonesia besar dan jaya di masa Kerajaan Hindu dan Budha. Kedatangan Islam kemudian menghancurkan kejayaan Indonesia tersebut.

    Berbagai peninggalan fisik di masa Hindhu Budha – seperti candi-candi  dan sejenisnya -- diangkat sedemikian rupa, sehingga menggambarkan kejayaan Indonesia di masa lalu, di zaman pra-Islam. Candi diangkat sebagai simbol  “kebesaran” bangsa Indonesia di masa lalu. Padahal, ungkap Susiyanto dalam diskusi tersebut, kebudayaan candi pada masa dibangunnya,  sebenarnya tidak pernah menjadi bagian dari “jiwa” masyarakat Jawa. Candi-candi tersebut dibuat untuk mengokohkan kewibawaan kasta Brahmana dan Ksatriya. Sementara rakyat jelata, yang umumnya berasal dari kasta Sudra, seringkali dilibatkan dalam proses kerja paksa saat pembangunannya. Jadi proses pembangunan candi sebenarnya merupakan simbol ketertindasan kalangan rakyat jelata oleh kekuasaan yang berada di atasnya. Akan tetapi penderitaan rakyat yang bersifat demikian ini jarang ditampilkan dalam buku-buku sejarah maupun pewacanaan kebudayaan yang saat ini beredar.

    Susiyanto juga mengingatkan bahwa usaha-usaha membangkitkan kebudayaan lama sebagai warisan bangsa yang dianggap luhur ini di negeri-negeri Islam, memiliki kepentingan strategis yang lebih besar. Tujuannya tak lain untuk mendistorsi ajaran Islam dan melepaskan pengaruh Islam di masyarakat. Sebagai contoh seorang orientalis Barat bernama Ceyler T. Young mengakui hal tersebut sebagai berikut: “Di setiap negara yang kami masuki, kami gali tanahnya untuk membongkar peradaban-peradaban sebelum Islam. Tujuan kami bukanlah untuk mengembalikan umat Islam kepada akidah-akidah sebelum Islam tapi cukuplah bagi kami membuat mereka terombang-ambing antara memilih Islam atau peradaban-peradaban lama tersebut”.
    Usaha-usaha orientalis dan misionaris di era penjajahan, ternyata masih dilanjutkan pada era kini. Sejumlah buku yang hadir dari kalangan misionaris masih melanjutkan agenda untuk memarginalkan peran Islam. Bambang Noorsena misalnya, seorang tokoh Kristen Orthodoks Syria, dalam karyanya yang berjudul ”Menyongsong Sang Ratu Adil: Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen” berusaha membuktikan bahwa Kristen merupakan ajaran agama yang secara teologis mampu berinteraksi dengan ajaran Kejawen. Bambang Noorsena juga berusaha membuktikan bahwa sejumlah karya sastra Jawa memiliki kecenderungan menerima Kristen dan anti terhadap Islam.

    Dalam kajian yang berlangsung di sekretariat INSISTS tersebut, Susiyanto telah membuktikan bahwa argumentasi yang digunakan oleh Bambang Noorsena untuk mempertahankan gagasannya adalah lemah dan tidak berdasar. Bambang Noorsena juga melakukan sejumlah manipulasi terhadap buku-buku yang digunakan sebagai referensi. Contoh yang jelas adalah manipulasinya  terhadap karya B.M. Schuurman berjudul ”Pambijake Kekeraning Ngaurip”.

    Dalam buku tersebut, Schuurman menemukan, Serat Dewa Ruci tidak mengandung nilai-nilai Kristiani, karena tidak mengakui dosa asal. Sebaliknya, Bambang Noorsena memanipulasi karya Schuurman, dan menyimpulkan bahwa Serat Dewa Ruci bisa dipertemukan dengan nilai-nilai Kristen. Serat Dewa Ruci itu sendiri merupakan cerita populer di Jawa yang tidak jelas benar penulisnya. Ada yang menyebut, cerita itu ditulis oleh Sunan Kalijaga. Tetapi, tidak dapat dipastikan. Serat ini menceritakan pertemuan Bima dan Dewa Ruci di dasar Samudera yang bertubuh mungil, tetapi mampu dimasuki oleh tubuh Bima yang jauh lebih besar.

    Dalam kajian-kajian tentang sejumlah karya sastra Jawa, Bambang Noorsena mencoba memanipulasi karakter Nabi Isa yang berasal dari konsepsi Islam dengan mendistorsinya sebagai karakter Kristus yang berasal dari konsepsi Kristen. Karya orientalis dan misionaris semisal Philip van Akkeren sering digunakan oleh Bambang Noorsena untuk menguatkan argumentasinya. Padahal, karya-karya itu sendiri sudah mengandung manipulasi.

    Contohnya adalah karya Philip van Akkeren yang berjudul “Sri and Christ: A Study of the Indigenous Church in East Java”. Dalam buku ini,  van Akkeren berupaya mengkaji kisah Aji Saka dalam Serat Paramayoga karya R. Ng. Ranggawarsita. Hasilnya, Van Akkeren menyimpulkan bahwa Ranggawarsita, pujangga Jawa, memiliki “ketertarikan” terhadap agama Kristen. Alasannya, karya tersebut memuat cerita tentang Nabi Isa. Van Akkeren menyebutkan bahwa sebelum datang ke Jawa, Aji Saka telah masuk ke dalam agama Kristen di Yerusalem.(Akkeren, 1970: 46)

    Konklusi Philips van Akkeren ini kemudian diikuti oleh Bambang Noorsena yang sering menampilkan dirinya sebagai tokoh dialog lintas agama. Dalam bukunya, “Menyongsong Sang Ratu Adil : Perjumpaan Iman Kristen dan Kejawen”  Bambang Noorsena menggambarkan Aji Saka telah mengalami persentuhan dengan iman Kristen dengan menyembah Tuhan yang Maha Esa melalui Nabi Isa. Selanjutnya Noorsena mengutip pendapat Philip van Akkeren bahwa: ”dalam kisah Ranggawarsita ternyata simpati besar disisihkan bagi Kristus”. (Noorsena, 2007:209-210)

    Sebenarnya, isi Paramayoga sendiri banyak mengambil inspirasi dari cerita pewayangan dan kisah para nabi mulai dari Adam hingga Muhammad. Awalnya, Aji Saka berguru kepada Dewa Wisnu di India. Setelah semua ilmu mampu diserap, Dewa Hindhu itu menasihati agar mencari kesejatian hidup dengan melanjutkan berguru kepada seorang imam yang lebih mumpuni bernama Ngusman Ngaji. Pada era itu diceritakan bahwa Nabi Isa sedang mengemban risalah di kalangan Bani Israil. Aji Saka meminta ijin kepada gurunya untuk menjadi sahabat (murid) Nabi Isa. Ngusman Ngaji tidak mengijinkan, sebab ia mengetahui takdir bahwa Aji Saka akan menjadi pengikut setia Nabi Muhammad dan menghuni Pulau Jawa.

    Statemen sang guru dalam Paramayoga diuraikan sebagai berikut:
    ”Hal ini tidak kuijinkan, sebab engkau kelak harus mengabdikan dirimu sepenuhnya kepada Tuhan, tetapi itu bukan pekerjaanmu. Takdir menghendaki engkau menempuh karir panjang. Telah ditentukan, engkau akan menghuni Pulau Jawa yang panjang, di tenggara India. Jangan lupakan nubuatan ini. Dikemudian hari akan ada nabi lain dari Allah, yang terakhir, yang tidak ada bandingannya, bernama Muhammad, utusan Allah, yang telah memberi cahaya bagi dunia dan dilahirkan di Makkah. Engkau akan menjadi sahabat dekatnya”.(Akkeren, 1970:46).

    Paramayoga memang menggambarkan bahwa tokoh Aji Saka yang ditakdirkan berumur panjang sempat bergaul dengan Nabi Isa.

    Namun sebagaimana pesan gurunya, bukan ”panggilan” melainkan sekedar mengisi ”kekosongan” dalam penantian yang panjang kedatangan Nabi Muhammad. Jika dicermati, kisah Nabi dalam Paramayoga yang dimulai sejak era Adam hingga Nabi Muhammad lebih menunjukkan bahwa karya ini berusaha menampilkan kisah yang berasal dari konsepsi Islam, termasuk kisah tentang Nabi Isa. Sama sekali tidak terdapat cerita bahwa Aji Saka menganut Agama Kristen atau terkait Kristus yang berasal dari konsepsi Kristen.

    Dengan demikian klaim, Van Akkeren dan Bambang Noorsena bahwa kisah Aji Saka merupakan titik perjumpaan antara Kristen dan Kejawen boleh dikatakan sekedar manipulasi belaka.

    Upaya lain yang tersohor untuk memisahkan antara Islam dan Jawa dilakukan melalui penerbitan Serat Darmogandul.  Kitab yang hingga kini tak jelas penulisnya itu memiliki ciri yang kental dengan semangat anti-Islam, pro-Kristen, dan pro-penjajah Belanda. Sikap anti-Islam ditujukan misalnya, kitab Arab (Al Quran) harus ditinggalkan dan diganti Kitab Nabi Isa (Injil).  Sedang sikap pro-Kristen terungkap dengan diangkatnya cerita Dawud-Absalom, Dawud-Uria, pohon pengetahuan, dan sejenisnya yang bersumber dari Perjanjian Lama serta mendukung misi Injil di Jawa.

    Dukungannya terhadap penjajah ditunjukkan dengan pujian bahwa Belanda yang beragama Kristen adalah penyembah Tuhan yang benar dan lurus pengetahuannya.

    Dalam bukunya, Susiyanto banyak memuat kutipan-kutipan isi Serat Darmagandul dalam bahasa aslinya (Jawa) yang menunjukkan bagaimana kitab ini seperti sengaja ditulis untuk menanamkan kebencian orang Jawa pada Islam dan para wali penyebar agama Islam di tanah Jawa. Isi kitab ini masih terus disebarkan ke tengah masyarakat Jawa, sampai sekarang. Koran Solo Pos, misalnya, menurunkan serial Darmagandul  dalam sejumlah edisi penerbitannya. Serat ini juga banyak dijadikan rujukan dalam penulisan buku-buku sejarah nasional Indonesia.

    Ironisnya, banyak orang tua Muslim yang tidak peduli, bahwa anak-anaknya di sekolah sekarang sedang dicekoki cerita-cerita sejarah yang justru mengecilkan peran Islam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Inilah salah satu arti penting kehadiran buku Susiyanto ini: meluruskan sejarah Islam Indonesia yang selama ini banyak dimanipulasi oleh pihak lain.  [Depok, Juli 2010/hidayatullah.com]

    Catatan Akhir Pekan [CAP) Adian Husaini adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com
    Foto saya
    Dari Kupang, NTT ke Surabaya, lanjut ke Jawa Tengah, lanjut ke Sumatera Utara (lewat Lampung, Bengkulu, Padang, hingga tiba di Tapanuli Selatan lalu Tapanuli Tengah). Di Sumatera Utara, telah mengunjungi Medan dan mengelilingi semua kabupaten hingga ke Riau, dan Dumai. Dari Sumatera Utara ke Jakarta, Tangerang dan Jogja. Sejak keluar dari NTT tahun 2000-2008 berkeliling Indonesia. Tahun 2008-2010 saat ini, sedang berdomisili di Kamboja. Semua tempat tersebut diatas dikunjungi dalam rangkaian perjalanan melayani TUHAN.