PRAY FOR THE NATION

Indonesia:

Kamis lalu (2/12) Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla (JK) dengan tegas telah menginstruksikan dan menjamin anggotanya juga kepada masyarakat Kristen Mentawai untuk segera membangun hunian sementara sebelum Natal tiba (Baca : JK Instruksikan Bangun Hunian Sementara Untuk Rayakan Natal). Apa mau dibilang, kenyataan berbicara beda dilapangan.

Pembangunan hunian itu belum dikerjakan hingga Minggu (5/12). Penyebabnya apalagi kalu bukan terbentur birokrasi pemerintahan.

Hal itu diakui Koordinator Lapangan Posko Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Mentawai Zul Hendri.

Walau begitu, Zul menegaskan PMI masih melanjutkan penjajakan dengan pemerintah daerah. Zul berharap pemerintah memberikan tanggapan positif agar korban dapat kembali hidup normal.

Semoga saja Presiden peduli dan langsung memerintahkan pembangunan hunian sementara dengan tujuan agar rakyatnya dapat menjalankan dan merayakan hari besar keagamaannya secara kondusif.










Kalau di Jepang Dipanggil Kodomo



Sukedi Saleh dan pegiat komodo, Zeby Febrina memberi makan komodo di Kebun Binatang Ragunan, Minggu (28/11/2010).

KOMPAS.com — Kodomo turun dari pesawat bak pangeran dari negeri seberang. Ia disambut oleh keluarga Kerajaan Jepang. Siapakah kodomo ini? Kodomo bukanlah orang, melainkan satwa langka khas Indonesia. Orang Indonesia mengenalnya sebagai komodo, tetapi orang Jepang menyebutnya kodomo.
Komodo itu duta bangsa Indonesia.
-- Zeby Febrina
Hal ini diceritakan Sukedi Saleh, koordinator perawatan komodo Kebun Binatang Ragunan. Ia menuturkan, saat komodo dikirim ke Jepang beberapa tahun silam, orang Jepang menyambutnya dengan meriah layaknya sedang kedatangan tamu kehormatan.


Koleksi komodo milik Kebun Binatang Ragunan memang beberapa kali dipinjamkan atau barter dengan kebun binatang lainnya yang ada di Indonesia ataupun mancanegara. Pada Februari 2010 yang lalu Sukedi ikut mengantar komodo ke Hongaria.

Saat di Hongaria inilah, menurut Sukedi, beberapa negara Eropa, seperti Jerman, sempat mendekati pihak Kebun Binatang Ragunan untuk membicarakan komodo. Komodo yang berbentuk seram itu ibarat putri cantik sejagat raya yang menarik pria-pria tampan dari seluruh dunia untuk meminangnya.
Komodo merupakan salah satu satwa favorit bagi pengunjung di Taman Margasatwa Ragunan atau biasa dikenal dengan sebutan Kebun Binatang Ragunan. Kebun binatang ini terletak di Jalan Harsono RM Nomor 1 Ragunan, Jakarta Selatan. Binatang ini aslinya berasal dari Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Komodo disebut-sebut sebagai binatang purba yang masih berjalan di dunia masa kini.
Beberapa pengunjung memadati area komodo. Penggemar berat komodo tentu saja para anak-anak. Anto, salah satu pengunjung, datang ke kebun binatang bersama kedua anaknya. Mereka tampak asyik melihat komodo. Menurut Anto, anaknya memang minta diajak melihat komodo.
"Ini kebetulan anak-anak suka dengan komodo," terang Anto. Sementara itu Arif, anak Anto, mengaku baru kali ini melihat komodo.
Para pengunjung semakin ramai saat komodo diberi makan. Kebetulan pada hari Minggu (28/11/2010) siang Zeby Febrina, pegiat komodo, dan beberapa petugas Kebun Binatang Ragunan sedang memberi makan komodo. Komodo-komodo langsung menghampiri Zeby saat ayam-ayam potong segar dikeluarkan.
Mereka melahap dengan rakus sambil sesekali saling berebutan ayam. Zeby dan para petugas tak sungkan-sungkan menepuk dan mengelus komodo seakan-akan mereka kucing. Padahal, komodo ini merupakan binatang buas yang indera penciumannya bisa mencium hingga jarak tujuh kilometer.

Mereka juga kanibal yang tak segan memakan sesama komodo. Namun, Zeby menjelaskan kepada anak-anak untuk tidak perlu takut dengan komodo karena pada dasarnya mereka binatang pemakan bangkai. Tentu saja tetap berhati-hati karena komodo adalah binatang buas.
Beberapa pengunjung dengan lucu menyeletuk ingin menjadi komodo saat melihat Zeby mengelus komodo. Ya, Zeby yang cantik dan semampai ini sangat kontras dengan binatang seram.
Salah satu komodo saking semangat melahap ayam akhirnya jatuh terperosok. Para petugas pun langsung ramai-ramai menggotongnya. Pengunjung pun tertawa saat melihat si komodo besar tampak pasrah digendong. Zeby menjelaskan bahwa komodo jika berada di posisi terlentang tanpa bisa kembali ke posisi semula, lama-lama bisa mati. Karena itu, petugas harus sigap mengembalikan ke posisi yang sebenarnya.
Menurut Sukedi, Kebun Binatang Ragunan memiliki 18 ekor komodo. Mereka diberi nama unik-unik, seperti Shakira, Bagol, Indri, Ocha, dan lain-lain. Bagol adalah satu-satunya komodo F0, yang berarti komodo asli dari Pulau Komodo, NTT. Sementara komodo lainnya lahir di Kebun Binatang Ragunan.
Setelah melihat-lihat komodo, jangan lupa mampir di warung makan milik H Abdul Malik Hasan yang masih terletak di area Ragunan. Anda harus mendengarkan kisah ala Indiana Jones versi Abdul Malik. Malik merupakan orang yang dikirim dalam ekspedisi ke Pulau Komodo pada tahun 1979.
Perawakannya yang kebapakan dan sederhana ternyata menyimpan jiwa petualang. Karena itulah, Malik adalah sosok disegani oleh para petugas satwa di Kebun Binatang Ragunan.
"Dulu kita hanya punya satu komodo, saya lupa asalnya dari mana. Karena itu dibentuk tim ekspedisi untuk menambah koleksi," kenang Malik.
Malik yang kelahiran tahun 1949, saat itu masih berusia 30 tahun dan menjabat sebagai Kepala Seksi Reptil. Bersama seorang rekan sesama pegawai Kebun Binatang Ragunan ia berangkat ke Pulau Komodo.
"Berangkat dari sini naik pesawat. Jadi membawa kandang, dibuat dulu kandang dari sini semacam peti jebakan," ceritanya. Peti yang dibuat ada 6 buah karena target mereka adalah menangkap tiga pasang komodo.
Perlu waktu satu bulan bagi Malik untuk mendapatkan tiga pasang komodo. Area pencariannya di tempat yang terkenal dengan komodo liar yang masih ganas.
"Cara menangkapnya diumpan potong kambing. Tetapi, selalu diganggu yang kecil-kecil, yang cepat datang yang masih kecil. Yang ingin ditangkap yang sudah berumur 4 tahun," katanya.
Kini Anda tidak dapat melihat komodo hasil tangkapan Malik karena ekspedisi ini sudah terjadi bertahun-tahun silam.
"Sudah mati semua," jelas Malik.
Sayangnya, menurut Sukedi, orang Indonesia kurang tertarik pada komodo. Berbeda dengan wisatawan asing yang banyak datang ke Kebun Binatang Ragunan khusus untuk melihat komodo.
"Mereka tertarik dengan komodo karena ingin melihat keturunan dari dinosaurus," cerita Sukedi. Wisatawan asing ini sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa, seperti Inggris, Belanda, dan lain-lain.
Zeby menuturkan, secara pribadi ia senang jika makin banyak orang tertarik dengan komodo karena akan makin tinggi kesempatan komodo untuk dikembangbiakkan di mana pun. Jika komodo ada di negara-negara lain, akan banyak ilmuwan yang mendalami komodo sehingga pengetahuan mengenai komodo juga akan makin meningkat.
Di sisi lain, jika terjadi apa-apa, misalnya global warming,  komodo dapat terselamatkan. Karena apabila tersebar di negara-negara lain, harapannya komodo tidak akan punah jika dibadingkan hanya berada di satu tempat.
Secara pariwisata, komodo pun membawa nama Indonesia.
"Jadi, komodo itu duta bangsa Indonesia," kata Zeby.
Hanya saja ada prosedur tertentu karena komodo adalah aset nasional dan binatang langka. Bahkan, prosedur perizinan harus melalui Presiden RI. Biasanya akan ada riset awal ke negara yang menginginkan komodo. Hal ini untuk melihat kelayakan tempat yang akan menjadi rumah baru komodo.
Sementara itu, di kandang komodo, para komodo asyik berendam di kubangan air setelah selesai makan. Anak-anak kecil terus bersorak girang menyapa komodo. Jika Anda belum pernah berkenalan dengan komodo, mampirlah ke Kebun Binatang Ragunan. Siapa tahu Anda beruntung bisa menyaksikan saat komodo diberi makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Foto saya
Dari Kupang, NTT ke Surabaya, lanjut ke Jawa Tengah, lanjut ke Sumatera Utara (lewat Lampung, Bengkulu, Padang, hingga tiba di Tapanuli Selatan lalu Tapanuli Tengah). Di Sumatera Utara, telah mengunjungi Medan dan mengelilingi semua kabupaten hingga ke Riau, dan Dumai. Dari Sumatera Utara ke Jakarta, Tangerang dan Jogja. Sejak keluar dari NTT tahun 2000-2008 berkeliling Indonesia. Tahun 2008-2010 saat ini, sedang berdomisili di Kamboja. Semua tempat tersebut diatas dikunjungi dalam rangkaian perjalanan melayani TUHAN.