Misionaris untuk India
|
|
Lahir | 17 Agustus 1761 Paulerspury, England |
Meninggal | 9 Juni 1834 (umur 72) Serampore, India |
Riwayat hidup
Wiliam Carey dilahirkan di sebuah keluarga yang tidak mampu di Nortamptonshire, Inggris pada tahun 1761.[3][4] Orangtua Carey merupakan anggota Gereja Anglikan, sehingga Carey menerima baptisan di gereja itu.[3][4] Pada tahun 1779, Carey pindah ke Gereja Baptis.[4] Di sana ia menjadi seorang pengkhotbah dan guru sekolah pada siang hari, sedangkan malam hari ia bekerja sebagai seorang tukang sepatu.[4][2] Ia juga seorang yang sangat mencintai tanaman.[3] Meskipun Carey melakukan berbagai pekerjaan, ia menyempatkan diri untuk mempelajari sendiri bahasa Yunani, Ibrani, Belanda dan Perancis.[4][5][2]Pada tahun 1792 Carey mengkritik golongan Baptis yang bercorak Calvinis menafsirkan teologi predestinasi sedemikian rupa yang berpendapat jika Tuhan bermaksud menyelamatkan bangsa-bangsa yang jauh, Dia dapat menyelamatkan mereka tanpa memakai tenaga manusia sebagai pekabar Injil.[3]. Kritikan Carey terhadap Calvinisme dinyatakan dalam buku, An Inquiry into the Obligation to use Means for the Conversion of the Heathen, yang isinya mengatakan bahwa tenaga manusia dibutuhkan untuk menginjili bangsa-bangsa yang jauh.[3] Carey menegaskan panggilan setiap orang Kristen untuk berperan dalam misi gereja, yakni mengabarkan Injil ke seluruh dunia.[3]
Ketertarikannya pada saat membaca buku harian David Brainerd, yang menyerahkan diri untuk mengabarkan Injil kepada orang Indian di Amerika menginspirasikannya untuk menjadi salah satu misionaris pertama yang pergi ke India pada 1792.[3] [1]
Ia juga membantu mengorganisasi English Baptist Missionary Society. [1][2][5] Kepandaian Carey yang mencakup ketrampilan praktis maupun intelektual serta kemampuan berbahasa, sangat mendukung usahanya dalam pekabaran Injil di India.[3][5]
Kehidupan di India
Ketika pertama kali pindah ke India, keluarga Carey menghadapi banyak kesulitan.[3] Hal itu menyebabkan Carey beralih pekerjaan, yaitu menjadi pengelola pabrik nila di pedalaman India.[3] Istri Carey tidak tahan hidup di tempat tersebut sehingga ia mengalami gangguan jiwa dan hal ini memberi dampak besar bagi perkembangan anak-anak mereka.[3]Namun, itu semua tidak membuat Carey putus asa.[3] Ia memakai kesempatan hidup terpencil di perkebunan untuk belajar bahasa Sanskrit dan bahasa Bangla, yang nantinya akan berguna bagi karya penerjemahan Alkitab yang dilakukannya.[3]
Pada tahun 1793 Carey tiba di Kolkata, namun ia langsung mendapatkan perlawanan dari pihak Perusahaan Hindia Timur Inggris (East India Company) yang saat itu berkuasa di India.[6][1] Akibatnya, Carey terpaksa mundur ke Serampur (dekat Kolkata), yang merupakan daerah jajahan kecil Perusahaan Hindia Timur Denmark pada waktu itu.[1][6] Namun demikian, di kota Serampur inilah karya Carey dimulai.[1][2]
Ketika pindah ke Serampur, Carey bergabung dengan dua orang temannya, yaitu: seorang guru bernama Joshua Marshman dan seorang tukang cetak dan redaktur koran bernama William Ward.[3] Mereka mendirikan sekolah untuk anak-anak orang Eropa dan mengajarkan bahasa Bangla pada pegawai negeri berkebangsaan Inggris, tenaga Perusahaan Hindia Timur.[3] Dengan cara itulah mereka dapat mencukupi kebutuhan misi.[3]
Penerjemahan Alkitab diprioritaskan, sehingga dalam waktu 30 tahun mereka menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam 6 bahasa, ditambah bagian-bagian tertentu dari Alkitab yang diterjemahkan ke dalam 26 bahasa.[3] Pekerjaan ketiga pekabar Injil di Serampur yang terkenal sebagai "Trio Serampur" ini merupakan langkah awal yang sangat bermakna dalam usaha perkembangan kekristenan di India.[3]
Carey ingin mengabarkan Injil seluas dan secepat mungkin, sehingga ia berjalan mengunjungi berbagai pedesaan, mendirikan pos-pos pekabaran Injil di tepi Sungai Gangga, di Orissa dan sampai ke Burma.[3] Tujuan Carey adalah secepat mungkin mendirikan gereja asli India yang mandiri.[3]
Karya-karya
Carey berhasil mendirikan berbagai gereja dan sekolah di India, menerjemahkan Alkitab ke dalam berbagai bahasa, membuka pusat kesehatan, mendirikan seminari, dan menyokong reformasi sosial dengan sukses (termasuk menghentikan perlakuan kasar terhadap kaum wanita, pembunuhan anak-anak, pengguguran bayi, dan sati, yaitu upacara pembakaran para janda yang sudah menjadi tradisi di sana).[2][3]Carey menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang untuk mengikuti jejaknya dalam bidang misionaris, termasuk ahli bahasa berbakat Henry Martyn.[2] Sebelum meninggal dunia, Carey telah menyelesaikan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Urdu, yang tetap menjadi dasar terjemahan modern, dan menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Arab dan Persia.[2]
Keahlian Carey di bidang praktis juga dipakai demi pembangunan negeri India.[3] Ia mendirikan Horticultural Society (Persekutuan Ilmu Perkebunan) dengan tujuan meningkatkan metode-metode pertanian, termasuk mengimpor pohon buah-buahan dari Inggris.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar